Sulastri tak menyangka kalau dia akan jadi korban pemerkosaan oleh pria yang tak dia kenal, dia sampai hamil dan dihakimi oleh warga karena merasa kalau Sulastri merupakan wanita pembawa sial. Sulastri meninggal dunia dan menjadi kuntilanak.
Wanita yang menjadi kuntilanak itu datang kembali untuk membalas dendam kepada orang-orang yang dulu membunuhnya, dia juga terus gentayangan karena mencari siapa yang sudah merenggut kesuciannya.
Jangan lupa follow Mak Othor biar gak ketinggalan up-nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cucu@suliani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BD Bab 15
"Yah, di sini masih sepi banget loh daerahnya. Tak ada yang jualan sama sekali, boleh nggak kalau Dea buka warung?"
"Eh? Warung apa?" tanya Juragan Saleh.
Kaget juga juragan Saleh mendengar apa yang dikatakan oleh putrinya, karena bisa-bisanya putrinya itu malah ingin ngewarung. Padahal, untuk membangun pabrik saja dia punya uang dan masih banyak sisanya.
"Warung yang menyediakan mie seduh, kopi seduh, gorengan dan jajanan gitu."
"Kalau di kota mungkin akan rame, Sayang. Tapi, kalau di kampung seperti ini pasti sepi."
Orang-orang di kampung biasanya akan masak sendiri di rumah, jangankan untuk jajan di warung, biasanya untuk makan saja mereka akan kekurangan. Makan seadanya, tak perlu mengeluarkan uang untuk jajan.
Kecuali untuk mereka yang memiliki harta banyak, atau untuk mereka yang merantau ke kota. Biasanya punya uang lebih banyak, karena mereka punya pekerjaan yang cukup layak di kota.
"Bismilah aja dulu, Yah. Buka warungnya kalau boleh pengen di dekat perkebunan milik Ayah dulu, di sana banyak kuli panggul. Siapa tau pada pengen ngopi, kerjanya juga sampe malem. Masa iya gak laku sekali," ujar Dea.
Dulu para pekerja biasanya hanya bekerja sampai sore hari tiba, tetapi setelah Salman yang mengelola perkebunan itu, para pekerja laki-laki boleh lembur sampai malam karena dia juga memasok sayuran sampai luar kota.
"Boleh juga tuh dicoba, lagian tidak jauh dari sana ada pasar. Siapa tau banyak orang pasar yang datang untuk ngopi," ujar Karmila.
"Terus, rencana kamu dalam ngewarung itu seperti apa sih?" tanya Juragan Saleh penasaran.
"Pengennya bukanya siang aja, Yah. Kalau pagi biasanya mereka itu bawa bekal untuk makan siang, nah! Untuk siang sampai malam mereka biasanya mereka sudah tak memiliki stok makanan lagi, boleh?"
"Ya udah, nanti Ayah bicara sama tuan Salman. Soalnya sekarang perkebunan itu sudah jadi milik dia," ujar Juragan Saleh.
"Makasih, Ayah." Dea yang senang langsung melompat ke dalam pelukan ayahnya.
Selepas berbicara dengan putrinya, juragan Saleh langsung bertamu ke rumah tetangganya, Salman. Pria yang sudah membeli perkebunannya, dia datang dengan sopan dan meminta izin untuk berjualan tak jauh dari perkebunan yang sudah diberi oleh pria itu.
"Boleh, tentu saja boleh. Kalau bisa, anak kamu join sama anak aku aja. Biar anak aku ada kerjaan, soalnya kalau disuruh bantu di perkebunan dia kayak yang males gitu."
"Wah! Boleh banget tuh, biar Dea juga ada temannya."
Juragan Saleh melihat kalau Sultan itu sangat baik, dia merasa kalau Sultan bekerja sama dengan Dea, itu artinya dia tidak akan takut meninggalkan putrinya berjualan. Karena ada Sultan yang pastinya akan melindungi putrinya.
Setelah mengobrol dengan putrinya, juragan Saleh langsung bertamu ke rumah Salman. Keduanya langsung membicarakan masalah warung yang diinginkan oleh Dea.
"Wah! Bagus itu, kalau memang ada rencana join, saya juga akan memberikan modal kepada anak saya. Biar dia bisa belajar usaha, kasihan kalau disuruh di kebun, dia kaya bete gitu."
Salman dan juga juragan Saleh akhirnya sepakat untuk membuat warung di dekat perkebunan, saat Sultan ditanya oleh juragan Saleh, ternyata pria itu juga mau berjualan di dekat perkebunan.
"Gila aja nolak tawaran dari, Om. Mending join jualan sama cewek cakep, daripada bantu Ayah di kebun dan bertemu dengan bapak-bapak yang udah berumur."
"Bisa aja kamu, tapi ingat! Jangan mentang-mentang anak Om itu cuman anak kampung, kamu bisa mempermainkan Dea seenaknya. Karena jika itu terjadi, Om tidak akan segan untuk menghajar kamu," ujar Juragan Saleh.
"Santai, Om. Aku bukan pria bejat, Om. Cuma males aja, tapi aslinya baik kok."
"Duh Gusti, air laut siapa yang asinin sih??"
Semua orang yang ada di sana nampak tertawa, Syahdan juga ada di sana. Pria itu berjanji akan membantu Dea dan juga Sultan dalam membuka warung. Karena Juragan Saleh dan juga Salman 2 hari lagi akan membuka warung, keduanya akan memberikan modal dengan jumlah yang sama. Agar nantinya Dea dan juga Sultan bisa membagi hasil dengan sama rata.
**
Malam ini Salman merasa begitu lelah sekali, selain itu badannya terasa sakit semua. Dia kini baru pulang ke rumah, dia pulang sendirian, karena Sultan dan juga Syahdan sudah pulang dari tadi sore.
Syahdan memang dia tugaskan untuk membantu Sultan dan juga Dea, karena hari ini adalah pertama kalinya kedua remaja itu berjualan. Saat sore hari tiba, keduanya sepakat untuk menutup warung sore hari, besok baru mereka sepakat akan buka sampai jam sepuluh malam.
"Mending mandi terus tidur, capek banget aku. Mana besok harus ke pasar yang ada di luar kota, ada pelanggan baru yang minta pasokan sayuran."
Pria itu meregangkan otot-otot lelahnya, lalu dia berjalan menuju kamarnya. Namun, saat dia hendak masuk ke dalam kamarnya, tiba-tiba saja pintu kamar itu terbuka.
"Syahdan! Kenapa kamu ada di dalam kamarku?"
Syahdan awalnya terlihat gelagapan, tetapi tidak lama kemudian dia bisa menetralkan emosinya dan tersenyum dengan begitu hangat kepada Salman.
"Tadi aku dengar dari mbak yang ngurus nyonya kalau obatnya habis, jadi aku inisiatif untuk membelikannya. Maaf kalau saya lancang masuk ke dalam kamar anda, Tuan."
"Oh, masalah obat ya? Aku terlalu sibuk mengurusi usaha baru yang akan dijalani oleh Sultan, aku sampai lupa memperhatikan obat untuk istriku. Terima kasih ya?"
"Sama-sama, Tuan. Kalau begitu saya permisi dulu," ujar Syahdan berpamitan.
Syahdan keluar dari dalam kamar utama, kemudian dia melangkahkan kakinya menuju kamarnya. Selepas kepergian Syahdan, Salman masuk ke dalam kamarnya dan mengunci pintunya. Lalu, pria itu duduk di tepian ranjang dan menggenggam tangan istrinya.
"Sayang, aku pulang. Aku tahu kalau kebangkrutan usahaku membuat kamu syok, tapi aku kangen kamu yang dulu. Memangnya kamu tidak mau sembuh? Kenapa sampai saat ini kamu bahkan belum bisa bicara sama sekali?"
Saat perusahaannya sedang diambang kehancuran, Salman begitu stress. Dia pergi ke sana kemari untuk mencari investor, sayangnya tidak ada yang mau menjadi investornya. Alhasil perusahaannya tidak bisa diselamatkan.
Salman begitu sedih sekali karena perusahaan yang dibangun oleh orangtuanya hancur di tangannya, dia lebih sedih lagi ketika pulang ke rumah mendapati istrinya sudah tidak sadarkan diri.
Ketika dia membawa istrinya ke rumah sakit, istrinya mengalami stroke ringan. Agar dia bisa mengobati istrinya dan memutar kembali uang yang masih tersisa, salman pada akhirnya mau menjual semua aset berharga miliknya. Lalu, dia memutuskan untuk mencari tempat baru untuk usaha.
Salman sebenarnya merasa heran ketika memperhatikan kondisi kesehatan dari istrinya tersebut, karena semakin hari keadaan istrinya bukannya semakin membaik tetapi malah semakin memburuk.
"Yang, kangen."
Salman menunduk, lalu dia mengecup bibir istrinya. Tak lama kemudian Sinta membuka matanya, dia tersenyum mendapati suaminya sudah pulang.
"Aku kangen, kamu cepat sembuh ya?"
Senyum di bibir Sinta langsung surut, tak lama kemudian Salman bisa melihat ada air mata yang keluar dari mata indah istrinya itu.
"Kenapa? Kamu kenapa menangis, Yang?"
Sinta mencoba membuka mulutnya, bibir itu memang bisa terbuka, bibir itu memang bisa bergerak, tetapi tidak mengeluarkan suara. Sinta begitu sedih, terlihat dari air mata yang semakin deras keluar.
"Bilang sama aku, Yang. Kamu kenapa?"
Sinta menunjuk obat yang ada di atas nakas, obat yang baru saja dibelikan oleh Syahdan. Salman menolehkan wajahnya ke arah obat itu, lalu dia kembali menatap wajah istrinya.
"Ada apa dengan obat itu?"
ternyata begitu ceritanya... dasar laki-laki...
jahat pula...
kalo ada udaku geplek pala abg syahdan 🤣
syahdan ini udah termakan omongan ibunya.. kasihan juga sih.. nggak tau apa-apa, malah dimanfaatkan ibunya..