NovelToon NovelToon
Permaisuri Bar Bar

Permaisuri Bar Bar

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Time Travel / Transmigrasi / Preman
Popularitas:8.6k
Nilai: 5
Nama Author: ANWi

Zhao Yue, preman jalanan abad 21 yang menguasai pasar malam, hidup dengan moto " Kalau mau aman, jangan macam-macam denganku." Jago berkelahi, lidah pedas, dan aura menakutkan adalah ciri khasnya.

Suatu malam, setelah menghabisi geng saingan, ia dikepung dan dipukul keras di kepala. Saat tersadar, ia berada di ranjang keemasan dan dipanggil “Yang Mulia Permaisuri.” Kini, Zhao Yue berada di tubuh Permaisuri Xian Rong dari Dinasti Wei—istri kaisar yang dikenal lemah dan sakit-sakitan. Namun sejak roh preman masuk, sang permaisuri berubah menjadi galak, blak-blakan, dan barbar.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ANWi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Berhasil

Angin malam terasa menusuk ketika mereka bertiga akhirnya mencapai pagar samping istana, tempat bambu tinggi menjulang dan bayangan pepohonan semakin pekat. Dari kejauhan, terdengar langkah-langkah para penjaga yang berpatroli, tapi arah suara itu makin lama makin jauh.

Zhu Lang berhenti, mengangkat tangan memberi tanda diam. Matanya menyapu sekeliling, telinganya tajam menangkap setiap bisikan angin.

“Sudah dekat,” bisiknya. “Tapi kita belum aman. Masih ada dua penjaga di depan, tepat di pintu keluar samping.”

Mei menelan ludah, wajahnya pucat pasi. “Lalu… bagaimana cara kita melewati mereka? Kalau ketahuan—”

“Kita tidak akan ketahuan,” potong Zhu Lang cepat, suaranya rendah namun mantap. Ia menoleh pada Li Shan. “Kau masih ingat jalur air yang mengalir di balik pagar bambu?”

Li Shan mengangguk, meski tubuhnya masih gemetar karena lemah. “Ya… ada parit kecil. Kalau kita bisa sampai ke sana, kita bisa keluar tanpa melewati pintu.”

Zhu Lang tersenyum tipis. “Itu rute kita.”

Ia merunduk, lalu menuntun mereka menyelinap ke arah kiri, menjauh dari cahaya lampu minyak yang menggantung di pintu. Rumput basah menempel di kaki, suara jangkrik makin nyaring seolah menutupi gerakan mereka.

Namun, baru beberapa langkah, suara tawa pelan terdengar dari arah yang berlawanan. Dua penjaga dengan obor melintas tak jauh dari mereka. Mei spontan terhenti, napasnya tercekat. Li Shan menahan nafas, tubuhnya menempel ke batang pohon.

Zhu Lang dengan cepat meraih bahu Mei, menekannya agar merunduk. Ia sendiri menahan napas, matanya tajam mengikuti gerakan para penjaga itu.

Obor berayun-ayun, mendekat. Satu langkah lagi saja, dan mereka bertiga akan terlihat.

“Jangan bergerak,” bisik Zhu Lang begitu pelan hingga nyaris tak terdengar.

Detik terasa seperti jam. Cahaya obor melintas hanya sejengkal dari wajah Mei. Gadis itu menutup mata, hampir menangis. Tapi akhirnya—dua penjaga itu lewat, tanpa menyadari ada tiga orang yang bersembunyi di balik batang pohon besar.

Begitu suara langkah menjauh, Mei terisak kecil, menahan tangis lega. “Aku… aku hampir pingsan.”

“Tenang,” kata Zhu Lang, kali ini dengan nada lebih lembut. “Kita sudah hampir sampai.”

Mereka melanjutkan langkah, kali ini lebih cepat, menuju arah parit. Sesampainya di sana, Zhu Lang mendorong semak-semak rapat yang menutupi jalur air kecil itu. Air dingin berkilau diterpa sinar bulan.

“Inilah jalan keluarnya,” ujar Li Shan.

Zhu Lang masuk lebih dulu, memastikan jalurnya aman. Parit itu cukup sempit, tapi bisa dilewati dengan merangkak. Mei masuk setelahnya, lalu Li Shan di belakang. Mereka bergerak pelan, menahan rasa dingin yang menusuk tulang.

Beberapa menit kemudian, mereka keluar di balik pagar bambu, tepat di tepi hutan kecil yang mengelilingi sisi barat istana. Udara di luar terasa lebih bebas, meski kegelapan hutan menyambut mereka dengan sunyi yang menegangkan.

Zhu Lang berdiri, menarik napas panjang. Untuk pertama kalinya malam itu, ia mengendurkan bahunya. “Kita berhasil keluar.”

Mei jatuh terduduk di tanah, air mata bercucuran tanpa bisa ditahan. “Dewa… terima kasih… Li Shan, kau selamat…”

Li Shan tersenyum lemah, lalu meraih tangan Mei. “Bukan hanya karena doa… tapi juga karena Zhu . Kalau bukan dia, aku pasti sudah…” suaranya terhenti, terlalu berat untuk melanjutkan.

Zhu Lang menoleh, menatap keduanya. “Jangan dulu lega. Kita belum benar-benar aman. Orang-orang Lian Fei pasti akan segera sadar kita hilang. Kita harus sembunyi dulu, setidaknya sampai fajar.”

Mei mengangguk, menghapus air matanya. “Baik… aku akan ikut apa pun katamu, Lang.”

Mereka bertiga lalu berjalan masuk ke dalam hutan, memilih jalur yang paling gelap dan jauh dari pandangan istana. Suara burung malam sesekali terdengar, menambah nuansa mencekam.

Namun di kejauhan, di menara paviliun, Lian Fei berdiri dengan wajah murka. Dayang pengintai berlutut ketakutan, melapor, “Selir, mereka berhasil lolos… melalui parit belakang.”

Lian Fei mengepalkan tangan, kukunya hampir menusuk telapak sendiri. “Berhasil lolos malam ini bukan berarti mereka bebas. Aku akan pastikan… semua yang berani melawan aku akan membayar mahal.”

Ia menatap bulan purnama di langit, matanya dingin bagai ular. “Zhu mei… aku akan menunggu saatmu lengah.”

Sementara itu, jauh di hutan, Zhu Lang menuntun Mei dan Li Shan menuju sebuah pondok kosong yang pernah digunakan sebagai tempat peristirahatan para pemburu istana. Malam itu, mereka akhirnya bisa bernapas lega, meski tahu bahaya masih mengintai.

***

Happy Reading ❤️

Mohon Dukungan untuk :

• Like

• Komen

• Subscribe

• Follow Penulis

Terimakasih❤️

1
Dewiendahsetiowati
mana ada yang nolak ramen yang enak
ANWi: hmm betulll, kecuali...kalo gengsi 😳
total 1 replies
Dewiendahsetiowati
hadir thor
ANWi: asiap kaka cantik
total 1 replies
livv livv
lanjut thor
ANWi: Siap kak, terimakasih suda mampir ya❤️
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!