Pertemuan singkat yang tak disengaja itu yang akhirnya menyatukan Nabilla dan Erik, tanpa rencana apa pun dalam pikiran Nabilla tentang pernikahan namun tiba-tiba saja lelaki asing itu mengajaknya menikah.
Lamaran yang tak pernah dibayangkan, tanpa keramaian apapun, semua serba tiba-tiba namun membawa kebahagiaan.
Pertemuan menyebalkan itu telah membuat Nabilla dan Erik terikat seumur hidup, bahagia hanya itulah yang mereka rasakan.
Merangkai kisah rumah tangga yang bahagia meski selalu ada saja masalah, Erik dan Nabilla menciptakan kisah bahagianya sendiri di tengah gangguan menyebalkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vismimood_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Memang Aku
Salsa langsung menghadang dokter yang keluar ruangan setelah selesai menangani Kia, Salsa hanya ingin tahu bagaimana keadaannya sekarang. Revan juga masih setia ada di dekat Salsa meski wanita itu masih kesal padanya, sebentar lagi Revan merasa akan ada drama yang terjadi.
"Kondisinya cukup buruk, dia dehidrasi parah. Saya sudah berikan obat untuk mengembalikan cairan tubuhnya, semoga saja lekas membaik."
"Tolong pantau terus Dokter, jangan sampai dia kenapa-kenapa."
"Kami akan berusaha, tapi tetap bantu doa ya."
Salsa mengangguk pasti, tentu saja itu akan dilakukannya, bagaimana pun salahnya Kia rasanya tak pantas ia diperlakukan seperti itu. Sedangkan sekarang Salsa baik-baik saja tanpa kesulitan apa pun, ya meski pun bekas luka di punggungnya itu tidak bisa hilang.
Dokter lantas pamit dan meninggalkan keduanya, ia akan kembali nanti untuk pemeriksaan berkala. Salsa sontak menatap Revan, ingin sekali Salsa marah pada lelaki itu tapi rasa takutnya juga cukup besar, Salsa takut akan bernasib sama dengan Kia nantinya.
"Kenapa?" Tanya Revan.
"Aku mau masuk, sebaiknya kamu diam di sini."
"Ya sudah."
Salsa menggeleng lantas memasuki ruangan untuk melihat kondisi Kia, wanita itu terbaring lemah dengan selang infus ditangannya. Matanya yang terpejam mendadak terbuka karena kedatangan Salsa, tapi sedikit pun Salsa tak berniat mengganggunya.
"Kia, kamu sudah aman sekarang. Cepat pulih ya."
Salsa melihat pergerakan tangan Kia, segera Salsa meraih tangan itu yang terangkat untuk meraih dirinya. Salsa juga melihat luka kecil disana akibat air keras tadi, Revan memang keterlaluan sekali.
"Kenapa, kamu mau sesuatu?"
"Maaf." Lirih Kia.
Salsa diam, wanita itu meminta maaf padanya apa karena sudah seperti ini atau memang ada niatnya sejak awal. Salsa tersenyum dan menggeleng, ia juga mengusap punggung tangan Kia dengan lembut.
"Tidak apa-apa, sudah kamu jangan pikirkan itu. Sekarang kamu istirahat yang benar biar cepat sembuh, oh iya, ada yang kamu mau sekarang?"
"Mama."
"Mama?"
"Mama."
Setelah sempat terdiam akhirnya Salsa mengeluarkan ponselnya, ia memberikan ponsel itu pada Kia dan membiarkannya menuliskan nomor disana. Salsa kembali mengambilnya dan langsung menghubungi nomor tersebut, sepertinya cukup sulit tersambung karena panggilannya tidak direspon.
"Sebentar ya, aku ulang lagi panggilannya."
Kia mengangguk dan membiarkan Salsa dengan kegiatannya, sikap baik Salsa sangat membuat Kia malu atas perbuatan jahatnya dulu. Apa Nabilla bisa sebaik Salsa jika bertemu nanti, Kia sangat ingin mencelakai wanita itu bahkan sejak awal melihatnya di tempat Daniel.
"Gak dijawab, mungkin lagi sibuk ya. Kita coba lagi nanti ya."
"Terimakasih."
"Iya, ya sudah ada yang lain. Kamu lapar kan biar aku belikan makan ya, kamu mau apa?"
Kia justru tak kuasa menahan air matanya hingga menyulitkan ia untuk menjawab Salsa, melihat itu Salsa memilih duduk di kursi kecil yang tersedia. Sebisa mungkin Salsa menenangkan Kia, untuk apa menangis bukankah sekarang semua sudah jauh lebih baik.
"Maaf."
"Tidak apa-apa Kia, aku sudah baik-baik saja sekarang. Tapi tolong jangan ulangi lagi ya, perbuatan kamu itu ternyata berbalik mencelakai diri kamu sendiri kan."
"Nabilla."
"Nabilla belum tahu ini, kamu bisa temui dia setelah sehat nanti. Jangan lagi salah langkah Kia, Nabilla belum tentu bisa terima perlakuan buruk kamu hari itu."
Salsa juga memang tidak terima dengan perlakukan Kia, sempat juga Salsa berniat balas dendam pada wanita jahat ini. Namun sekarang semuanya berubah, setelah melihat keadaan Kia justru membuat Salsa merasa prihatin.
Kenyataannya bukan Salsa yang membalas ada orang lain yang membalasnya, itu tetaplah balasan untuk perbuatannya. Tapi Salsa jadi merasa kasihan sekarang, dan justru merasa jika Revan sudah sangat keterlaluan.
"Revan."
"Biar dia jadi urusan ku, aku sama sekali tidak tahu Revan melakukan ini. Maaf karena aku terlambat menolong kamu, tolong sehat ya dan kembali pada keluarga mu lagi."
Perbincangan keduanya harus berakhir karena pintu yang terbuka, Salsa langsung menjauh ketika seorang wanita mendekat dan memeluk Kia. Beberapa saat terlewati akhirnya Salsa tahu jika itu adalah orang tua Kia, syukurlah akhirnya mereka datang meski tak menjawab panggilan Salsa.
Tapi siapa yang memberi kabar tentang keberadaan Kia saat ini, berikutnya Revan tampak turut masuk dan berdiri di samping Salsa. Sekarang Salsa tahu pasti Revan yang mengabari mereka, untuk apa melakukan itu, apa Revan masih perduli pada Kia.
"Kurang ajar kamu ya!" Bentak Mayang tiba-tiba.
Salsa yang terkejut semakin terkejut karena dorongan Mayang, sepertinya ada untungnya Revan berdiri di sampingnya karena bisa menahan Salsa. Melihat sorot mata Mayang kenapa wanita itu begitu marah padanya, apa kesalahannya sampai harus mendapatkan amarah seperti itu.
"Berani sekali menyiksa anak ku seperti ini!"
"Apa?"
"Keterlaluan!"
Begitu saja Mayang mengayunkan tangannya berniat menampar Salsa, tapi Revan lebih dulu menahannya. Salsa melihat Revan yang menatap Kia dengan rahang yang mengeras, apa maksudnya itu kenapa seperti itu.
"Mama, bukan dia." Ucap Kia.
Mayang menoleh setelah sempat menarik tangannya dari genggaman Revan, Kia menjelaskan jika bukan Salsa yang melakukannya. Kia membuat pengakuan jika Kia memang sengaja bersembunyi karena takut, Kia yang menyiksa dirinya sendiri di persembunyian tanpa bekal apa pun.
"Jangan sakiti dia, dia yang sudah membantu ku ke sini."
Salsa diam saja ketika Mayang kembali menatapnya, kini tatapan itu mulai sendu mungkin emosinya sudah mulai reda. Tidak masalah semua Ibu pasti akan marah jika melihat anaknya terluka, apa lagi jika yang melukainya pun terlihat di depan mata.
"Kia harus banyak istirahat, banyak minum, tentu juga makan agar tenaganya kembali pulih." Tutur Salsa.
Mayang tak berani menatap Salsa sekarang, ia memilih sibuk dengan Kia saja meski anaknya itu masih sangat lemah. Kini tinggal lelaki itu yang berganti menatap Salsa, sepertinya ini berbeda karena lelaki itu justru berterimakasih dan sempat juga meminta maaf.
"Tidak apa-apa, yang penting Kia sudah kembali sekarang."
"Katakan saja jika kami harus ganti rugi untuk luka kamu."
"Tidak perlu, tapi sebaiknya Kia meminta maaf pada Nabilla dan juga Erik. Dan tolong jangan ulangi lagi kesalahannya, jika itu terjadi mungkin saja balasannya akan lebih buruk."
Salsa hanya mendapatkan anggukan dari lelaki itu, setelah cukup lama hening akhirnya Salsa memutuskan untuk pulang saja. Kia sudah ada yang menjaga sekarang sebaiknya Salsa pulang, orang tuanya pun sudah menunggu di rumah sejak tadi.
Revan hanya membuntut saja tanpa mengatakan apa pun, tapi ketika Salsa menghentikan taxi, Revan segera menariknya ke mobil. Revan tidak akan biarkan Salsa pergi dalam keadaan marah seperti ini, seharusnya Salsa mengerti kenapa Revan melakukan itu.
"Jangan ganggu aku, aku rasa aku harus memikirkan semuanya terlebih dahulu Revan!"