Hidup dalam keluarga yang tidak bahagia. Ayahnya, ibunya, serta kakak laki-lakinya lebih perhatian dan melimpahkan kasih sayang pada putri tiri mereka, Rachel Carnida.
Ruby merasa tidak dicintai dan tidak dihargai oleh keluarganya sendiri. Dia berusaha untuk membuktikan dirinya dan mendapatkan perhatian keluarga, tetapi setiap upaya yang ia lakukan selalu gagal.
Ruby tidak pernah menyerah. Sampai suatu hari, Ruby dibawa paksa oleh Cakra ke sebuah club dan diserahkan pada teman-temannya sebagai bentuk kakalahan Cakra dari taruhan. Ruby terkejut, perbuatan Cakra semakin menambah deretan luka yang selama ini sudah ia dapatkan.
Ruby pun akhirnya menyerah. Ia tidak lagi berusaha untuk mendapatkan cinta dari keluarganya. Tujuannya kini hanya satu; membalas dendam terhadap mereka yang selama ini telah menyakiti hatinya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Diana Putri Aritonang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
RYB 23. Aku Akan Mengikuti Permainanmu.
Ruby masih diam dengan menunduk setelah kepergian Eira. Kini hanya tersisa dirinya dan Emer. Meski tahu jika saat ini Emer menatapnya, tapi Ruby sama sekali tak ingin mengangkat wajah membalas tatapan tunangannya itu.
"Ikut aku!"
Satu perintah berhasil Ruby dapatkan. Ia hanya bisa pasrah, dan mengikuti ke mana langkah Emer pergi.
Ternyata Emer membawa Ruby ke balkon yang ada di lantai dua. Dari sana pemandangan malam terlihat begitu indah dengan udara dingin yang menenangkan berasal dari teduhnya pepohonan sekitar.
Namun, pemandangan itu sepertinya tak dapat mengalihkan perhatian Ruby. Gadis itu masih saja menatap ke bawah, lebih setia memperhatikan keindahan dari lantai granit mewah kediaman keluarga Rykhad.
"Kau tidak ingin menatapku?" tanya Emer yang berhasil membawa tatapan Ruby beralih, tapi hanya sebatas kaki pria itu.
Ruby melipat bibirnya. Ia menarik napas sebelum berkata, "Maaf." Setelahnya ia kembali menunduk lebih dalam yang membuat Emer menggeleng melihatnya.
"Maaf untuk apa? Karena sudah membuatku mendapatkan tamparan dari Daddy, atau... karena sudah membohongi keluarga Rykhad dengan kehamilanmu?"
Deg!
Ruby seketika mendongak dan melotot pada Emer. Ia juga langsung berbalik ke belakang—memeriksa apakah ada orang selain mereka berdua di balkon yang bisa saja mendengar ucapan Emer barusan.
"Kau takut ada yang mendengarnya? Takut jika Daddy tahu...emppp..."
Mulut Emer langsung dibekap oleh Ruby. Gadis itu semakin melotot pada tunangannya itu.
"Aku tidak berbohong! Aku mengatakan semua yang terjadi malam itu di club."
Emer menyingkirkan tangan Ruby dari mulutnya dan beralih menggenggam tangan gadis itu.
"Aku tahu," kata Emer dengan suaranya yang rendah. "Jadi di sini sudah ada calon anakku?"
"Emer!" Ruby reflek mundur dengan sedikit memekik saat Emer menyentuh perutnya. Ruby terkejut.
"Ck! Bahkan menyentuhnya saja aku tidak boleh. Bagaimana caranya benihku bisa tiba-tiba ada di sana?" Emer menggerutu. Raut wajahnya kesal saat Ruby menjauh darinya. "Kasian Daddy dan Mommy diboho..."
"Emer!!"
"Apa?" tanya Emer saat Ruby lagi-lagi menyebut namanya untuk memotong ucapan pria itu. Wajah Ruby geram, tapi juga terlihat melipat karena kesal sekaligus cemas.
"Kan, kau yang bilang; aku bisa melakukan apa saja untuk memberi pelajaran pada keluarga Sanders setelah aku mau menceritakan semuanya padamu!" tuntut Ruby pada tunangannya itu.
Awalnya tanpa banyak bertanya, Emer memang mengikuti keinginan Ruby untuk mengadakan acara makan malam bersama seluruh keluarga, tapi rasa penasaran terus saja menghantui Emer hingga akhirnya ia mendesak Ruby untuk menceritakan semuanya. Dan Emer berjanji akan membantu Ruby serta membebaskan Ruby untuk melakukan apa saja yang diinginkan gadis itu saat membalas keluarga Sanders.
"Ya, tapi tidak sampai berbohong seperti ini. Bagaimana jika nantinya Daddy dan Mommy tahu? Mereka pasti akan marah besar."
Mendengar itu Ruby jadi kembali menunduk. "Aku tidak sengaja melakukannya," ucap Ruby pelan. "Itu terlintas begitu saja di kepalaku."
Tindakan itu sebenarnya muncul saat Ruby terus bersitatap dengan Rachel yang selalu mencoba menekannya.
Awal Ruby membuka suara, Ruby tahu jika Rachel belumlah membebaskan Airis, hingga ia terpaksa berkata dengan bahasa yang lebih lugas untuk menyudahi pertunangannya dengan Emer. Ia harus membuat Rachel percaya dengan kesungguhannya saat mengakhiri semua.
Dan ketika melihat seringai kepuasan di wajah Rachel, juga karena merasakan dorongan emosi, Ruby jadi spontan mengatakan kata-kata absurd itu begitu saja. Ia melakukan itu semua setelah memastikan Rachel sudah menekan ponselnya untuk membebaskan Airis. Ruby bergerak secepat mungkin meraih Emer kembali, ia tidak akan pernah membiarkan Rachel bisa menang atas keinginannya.
"Jangan menangis. Aku akan mengikuti permainanmu."
Ruby menatap Emer, ia sama sekali tidak menangis meski cukup tertekan dengan perbuatan spontannya di restoran.
"Daddy pasti akan mengsidangku. Mempertanyakan semua yang terjadi di club malam itu," kata Emer seraya menatap serius pada Ruby. "Aku akan mengakui semuanya sesuai ceritamu. Dan siap menerima semua kemarahan Daddy demimu."
Emer bisa melihat pupil mata Ruby yang langsung melebar. Gadis itu terhenyak dan wajahnya berubah pias saat membayangkan seperti apa kemarahan Reagan yang harus Emer terima karena pengakuan Ruby yang mengada-ada.
"Maafkan aku." Hanya itu yang bisa Ruby katakan. Ia jadi merasa bersalah karena sudah menempatkan Emer pada posisi yang sulit di hadapan Reagan.
"Itu sudah tugasku—menyamakan cerita denganmu agar semuanya sesuai dengan yang kau inginkan." Semakin merasa bersalah Ruby mendengar kata-kata Emer. "Tidak perlu cemas. Sekarang kau bisa tenang dan fokus dengan tugasmu."
Ruby mendongak. "Tugasku?" tanyanya tidak mengerti pada Emer yang terlihat langsung mengangguk.
Apa tugas Ruby?
"Hm. Tugasmu sebagai calon istriku." Emer menunjuk nunjuk pipinya. "Berikan aku amunisi sebelum aku menghadapi kemarahan Daddy!" pintanya pada tunangannya itu dengan tersenyum lebar.
*
*
*
"Benar, Tuan. Tuan Muda Emer ada di club malam itu bersama teman-temannya. Mereka melakukan permainan biliard. Dan Tuan Muda lah yang memenangkannya."
Reagan terlihat serius mendengarkan semua laporan dari orang suruhannya.
Setelah keluar dari restoran, ayah Emer itu langsung menghubungi seseorang, memerintahkan untuk segera mencari tahu semua cerita yang terjadi pada putranya bersama Ruby.
"Bagaimana dengan Ruby?" tanya Reagan.
"Kakaknya menjadikan Nona Ruby sebagai pembayar kekalahannya dari Tuan Muda, Tuan. Nona Ruby diserahkan kepada Tuan Muda Emer."
Rahang Reagan terlihat mengeras mendengar semua itu. Ternyata putranya benar bermain dengan taruhan seorang wanita.
"Tapi, Nona Ruby tidak lama berada di dalam club malam, Tuan. Dari rekaman cctv, dia terlihat meninggalkan club dengan pakaian yang basah. Dia sempat kembali ke kediaman keluarga Sanders. Namun, tidak lama setelahnya Nona Ruby kembali pergi. Saya belum mengetahui apa alasannya," ungkap orang kepercayaan Reagan itu.
"Saya juga menemukan bukti bahwa setelahnya Nona Ruby dirawat di rumah sakit malam itu. Keterangan yang Saya dapatkan dari Dokter mengatakan jika Nona Ruby terserang bersin dan flu. Tidak ditemukan adanya kekerasan fisik maupun yang lainnya pada Nona Ruby, Tuan."
"Emer yang membawa Ruby ke rumah sakit?" tanya Reagan lagi dengan dahi yang mengernyit. Ia terlihat semakin penasaran.
"Tidak, Tuan. Sahabat Nona Ruby yang membawanya. Tuan Muda Emer hanya berada di club bersama teman-temannya sepanjang malam dan setelahnya Tuan Muda pulang ke rumah."
Reagan terlihat diam. Ia membiarkan orangnya itu terus melaporkan semua penemuannya. Dan setelah merasa cukup, sebelum mengakhiri panggilan, Reagan ternyata masih memberikan satu perintah yang ia inginkan.
"Cari tahu semua tentang keluarga Sanders!"
Setelahnya Reagan mengakhiri panggilan. Ia berpindah meraih gagang telepon yang ada di atas meja kerjanya.
"Tolong panggil Emerald ke ruang kerjaku, aku ingin membicarakan sesuatu dengannya!" pinta Reagan pada pelayan yang menerima panggilan telepon di kediamannya.
Sekarang pokoknya bahagia dulu aku, Emer dan Ruby jadi nikah juga. Pernikahannya sudah di umumkan 💃🕺💃🕺💃