Mengisahkan persahabatan ketiga nya dikampus dengan pekerjaaan sambilan mereka yang akhirnya mengantarkan mereka pada jodoh masing-masing.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Danira16, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30
Sedangkan kini Eric menatap pada ibunya, ia meminta jawaban kejujuran yang keluar dari mulut Winda. Karena kadung ia keceplosan dan Eric pun menyadari serta mendesaknya, akhirnya Winda tak mungkin lagi menutupi semuanya.
"Iya Eric, ibu meminta jasa ibu susu untuk anak kamu. Mickey butuh asi Eric!! Ibu tidak tega melihat putera kamu sering sakit-sakitan karena imunnya tidak baik. Dan dokter bilang Mickey butuh asupan gizi itu." Jawab Winda dengan mengungkapkan semuanya.
Eric tahu puteranya menderita gizi yang buruk dengan kondisi yang lemah, dan saat itu dokter menyarankan diberikan asi, namun Eric mengabaikan usulan ibunya untuk mencari ibu susu bagi Mickey.
Bahkan Eric memberikan susu semahal dan sepopuler apapun, tak mampu untuk membuat Mickey kerap keluar masuk rumah sakit.
"Jadi Mickey sudah mendapatkan ibu susu?" Seru Eric saat Winda menjelaskan banyak mengenai pemberian asupan gizi untuk puteranya itu.
"Iya Eric, maaf ibu tidak berembuk sama kamu, itu semua ibu lakukan untuk kesehatan Mickey. Anak kalian Eric!!" Tekan Winda dengan alasan logisnya.
Ya tidak ada yang mau melihat cucu satu-satunya harus keluar masuk rumah sakit karena antibodi sang bayi yang buruk, bagi Winda apapun ia lakukan demi Micky, pewarisnya.
"Seharusnya aku yang meminta maaf sama ibu, karena tadi sudah berbicara sedikit keras. Maafkan Eric." Jawab Eric yang merasa bersalah.
"Tidak apa Eric, ibu juga minta maaf karena tidak bicara sama kamu. Ibu takut kamu gak setuju dan menolaknya." Pungkas Winda yang memeluk Eric.
"Terima kasih ibu sudah memikirkan ini semua, mungkin awalnya aku tidak setuju, tapi melihat Mickey selalu lemah aku juga tidak tega." Jawab Eric kemudian.
"Untunglah kamu setuju juga, lagi pula ibu susu anak kamu itu masih muda Eric, cantik juga."
Eric pun memicing pada ibunya.
"Jangan bilang ibu cari ibu asi untuk Mickey janda, dan menjodohkannya padaku." Tebak Eric asal.
Winda pun terkekeh lalu ia menampol bahu besar Eric karena candaannya.
"Bukan Eric, dia masih muda dan belum nikah." Jawab Winda.
Eric mulai penasaran. "Mana bisa belum nikah dan punya anak tapi bisa menghasilkan asi kecuali....." Ucapan Eric terhenti.
"Kecuali apa?" Tanya ibunya.
"Ya kecuali dia emang sengaja cari uang dengan cara seperti itu. Jangan terlalu dekat dengannya Bu, pasti dia wanita yang tidak baik. Lihat aja pekerjaannya seperti itu." Sinis Eric yang diam-diam mengejek pekerjaan Nita.
Winda hanya geleng-geleng kepala mendengar puteranya yang menjelek-jelekkan Nita tentang pekerjaannya.
"Tidak semua yang kamu lihat itu buruk Eric, dia perempuan baik, dan gigih. Itu yang ibu tangkap darinya." Bela Winda.
"Terserahlah, yang penting aku tidak ingin tahu siapa ibu susu anakku. Dan jangan harap ibu jadi Mak comblang ya....." Peringat Eric.
****
Ayu keluar dari rumah kediaman pasangan suami istri itu dengan perasaan lega, hampir saja tadi ia menampar pipi Rimba saat pemuda itu menghinanya.
Karena sudah hampir petang akhirnya ayu memutuskan untuk mencari bus, dan saat ini ia akan berjalan menuju halte bus yang letaknya cukup jauh dari rumah.
Hari ini Ronald tidak bisa menjemput karna ada urusan keluarga yang tidak bisa ia tinggalkan, dan supir nya pun sedang cuti pergi ke kampung halamannya.
Sehingga ketiga agen ini tidak ada yang menjemputnya, tapi setidaknya Ronald tadi sempat mengantarkan mereka pada klien asi nya.
Baru saja Ayu akan sampai pada halte suara motor bising itu terdengar lagi menyapa pendengaran nya, Ayu mau tidak mau menoleh atah suara yang begitu kentara terdengar di belakangnya.
"Kamu ngapain ngikutin saya?" Ucap Ayu yang telah berubah menjadi mode tak suka pada pemuda itu.
"Siapa yang ngikutin Lo, geer amat." Jawab Rimba santai dan dengan ekspresi datar plus acuhnya.
"Lha itu....!! namanya Lo gak ngikutin gue." Kini Ayu bahkan sudah enggan berkata halus ria pada Rimba.
Kata sematan saya tadi langsung ia ubah menjadi gue, dan bagi Ayu ia tak harus se sopan itu pada tuh pemuda tengil, karena usianya saja dibawahnya.
Cukup di depan kedua orang tuanya saja ia halus halus bertutur kata dan sopan, namun tidak dengan Rimba.
"Ya terserah gue, namanya juga jalan. Emangnya jalan ini punya nenek moyang Lo." Balas Rimba.
Akhirnya terpaksa Ayu menghentikan langkahnya, dan otomatis Rimba pun berhenti mendadak dan menginjak rem. Untungnya tidak sampai menubruk Ayu yang berhenti tiba-tiba.
"Kenapa berenti tiba-tiba gitu sih woy.....untung gue sigap kalo gak gue tabrak Lo...." Geram Rimba dan ikut berhenti di samping Ayu.
"Karena Lo gak mau dituduh bahwa Lo ngikutin gue, dan ini juga bukan jalan raya nenek moyang gue, so......Lo silahkan jalan duluan." Timpal Ayu dengan tangan mempersilahkan Rimba jalan terlebih dahulu.
Rimba langsung menajamkan Nola mata elangnya, lalu ia akhirnya melajukan motornya meninggalkan Ayu.
Selama di motor Rimba di jalankan, ia hanya menatap Ayu dari kaca spion nya, memang ia tadi ingin mengikuti Ayu dan sedikit menggoda nya saja.
Namun sayangnya Ayu tak suka, dan malah menyuruhnya jalan duluan, hingga Rimba menghentikan motornya saat ada belokan dekat dengan halte bus.
Dan 5 menit kemudian ternyata benar pemikiran Rimba, ia melihat sosok Ayu yang sudah ada di halte untuk menunggu bus.
Untungnya tak lama kemudian halte datang, dan Ayu langsung naik dan masuk di dalamnya. Sedangkan Rimba pun menghidupkan mesin motornya dan mulai berjalan mengikuti arah bus itu.
Ayu untungnya dapat tempat duduk, karena biasanya di jam padat pulang kerja bus akan selalu ramai terisi oleh para karyawan-karyawan.
Karena jalanan ramai dan macet, akhirnya Ayu sampai rumah pukul 7 petang, hari yang sudah menjadi gelap itu pun membuat Ayu harus segera masuk ke dalam kost, mengingat kost tempat ia menginap sangat ketat.
Setelah tahu tempat Ayu tinggal, akhirnya Rimba memutar motornya, ia pun memutuskan kembali pulang ke rumahnya. Namun sebelum itu ia mampir ke markasnya, di sana teman-teman Rimba sedang membicarakan perlombaan motor sport yang akan diadakan beberapa hari lagi.
"Rimba, Lo ikut lomba gak Minggu depan?" Tanya salah satu teman Rimba.
"Ikutlah, gue bakal menang. Pasti.....!!"
"Pede amat Lo, itu mah terlalu kepedean." Seloroh teman Rimba satu lagi.
"Tapi mengingat jam terbang Lo itu, gue yakin pasti Lo akan menang." Ucap teman yang pertama menanyakan perihal keikutsertaan Rimba dalam ajang balap motor sport.
"Nah tuh, denger gak Lo.....!! Gak ada yang bisa menandingi gue." Songong Rimba.
"Iya deh gue percaya tapi Lo juga kudu inget kalo lawan kita tangguh, dia Andre......"
"Iya gue tahu. Kalian tenang aja, yang penting kita harus banyak latihan kan?" Tukas Rimba dengan keyakinan nya yang tinggi.
"Benar apa kata Rimba, sekarang kita latihan supaya besok jadi the winner."
"Oke...."
"Oke..."
Seru kedua teman Rimba yang antusias ingin memenangkan lomba motor race.