Istriku Canduku(Pengantin Pengganti

"Daah.... Buketu! Kita mau liburan dulu ya! Jangan ngiler... Bye!"

"Aaa...kalian jihit.... liburan tanpa aku!" Rengek Raya sebelum sambungan video call itu terputus. Raya melempar ponselnya ke sembarang arah kemudian berguling-guling di kasur yang luas itu.

"Hm...pasti seru banget mereka ber empat tuh! Mana liburannya ke pulau seribu lagi, haaaa.....!" Ucap Raya yang menyerupai gumaman sebab saat ini dirinya tengah tengkurap menyusupkan wajahnya di kasur yang empuk itu.

Tanpa menyadari jika seseorang tengah berdiri di samping tempat tidur memperhatikan tingkahnya.

"Aku kan jadi pengen,,,,,! Eh! kak Bian, sejak kapan ada di kamar?!" Tanya Raya yang langsung duduk tegak dengan wajah kikuk.

"Sejak tadi! Kamu pengen apa?" Tanya nya kemudian.

"Am... nggak ada kok, nggak ada pengen apa-apa hehehe!" Jawab Raya sambil terkekeh kecil. _Malu_

"Bener nih, nggak pengen apa-apa?" Tanya Bian lagi sambil menatap Raya dengan satu alis terangkat.

"Iya, aku hanya bercanda kok! Nggak serius!" Balasnya yang tidak berani menatap mata suaminya. Raya merasa tidak enak jika apa yang dia gumamkan tadi di dengar oleh suaminya. Raya tidak ingin terlalu merepotkan.

"Raya, tatap aku!" Abian mengangkat dagu Raya sehingga kini pandangan mereka bertemu. "Aku ingin kamu mengatakan apa saja yang kamu inginkan! Jangan pernah menutupinya sedikit pun. Mintalah apapun yang kamu mau, jika aku sanggup maka aku akan mengabulkannya!" Ucap Abian serius menatap manik jernih istrinya itu.

"Apapun yang menjadi kebutuhanmu mintalah padaku. Jika kamu ingin sesuatu tempat katakan, kamu ingin kemana. Aku akan berusaha untuk mengabulkannya!" Lanjut Bian lagi masih menatap lembut wajah istrinya itu.

"Mengerti kan sayang?" Ucap Abian lagi yang langsung membuat kedua pipi Raya merona merah jambu mendapatkan panggilan sayang dari suaminya itu.

"Iya, aku mengerti kak!" Jawabnya sambil menundukkan kepalanya.

"Yuk! Siap-siap, kita ke pantai hari ini!" Ajak Bian sembari berjalan menuju lemari mencari sebuah jaket yang akan ia kenakkan.

"Hah! Ke...pantai?" Ulangnya tak percaya suaminya itu akan mengajaknya ke pantai.

"Iya, ke pantai! Kenapa? Apa kamu nggak suka ke pantai?" Tanya Bian yang sudah menemukan apa yang di carinya. Sebuah jaket jeans dengan topi di belakangnya.

"Suka! Aku suka ke pantai!" Sahut Raya cepat.

"Ayo siap-siap sebelum aku berubah pikiran!" Ucap Bian lagi.

"Asiaap boss..!" Sahut Raya penuh semangat sambil beranjak dari tempat tidur menuju lemari untuk mencari outfit yang cocok untuk mantai.

Setelah itu Raya segera ke kamar mandi untuk mengganti pakaiannya. Sementara Abian hanya tersenyum kecil melihat tingkah istri bocilnya itu.

Tak berapa lama Raya telah keluar dari kamar mandi dengan penampilan yang membuat gadis itu terlihat sangat Imut di mata Abian. Raya mengenakkan kaos putih polos di padukan dengan celana kodok berbahan jeans dengan panjang selutut.

Raya menuju meja rias kemudian menguncir tinggi rambut panjangnya menampakkan leher jenjangnya yang putih tanpa noda.

Terakhir gadis itu mengaplikasikan Sunscreen di wajahnya. Tidak lupa juga memakainya di tangan dan kakinya.

Abian tidak berkedip menatap gadisnya itu. Gadis yang sangat imut.

"Ayo kak! Kita let's go!" Ajaknya sambil mengukir senyum manisnya rona bahagia begitu nampak di wajah cantiknya.

"Kamu nggak bawa tas gitu?" Tanya Bian saat melihat Raya tidak membawa tas.

"Nggak! Buat apa bawa tas, ribet aku bawa ponsel saja nih!" Raya menepuk Kantog baju kodok nya yang berada tepat di dadanya.

"Nggak bawa skincare atau makeup?" Tanya Bian lagi yang setahu nya wanita itu sedikit ribet dengan alat-alat skincarenya.

"Aku nggak pakai skincare berlebihan kak. Jika keluar rumah hanya memakai sunscreen saja. Skincare ku hanya pelembab saja. Udah yuk berangkat! Sahut Raya tanpa sadar kini telah merangkul lengan Bian dan mengajaknya keluar kamar. Sudah tidak sabar ingin cepat-cepat sampai ke pantai.

Bian tersenyum kecil melihat lengannya kini tengah di rangkul oleh Raya. Istrinya itu sudah mulai terbiasa dengan kehadirannya.

"Ya, kita perginya naik motor nggak apa-apa kan?" Tanya Bian saat keduanya sudah berada di lantai bawah dan kini tengah mencari bi Ema untuk berpamitan.

"Naik motor?" Tanya Raya dengan mata berbinar-binar.

"Iya, kalau pakai mobil takut nya macet, karena ini kan waktu liburan anak sekolah. Pasti ramai yang pergi ke pantai." Jelas Bian lagi.

"Nggak apa-apa aku lebih senang naik motor daripada naik mobil baru macet, hm..panas nggak like pokoknya!" Ucap Raya yang tidak keberatan sama sekali dengan hal itu.

Raya menunggu Bian mengeluarkan motornya dari dalam garasi yang berbeda dengan garasi tempat parkir mobil. Garasi kecil itu hanya muat tiga buah motor saja terletak di sebelah kanan garasi utama.

"Waw..!" Raya membulatkan matanya saat melihat motor yang di keluarkan Bian dari dalam garasi itu. Sebuah sepeda motor CBR Warna putih silver yang begitu gagah sama seperti yang punya.

Raya tersipu malu saat memuji Abian gagah. Walaupun itu masih dalam hatinya saja.

"Wah...! Kita naik ini ke pantainya kak?" Raya memutari body motor besar itu dengan penuh kekaguman. "Boleh nggak kak, aku yang bawa motornya?" Ucapnya lagi setelah puas mengelilingi body motor itu sambil mengusap-usapnya.

"Apa..?"

*

*

"Berani sekali anda menginjakkan kaki di rumah saya! Dengan entengnya mengatakan ingin melamar putri saya!" Ucap Faizal dengan suara yang menggelegar di telinga Dira dan Mirna.

"Setelah kamu bawa pergi anak saya dan mempermalukan keluarga di depan orang banyak. Kamu masih berani muncul dan mengatakan ingin melamar anak saya. Enteng sekali anda!" Lanjutnya Faizal dengan wajah merah penuh amarah.

"Ayah, maafkan Dira! Ini salah Dira, Dira yang ingin kabur sendiri. Bukan atas permintaan Valdo! Valdo nggak salah apa-apa Ayah!" Dira bersimpuh di kaki Ayahnya sambil memohon agar tidak menyalahkan Valdo.

"Ayah, berikan kesempatan untuk mereka berdua Yah. Kasihan Dira!" Mirna membujuk suaminya supaya mau membicarakan hal ini dengan kepala dingin.

🍃🍃🍃🍃