kisah lama yang belum usai, membuatku masih hidup dalam bayang-bayang masa lalu. Aku selalu menyesali apa yang terjadi saat itu, aku selalu menginginkan masa itu terulang kembali. Walaupun aku tau itu mustahil, aku tetap memimpikannya. Aku ingin memperbaiki kesalahanku yang besar kepada cinta pertamaku, karena aku sudah menghancurkan hatinya sampai tak berbentuk. Masih pantaskah aku jika menginginkannya kembali padaku?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ashelyn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Masa lalu 29
30 menit sebelum kedatangan Prince di pesta pernikahan.
Prince mengambil ponselnya yang terjatuh, dengan tangan yang gemetar dia mulai menelpon kekasihnya. Tapi dia tidak bisa menghubunginya, karena panggilannya di abaikan. Ada kekecewaan dan juga ketakutan yang terlihat jelas di wajahnya, dia juga khawatir dengan apa yang sebenarnya terjadi pada Teresa, sampai dia tidak datang ke ujian masuk perguruan tinggi.
“Teresa!!” Teriak Prince frustasi saat Teresa tak kunjung menerima panggilan teleponnya.
Prince memejamkan matanya, dia memijit dahinya pelan. Dia mencoba tenang untuk menghadapi semuanya, dia tidak ingin tersulut emosi untuk sesuatu hal yang belum jelas. Dia masih berpikir positif bahwa Teresa mengalami hal yang penting, sampai membuatnya tidak bisa datang ke hari penting ini.
“Jangan tunggu dia,” ucap Hely yang tiba-tiba datang dengan ekspresi datarnya.
Kedatangannya membuat Prince menatapnya tidak suka. Zeva dan Leo juga hanya diam tidak menanggapi ucapannya atau sekedar menyapa kedatangannya.
“Aku mendapatkan info dari guru, jika Teresa—“
Hely menghentikan ucapannya sejenak sembari melihat kearah Prince dengan tatapan yang sulit di artikan. Ucapannya yang terhenti membuat semua orang menatapnya penasaran, bahkan Prince sampai mendekat kearahnya dengan tatapan yang tajam.
“Ada apa dengannya?” Tanya Prince dengan nada pelan.
“Aku sedikit kesulitan untuk memberitahumu Prince,” ucap Hely sembari menundukan kepalanya.
“Ada apa? Apa yang terjadi dengannya?” Ucap Prince lagi.
“Aku tidak tega mengatakannya padamu, ak—“
“Katakan!!!” Teriak Prince dengan kemarahan di wajahnya. Suaranya yang keras, sampai membuat orang-orang memperhatikannya.
Hely menghela nafasnya, kemudian dia menatap Prince dalam sebelum mengatakan semuanya, “Teresa sudah menikah dengan orang lain.”
Wajah Prince memucat saat mendengar kabar itu. Sebuah kabar pernikahan kekasihnya yang sangat mengejutkannya. Langkah kakinya sampai mundur beberapa langkah menjauh, tatapan matanya berubah menjadi kosong. Pikirannya kacau, sampai senyuman tipis penyangkalan terlihat di wajahnya.
“Tidak mungkin!” Ucapnya terkekeh.
“Kau bercanda?” Ucap Prince lagi, dia terkekeh untuk menutupi ketakutannya.
“Kurasa memang benar!” Ucap Zeva sembari melihat ponselnya.
Zeva memperlihatkan kepada semua orang tentang postingan terbaru ibu Teresa, Diana. Karena Zeva memang satu-satunya orang yang bisa berkomunikasi dengan keluarga Teresa.
“Astaga yang benar saja!” Ucap Leo menutup mulutnya tak percaya saat melihat ponsel Zeva.
Senyum Prince memudar, tangannya mulai terasa dingin sekarang. Dadanya juga mulai terasa sesak setelah menerima kabar mengejutkan yang tiba-tiba terdengar ke telinganya. Dia kembali mengingat keanehan Teresa akhir-akhir ini, dia juga mengingat sikap tak biasa gadis itu. Seketika Prince akhirnya tersadar, bahwa firasatnya memang benar-benar terjadi.
“Prince lihat ini!” Ucap Zeva memperlihatkan sebuah foto di ponselnya.
Bukti di depan matanya membuatnya seperti dihantam oleh badai yang besar. Mata yang biasanya cerah kini berubah menjadi redup. Raut wajah kekecewaaan terlihat jelas dari sorot matanya, amarahnya memuncak bersamaan dengan suara petir yang begitu keras.
“Kenapa dia melakukan semua ini?” Ucap Prince lirih.
“Tentu saja dia rela menikah dengannya, karena calon suaminya adalah putra tunggal keluarga Adia,” jelas Hely.
“Keluarga Adia? Maksudmu pemilik hotel Adia? Adia!” Ucap Leo tak percaya.
“Keluarga Adia juga mempunyai sebuah mall besar di kota ini,” ucap Zeva.
“Pada dasarnya wanita memang menyukai uang. Teresa salah satunya, apalagi dia juga berasal dari keluarga Tao yang kaya,” jelas Hely lagi.
“Keluarga Tao?” Ucap Prince menatap Hely.
“Kau bahkan tidak tau latar belakang keluarga kekasihmu Prince,” ucap Hely menatap Prince dengan senyum tipis diwajahnya.
“Sebaiknya kita pergi ke pesta pernikahannya! Mungkin masih sempat untuk menghentikannya!” Ucap Leo.
Tanpa pikir panjang Prince langsung pergi menerjang hujan lebat. Zeva dan Leo menyusulnya di belakang, mereka tetap menjaga jarak dengan Prince, karena mereka tau Prince membutuhkan waktu sendiri.
“Kurasa dia menangis,” ucap Leo menatap iba kearah Prince.
“Air matanya sudah bersatu dengan air hujan, tidak ada yang mengetahuinya selain dirinya sendiri.”
“Mungkin dia menganggapnya begitu, tapi kita bisa dengan mudah mengetahuinya.” Ucap Zeva.
Bahu yang tegap itu seperti bergetar dalam guyuran air hujan. Kekecewaan dihatinya mengiringi setiap langkah kakinya. Matanya yang memerah menunjukan bahwa dia memang mengeluarkan air mata, hanya saja dia menyembunyikannya agar tetap terlihat kuat.
Prince seperti berjalan di atas awan, kakinya seperti melayang di udara saat pikirannya entah kemana. Dia hanya membayangkan wajah gadis cantiknya yang ceria. Dia hanya kembali mengingat momen-momen manis yang dia jalani dengannya selama satu tahun ini. Banyak sekali momen indah yang justru menjadi pisau yang menggores hatinya.
Setelah berjalan dan kemudian menaiki taksi, ketiga orang itu akhirnya sampai di depan gedung hotel tempat pernikahan itu di langsungkan. Rangkaian bunga dan foto besar Teresa dan Arnold sudah terpasang jelas di depan sana, membuat Prince mengepalkan tangannya kuat.
“Kita beruntung, karena pernikahannya berada di lantai dasar,” ucap Zeva.
“Tapi kurasa kita tidak bisa masuk, karena penjagaannya sangat ketat,” ucap Leo.
Prince tidak peduli dengan itu semua, tanpa pikir panjang dia langsung menerobos masuk kedalam tempat pernikahan itu. Tapi orang berpakaian serba hitam mulai menahan langkahnya, membuatnya menatap tajam siapapun orang yang menghalanginya.
“Kita teman Teresa! Kami bertiga teman Teresa yang di undang oleh tante Diana! Lihat!” Ucap Zeva menunjukan sebuah bukti chat dan juga sebuah undangan yang dikirimkan langsung oleh Diana.
Para penjaga itu saling pandang satu sama lain, sebelum akhirnya mereka membiarkan semua orang masuk kedalam pesta pernikahan. Prince menepis tangan penjaga yang menahan tangannya dengan kasar, dia menegakkan bahunya dan kembali melangkahkan kakinya memasuki pesta pernikahan kekasihnya.
“Selamat atas pernikahan kalian!!”
Semuanya sudah terlambat saat pembawa acara mengatakan ucapan selamat pernikahan dengan lantang. Bertepatan dengan itu, suara tepuk tangan dan sorak sorai tamu terdengar sangat keras. Tubuh Prince membeku di tempatnya, kakinya mendadak sulit untuk di gerakan saat dia dipaksa harus menerima semua ini.
Tangisnya seperti tertahan, namun sorot matanya mengungkap luka yang tak terbendung saat melihat kekasihnya memakai gaun pengantin yang cantik. Ia menggertakkan rahangnya, menahan tangis yang hampir meledak. Pada akhirnya, Prince hanya bisa tersenyum getir menutupi tangis yang sebenarnya ingin ia tumpahkan.
“Teresa!” Satu teriakan keras yang berhasil keluar dari mulutnya.
“Kenapa kau lakukan ini padaku!!”
“Kenapa Teresa kenapa!!”
“Permintaan maaf bahkan tidak cukup!!”
Prince berhenti sejenak, matanya menatap kecewa kepada kekasihnya yang hanya diam saja tidak menanggapi ucapannya. Membuat mata yang awalnya menatap penuh kekecewaan, saat ini berubah menjadi tatapan penuh kebencian.
“Aku membencimu!”
Keributan yang Prince sebabkan, membuat Tao meminta para penjaganya untuk membawa Prince keluar dengan paksa. Tapi Prince tidak tinggal diam, dia masih berusaha melawan. Walaupun pada akhirnya dia tetap kalah dan berakhir dengan banyak luka pukulan di wajah dan tubuhnya.
“Apa salahku!”
“Mengapa kau lakukan ini padaku!”
Prince hanya tidak mengerti dengan semua ini, karena dia tidak diberikan satu penjelasan apapun.
Saat dia di seret keluar, hanya ada kebencian di dalam sorot matanya. Dia hanya bisa meyakini kebencian yang dia anggap benar. Karena Teresa hanya memberikan luka untuknya, tanpa mengatakan satu katapun padanya.
“Setidaknya kau harus mengatakan satu alasan kuat saat kau memutuskan untuk menyakitiku Teresa.”
...----------------...