Farraz Arasy seorang pemuda biasa tapi mempunyai kisah cinta yang nggak biasa. Dia bukan CEO, bukan direktur utama, bukan juga milyarder yang punya aset setinggi gunung Himalaya. Bukan! Dia hanya pemuda tampan rupawan menurut emak bapaknya yang tiba-tiba harus terikat dalam hubungan cinta tak beraturan karena terbongkarnya rahasia besar sang calon istri sebelum pernikahan mereka terjadi!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dfe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Habis debat terbitlah ancaman
Berbekal informasi yang Willy dapatkan dari Arraz tentang keberadaan Dewi, membawa nekat dan semangat pantang menyerah dia beranikan diri ngubek-ubek daerah Cilacap untuk mencari keberadaan Dewi.
Karena Dewi nggak bisa dihubungi, Willy pun meminta bantuan Suprapto, suaminya Suprapti, bapaknya Dewi. Mereka sering berbalas chat. Kedekatan mereka tak lain karena timbal balik yang Willy berikan pada Suprapto. Tentu aja UUD dijalankan dengan baik dan benar di sini. UUD? Ujung Ujungnya Duit gaess! Paham?
Menempuh perjalanan jauh, sampai juga Willy di rumah kakeknya Dewi yang mana jika dilihat visualnya termasuk rumah sederhana yang asri dan terawat dengan banyak tanaman hijau di sana-sini.
Willy mengetuk pintu, mengucapkan salam. Tidak diduga, Dewi sendirilah yang membukakan pintu untuknya. Apakah ini yang namanya jika jodoh tak akan kemana? Hambuuh...
"Ngapain kamu ke sini?!" Bentak Dewi ingin menutup kembali pintu yang udah terbuka.
"Dew! Aku mau ngomong sama kamu! Tolong hargai perjuangan ku yang susah payah bisa sampai sini buat nemuin kamu, Dew!" Cegah Willy mengganjal pintu dengan kakinya.
"Aku kan udah bilang kalau antara kita itu udah putus! Udah nggak ada apa-apa lagi! Nggak ngerti bahasa manusia ya kamu ini?!" Judes banget sih mbak, kayak abis nelen cabe mapuluh kilo!
"Arraz udah tau hubungan kita, Dew! Dan dia bilang mau talak kamu setelah kamu kembali ke kota!" Informasi dari Willy membuat Dewi menegang.
"Nggak! Aku nggak mau cerai dari dia! Kamu bohong kan, Will?! Bilang kalau kamu lagi nipu aku!!" Dewi menggoyangkan lengan Willy kencang.
Willy lalu menceritakan semuanya. Semua percakapan yang dia lakukan dengan Arraz kemarin sebelum dia memutuskan mencari Dewi hingga ke pelosok negeri.
"Yang mau aku tanyain ke kamu.. Bener kamu punya penyakit kelAmin menular, Dew? Kata Arraz dia nggak pernah sekalipun nyentuh kamu.. Lalu kamu bisa dapat penyakit itu dari siapa?" Raut wajah sendu berbalut kesedihan muncul di muka Willy.
Dewi yang awalnya powerful dan bicara menggunakan suara menggelegar, kini berubah jadi pendiam. Dia bahkan sempat membeku beberapa saat.
"Kamu bohong sama aku tentang Arraz yang sering maksa kamu?" Willy kembali bersuara.
"Dew... Aku masih nunggu jawaban mu." Suara Willy lembut sekali.
Willy ini mungkin tipe orang yang punya tingkat kebucinan over puaraaah hingga luber dan nggak bisa ditoleransi lagi. Antara mencintai dan menjadi tolol tingkat tinggi nggak bisa dia bedakan sama sekali.
"Aku diperkosa atasanku. Bukan sekali dua kali tapi berkali-kali! Aku sering dipakai atasan ku. Dia yang menularkan penyakit menjijikan ini padaku! Dan.. Iya, Arraz emang nggak pernah nyentuh aku. Makanya aku lampiasin semuanya ke kamu! Arraz nggak pernah mau diajak ciuman! Arraz nggak pernah mau nenEn padaku! Arraz nggak pernah liat bentuk tubuh ku!! Tapi kamu pernah aku berikan semua itu kan? Kamu emang nggak maksa, aku sendiri yang ngasih semuanya ke kamu. Karena apa? Karena Arraz terlalu teguh pada pendiriannya, dia nggak mau nyentuh aku sebelum aku jadi istrinya! Tapi aku nggak tahan!"
"Setelah dilecehkan seperti itu, libiDo ku selalu naik ketika melihat Arraz! Aku membayangkan bagaimana rasanya disentuh, dicium, dimanjakan, dan dimasuki olehnya! Tapi, nggak! Arraz selalu menolak ku! Dan mungkin aku harus berterimakasih padamu karena melalui kamu, aku bisa merasakan kenikmatan meski kamu sendiri juga nggak mau memakai pedangmu untuk menyentuhku. Aku heran, kenapa lelaki seperti kalian nggak mau diberi kenikmatan dunia?"
Dewi mengatakan semua itu tanpa rasa malu. Tapi Willy yang mendengarkan malah meneteskan air mata. Willy bahkan sampai mengigit bibirnya agar suara tangisnya nggak terdengar oleh Dewi. Lelaki itu menunduk sebagai tanda jika dia benar-benar hancur dan patah hati.
"Lebay! Udah lah nggak usah cengeng! Lagian Arraz juga udah balas aku kok! Sebelum dia nikahin aku, dia udah nikah dulu sama cewek lain. Jadi ya udah sih, ngapain juga sedih-sedihan gitu? Kan dari dulu juga aku bebasin kamu buat cari cewek lain selain aku, yang nggak mau kan kamu! Nggak usah sok melow di depanku gini!"
Udah ketus, judes, galak, gatel pula, sebenarnya apa yang dilihat Willy dari sosok betina model beringas seperti Dewi ini? Bisa-bisanya Willy segitu cintanya sama si Dewi.
"Kamu akan menyesal jika suatu saat nanti aku benar-benar pergi ninggalin kamu, Dew..." Willy berucap dengan nada lirih pelan sekali.
Dewi malah menye-menye menirukan ucapan Willy. Sebelum pergi, Willy berpamitan pada Suprapti dan Supratman, kakeknya Dewi. Lelaki sadboy itu bahkan memberikan sebuah amplop lumayan tebal pada Suprapti. Isinya uang? Yaiyaaa, masa isinya tagihan hutang!
'Arraz punya istri dua? Siapa istri keduanya? Eh, sebentar.. Kata Dewi kan Arraz menikahi wanita lain sebelum meresmikan hubungan dengan Dewi, itu artinya Dewi bukan istri pertamanya? Jika ini dilaporkan pada komite sekolah, kira-kira Arraz masih bisa mengajar di Tadinya Mesra atau nggak?'
Serah lu lah bang.. Laporin aja sana laporin!
.
.
.
'Aku tahu rahasia mu, ternyata kamu nggak sebaik yang terlihat. Kamu lebih bejat dan brengsek ketimbang diriku! Tunggu tanggal mainnya, aku akan menggulung rata semua yang kamu miliki sekarang ini!'
Pesan itu dari Willy. Arraz hanya membacanya tanpa berniat membalas atau bertanya apapun pada lelaki mantan pacar istri keduanya itu. Dia bisa menebak apa yang dimaksud Willy hanya dengan sekali baca pesan chatnya saja. Kemungkinan besar Willy sudah tau tentang dirinya yang miliki istri lebih dari satu.
"Mas, ini udah bener belum?" Zea duduk di lantai. Buku pelajarannya berserakan di meja. Dia sedang mengerjakan tugas sekolah ditemani Arraz di sampingnya.
"Mana, coba lihat." Arraz langsung fokus pada soal yang dikerjakan Zea. Bocah ini mengedipkan mata beberapa kali ketika Arraz memberikan penjelasan karena menurut Arraz jawaban Zea kurang tepat.
"Gitu.. Paham, dek?" Tanya Arraz menyelesaikan bimbingan belajar gratisan untuk binik kecilnya.
"Mboten mas."
"Lho, kok nggak paham. Kenapa? Cara mas jelasin muter-muter atau gimana?"
"Bukan gitu.. Aku malah fokus liatin mas ketimbang mendengarkan penjelasan yang mas kasih, hehe." Baguuus!
Arraz tersenyum sambil menggelengkan kepala. Dia ulangi kembali penjelasan yang dia berikan tapi kali ini Arraz mengubah posisi duduknya agar berada di belakang Zea, Zea hanya bisa mendengar suara Arraz tanpa bisa menatap wajah tamvan rupawan mas gurunya. Bukannya fokus.. Zea malah merem-merem merasakan hembusan nafas Arraz mengenai samping telinganya.
"Mas..."
Ketika Zea menoleh ke kanan, Arraz yang dipanggil pun ikut membelokan lehernya mengikuti suara yang memanggilnya. Terjadilah temu bibir secara nggak sengaja. Serius deh, Zea nggak bermaksud nyium Arraz.. Tapi kalo kadung nempel gitu, ya namanya alhamdulillah!
"Dalem.. Bisa nakal juga to sekarang?" Arraz membalas dengan memberi kecupan singkat di bibir Zea. Nggak usah pake deep deep'an nyiumnya.. Nanti kalo ujung-ujungnya nggak tersalurkan Arraz sendiri yang susah!
"Aku nggak nakal kok.. Aku cuma mau tanya.." Antara malu banget dan malu-maluin, Zea masih bisa menyangkal 'kelicikan' yang baru saja dia lakukan. Itu bukan licik ya, itu namanya memanfaatkan kesempatan dengan baik! Yunooo?!
"Tanya apa?" Posisi mereka masih sama. Zea di depan, Arraz duduk di belakangnya. Namun sekarang wajah Arraz sedikit condong ke depan, untuk menatap keindahan yang ada dalam diri Zea.
"Aku cinta kamu... Bahasa jawanya apa, mas?" Tanya Zea tanpa senyum di wajahnya.
Arraz berdehem. Dia palingkan wajahnya ke arah lain karena rona merah itu pasti akan terlihat oleh Zea jika masih memandang Zea lekat seperti tadi, kok bisa bocah belasan tahun ini bikin hatinya gonjang-ganjing seperti ini?
"Aku tresno slirahmu." Jawab Arraz sudah bisa menguasai dirinya kembali.
"Kulo nggeh tresno panjenengan." Zea cekikikan.
Diiiiiih geli ngetiknya woooeeeeeee!!! Jauh jauh lah kalian! Menjauhlaaaaah menjauhlaaaaah!
Barulah Arraz sadar jika dia sedang dikerjai bocah cilik yang sudah dinikahinya itu. Sebuah ciuman berdurasi tiga ratus enam puluh lima hari terjadi. Penonton dibuat membayangkan sambil mengumpat dalam hati, kenapa durasi ciuman aja bisa memakan waktu sampai setaon gitu??
udah halal sih tapi keadaan kalian tidak memungkinkan untuk lebih lanjut ke arah sebelah sana
masih di pantau Thor untuk part lengkap nya 🤭🤭
tadi mau pindah
sekarang berasa di usir
eh gimana sih😫😫😫