Gajendra Nareswara seorang Presdir perusahaan ternama di kotanya, akan pindah ke apartemen baru. Dia membutuhkan asisten rumah tangga, untuk membersihkan dan menyiapkan segala kebutuhannya di apartemen.
Zhafira Maheswari seorang mahasiswi semester akhir, yang di minta ibunya untuk menjadi asisten rumah tangga di apartemen Gajendra. Ibunya yang berkerja di rumah keluarga Nareswara, tidak punya pilihan selain meminta putrinya, karena dia belum mendapatkan asisten rumah tangga yang berkerja di apartemen anak majikannya.
Kesalahan yang di perbuat Zhafira atau yang biasa di panggil Fira, membuat dirinya di hukum menjadi pacar pura-pura Gajendra atau biasa di panggil Jeje. Tapi siapa sangka benih cinta memulai muncul, saat mereka mengakhiri sandiwara mereka.
Jeje yang mengatakan kepada mamanya, bahwa dia mencintai Fira meminta untuk melamar Fira untuknya. Tapi ternyata rencana licik, telah di siapkan sang mama, untuk memisahkan mereka berdua.
Bagaimana perjuangan beda status sosial antara mereka berdua.
update setiap hari.
ig: myafa16
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon myafa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Alasan Presdir
Setelah menemani Jeje makan, Fira masih belum di izinkan untuk kembali keruangannya.
"Apa kamu suka kerja di sini?" tanya Jeje memainkan rambut Fira.
"Iya, aku suka kerja di sini, aku banyak mendapatkan teman." Fira begitu antusias menceritakan bagaimana senangnya dia berkerja di perusahaan Jeje.
"Hanya karena ada teman saja?" tanya Jeje.
"Iya, memang apa lagi, aku belum banyak berkerja juga."
"Kamu tidak senang ada aku di sini?"
Fira mengerutkan keningnya, "Tenyata itu yang dia maksud."
"Aku senang."
"Oh ya." Jeje mulai duduk lebih mendekat pada Fira.
Fira yang melihat Jeje sudah mulai mendekat, merasa tahu maksud Jeje.
"Bisakah aku kembali sekarang, sepertinya aku sudah melewatkan jam makan siang," ucap Fira yang tidak mau terlalu lama di ruangan Jeje.
Fira tahu Jeje akan susah untuk melepaskannya, untuk kembali ke ruanganya. Fira melihat ke arah pintu, dan pintu masih keadaan tertutup rapat.
Cup
Fira memberikan satu kecupan di pipi Jeje.
"Bolehkah aku kembali." Fira memohon kembali pada Jeje, setelah mendaratkan satu kecupan pada pipi Jeje.
Jeje yang mendapat kecupan dari Fira langsung tersenyum.
"Bawa dokumen ini, dan serahkan pada Arman, bila ada yang bertanya padamu untuk apa ke ruangan Presdir, 'bilang saja Presdir ingin lihat anak magang yang mengambil berkas'," jelas Jeje pada Fira.
"Jadi dia sudah mempersiapkan alasan."
"Baiklah." Fira mengambil dokumen dari tangan Jeje.
"Reza akan mengantarmu sampai ke lift kembalilah."
Fira pun keluar dari ruangan Jeje, di luar Fira sudah melihat Reza. Reza yang melihat Fira, langsung bergegas mengantarkan Fira ke lift
Mereka berdua menunggu lift terbuka. Saat itu Fira teringat sesuatu untuk di tanyakan pada Reza.
"Pak Reza boleh saya bertanya?"
"Silahkan Nona."
"Apa bapak tahu kejadian di bagian pemasaran?" tanya Fira ragu-ragu.
"Saya tahu Nona," jawab Reza dingin.
"Oh dia tahu ternyata."
"Bisakah anda tidak memberi tahu Pak Gajendra," mohon Fira. Fira tidak mau menambah keributan lagi, kalau sampai Jeje mengetahuinya.
Reza menatap Fira sejenak.
"Tugas saya melapor semua yang terjadi pada Nona"
"Jadi dia akan melapor, " batin Fira bingung.
"Jadi pak Reza akan melaporkan pada pak Gajendra?" tanya Fira memastikan kembali.
"Iya Nona"
"Maksud saya, bisakah untuk yang ini jangan di laporkan. Pak Reza tahu bukan, kalau Rani sudah mendapatkan surat peringatan. Dan tadi juga pak Arman juga tadi membantu saya. Saya rasa sudah tidak ada masalah bukan," jelas Fira pada Reza.
Sebelum Reza menjawab ucapan dari Fira, lift sudah terbuka, "Silakan Nona." Reza mempersilakan Fira, untuk masuk ke dalam lift.
"Pak Reza, apa Bapak mengerti yang saya bicarakan tadi?" kesal Fira, yang melihat Reza tidak sama sekali menjawab ucapannya.
"Saya hanya menjalankan tugas Nona," ucap Reza, dan lift pun tertutup saat Reza selesai bicara.
Fira yang berada di dalam lift merasa bingung, bagaimana jika Reza memberi tahu kejadian antara dirinya dan Rani. Dirinya benar-benar tidak bisa menyelamatkan Rani, jika sampai Jeje marah dan memecatnya
"Bagaimana kalau Jeje marah aku harus jelaskan apa lagi," gumam Fira
Fira yang sudah terlanjut berbohong pada Jeje pun, di buat bingung, bagaimana dia akan menjelaskan kenapa dia harus berbohong.
**
Setelah mengantar Fira, Reza kembali ke ruangan Jeje, untuk memberikan informasi yang sudah dia dapat.
"Apa kamu sudah mencari tahu kenapa tangan Fira sampai terluka, za?" tanya Jeje.
"Sudah, Pak," ucap Reza, "tangan Nona Zhafira terluka karena sekertaris Pak Arman menyenggol cangkir minuman yang di bawa nona Zhafira. Pak Arman juga sudah menegur dengan memberi surat peringatan untuk sekertarisnya," jelas Reza.
"Nona Zhafira juga berpesan untuk tidak memberitahu anda akan hal ini," lanjut Reza.
"Apa dia berusaha menyembunyikannya?" tanya Jeje kesal mendengar penjelasan Reza.
"Saya rasa tidak Pak, dia hanya merasa permasalahan sudah selesai, saat sekertaris Pak Arman mendapat surat peringatan," jelas Reza memberi tahu sesuai dengan yang di minta oleh Fira.
Sebenarnya Reza tidak mau memberi tahu apa yang di katakan oleh Fira, tapi melihat Fira memohonnya Reza akhirnya mengatakan sesuai yang Fira mau, pada Jeje.
"Baiklah, turutin maunya."
"Kalau dia tanya apa kamu bilang padaku atau tidak, bilang saja tidak." Jeje memilih menuruti apa yang Fira mau. Sebenarnya dia kesal dengan apa yang di lakukan sekertaris Arman, tapi Jeje memilih diam, agar Fira lebih nyaman berkerja.
"Baik, Pak."
"Awasi dia terus za, aku tidak mau kejadian seperti ini terulang!" perintah Jeje pada Reza.
"Baik, Pak."
**
Fira yang kembali dari ruangan Jeje, langsung menuju ruangan Arman, untuk menyerahkan dokumen yang tadi di berikan oleh Jeje.
"Ini Pak dokumen dari pak Gajendra." Fira menyerahkan map di atas meja Arman.
"Oh...ya terimakasih, tadi Reza sudah menjelaskan kalau Pak Gajendra ingin melihat kinerja anak magang."
Fira hanya tersenyum.
"Saya permisi melanjutkan perkerjaan, Pak"
"Iya."
"Kamu cantik sekali Zhafira, aku rasa aku jatuh cinta padamu," batin Arman.
**
Setelah seharian berkerja, tidak terasa waktu menunjukan pukul lima. Dan para karyawan sudah mulai bersiap untuk pulang. Fira pun juga bersiap untuk pulang.
Zara yang menunggu Fira di depan ruangan Arman langsung mengajaknya pulang, saat Fira keluar dari ruangan Aramn. "Ayo pulang" ajak Zara, dan Fira mengangguk.
"Apa kamu pulang dengan kekasihmu?" bisik Zara saat menunggu lift.
"Tidak, dia sedang ada pertemuan hingga malam, jadi aku akan pulang naik taxi saja"
"Tidak bersama ku saja," tawar Zara.
"Tidak usah ra, kamu juga capek, biar aku pulang sendiri saja."
"Oke."
Fira dan Zara pun berpisah di lobbi kantor. Zara yang mengendarai motornya menuju ke parkiran, sedangkan Fira menunggu taxi di depan lobby kantor.
Fira menunggu taxi yang dia pesan berdiri di depan lobby. Saat sedang asik menunggu, dia melihat ada mobil yang berhenti di depannya. Dan ketika kaca mobil di buka, ternyata Arman lah pemilik mobil tersebut.
"Pak Arman," sapa Fira.
"Kamu sedang menunggu siapa?" tanya Arman basa-basi.
"Saya menunggu taxi, Pak."
"Bagaimana kalau saya antar saja, kelihatannya taxi pesananmu lama."
"Kalau Pak Arman mengantarku, akan jadi masalah kalau Jeje tahu. "
"Maaf pak, saya menunggu taxi saja, terimakasi atas tawarannya"
Fira yang merasa Jeje akan marah, jika dia di antar oleh pria, memilih untuk menolak tawaran dari Arman.
"Baiklah kalau begitu, saya duluan." Arman pun tidak bisa memaksa pada Fira, untuk menerima tawarannya.
Arman melajukan mobilnya, dan Fira tetap setia menunggu taxi. Hingga beberapa saat taxi yang Fira pesan tiba. Dan Fira pulang ke apartemen Jeje.
nayla egois