NovelToon NovelToon
Gadis Incaran Tiga CEO Kembar

Gadis Incaran Tiga CEO Kembar

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Romansa Fantasi / Nikah Kontrak / Diam-Diam Cinta / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Harem
Popularitas:4.3k
Nilai: 5
Nama Author: Fitria callista

Gricelin Noah Fallon ingin merayakan ulang tahun Calon Tunangannya Harley Gunawan dihotel, tak disangka Harley yang ditunggu tidak datang dan malah tiga pria lain yang masuk ke dalam kamar hotel yang dia pesan.

Dia yang sudah diberikan obat perangsang oleh ibu kandungnya tidak bisa menolak sentuhan pada kembar dan sangat hebat diatas ranjang.
Tak disangka, semua hal yang terjadi malam itu adalah konspirasi ibu kandungannya Marina Fallon, yang ingin menghancurkan hidupnya dan membuat Harley berpaling pada anak tirinya Diandra Atmaja.
Semua itu, ibunya lakukan untuk mendapatkan cinta dari suami dan anak tirinya.
Tapi takdir berkata lain, Gricelin yang hamil anak ketiga kembar itu malah dicintai secara ugal-ugalan, bahkan ketiga kembar itu membantunya balas dendam.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitria callista, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 30

"Tuan .... " Kedua bola mata Gricelin berkaca-kaca, rasa panik sekarang ini menghampiri dirinya.

Dia takut, kalau terjadi apa-apa dengan janin yang ada diperutnya karena menahan lapar.

Akhirnya kesadaran Deris pun kembali. "Aku akan memesankanmu makanan, memangnya kamu mau makan apa?"

Gricelin yang senang, lagi-lagi memegang kedua tangan Deris dengan kedua tangannya.

Sengatan listrik ditubuh Deris akhirnya membuat hatinya terasa tumbuh ribuan bunga yang bermekaran.

Dia yang semakin merasa takut, jika nantinya tidak bisa mengendalikan hatinya.

Lantas menarik tangannya.

Deris berusaha sangat keras, untuk mengubah ekspresinya menjadi datar. "Kamu nggak perlu bersikap kekanak-kanakan seperti ini. Ayo buruan makanan apa yang kamu inginkan."

"Okelah." Gricelin terlihat berpikir, akhirnya dengan penuh pemikiran matang.

Dia pun memutuskan untuk memesan nasi telur.

Deris memandang Gricelin dengan tatapan aneh.

"Nasi telur?"

Gricelin mengangguk. "Iya, nasi putih biasa terus sama telur goreng. Aku nggak mau banyak berhutang pada Anda Tuan."

Lalu Gricelin berjalan ke arah meja samping brangkar, "Trus minumnya, aku minum air mineral saja yang disediakan dirumah sakit ini." Dia mengambil sebotol minuman yang ditata rapi diatas meja.

Saat ingin membuka tutup botolnya, Gricelin tiba-tiba malah teringat akan bayang-bayang Rava.

Ntah kenapa? Sejak masuk pesawat sampai sekarang, wajah Rava terus muncul didalam otaknya.

Sangat sulit untuk dihilangkan.

"Oke," sahut Deris yang ingin segera menjauh dari Gricelin.

Dia takut, jika tidak segera menjaga jarak.

Nantinya dia akan benar-benar jatuh cinta pada Gricelin.

Deris mengambil ponsel miliknya, lalu segera memesan makanan.

Tak berselang lama.

Ruang inap Deris yang sbelumnya terasa hening saat pintu diketuk perlahan.

Dengan suara serak, Deris mempersilakan siapa pun itu untuk masuk.

Pintu terbuka lebar, dan beberapa orang berseragam hotel memasuki ruangan dengan membawa troli penuh makanan yang beraneka ragam, dari hidangan pembuka hingga penutup, semuanya tampak lezat dan disajikan dengan sangat estetik.

Gricelin, yang berdiri di samping Deris, tercengang melihat jumlah makanan yang seolah-olah cukup untuk pesta.

"Tuan mau makan sebanyak ini?" tanyanya dengan mata membulat, khawatir mengingat Deris baru saja pulih dari serangan jantung ringan.

Deris menoleh dengan senyum yang lebar, menunjukkan kelembutan yang jarang baru kali ini ia tunjukkan, "Ini untukmu! Makanlah, katanya kamu lapar," katanya sambil mengedipkan satu mata.

Tapi Gricelin hanya bisa mengangkat bahu dengan raut muka yang masih terkejut. "Saya hanya minta nasi telur saja," ujarnya pelan, tidak ingin menyinggung perasaan Deris yang sudah berbaik hati.

"Ini gratis karena kamu sudah menyelamatkan nyawaku," balas Deris, suaranya penuh dengan rasa terima kasih yang mendalam.

Wajahnya menunjukkan keikhlasan, membuat Gricelin merasa hangat di hati meski bingung harus berbuat apa dengan segunung makanan di depannya.

Beberapa pelayan hotel dengan hormat menyapa Deris lalu pamit pergi.

Keluarga Deris Listianto memilki menduduki puncak kekuasaan dikota selatan.

Sementara Gricelin masih memandangi makanan, walaupun perutnya terus mengeluarkan suara.

Tapi dia takut kalau nantinya diminta tagihan.

Mengingat dirinya belum lulus kuliah, mencari perkejaan tentu sulit.

Ditambah dia hanya memiliki keahlian menyulam dan balapan saja, selama ini keahliannya itu sudah tidak mendatangkan satu pun manfaat untuknya.

Deris berdehem, sontak Gricelin pun menoleh.

"Makanlah! Aku janji nggak akan meminta sepeserpun."

Keraguan diwajah Gricelin lambat laun lenyap, setelah melihat wajah serius dan penuh ketulusan dari Deris.

Gricelin pun mengangguk.

Tapi dia mengambil makanan yang terlihat paling sederhana dan paling murah.

*****

Sementara itu, dirumah mewah Rava.

Wajah Rava terlihat sangat menyeramkan.

Ia kira, Gricelin yang dia tinggal sendirian dirumah akan sangat aman.

Makanya, sebelumnya saat rapat dia sengaja tidak menyalakan notifikasi diponselnya.

Mengingat rapat kali ini sangatlah penting.

Rava benar-benar tidak menyangka, ada seseorang yang berniat membawa kabur Gricelin.

Sinar mata Rava yang semula berbinar penuh harapan seketika meredup, menandakan keputusasaannya.

"Masih belum ada perkembangan?" ucapnya dengan suara yang berat, hampir tak terdengar.

Kepala detektif dan kepala polisi di hadapannya hanya bisa memberikan anggukan kecil, tanda belum ada perkembangan yang signifikan.

Sementara para pelayan memberikan kesaksian yang sama, Gricelin pergi dengan seorang pria dan seorang wanita.

Di sudut ruangan, Rivan dan Regan tampak gelisah.

Mereka berdua telah berkeliling kota, mencari setiap jejak yang mungkin ditinggalkan oleh Gricelin.

Regan, dengan geram, menghampiri Rava sambil membawa sebuah surat yang terlipat rapi.

"Kak, lihat ini," katanya sambil menyerahkan surat tersebut.

Rava, dengan tangan sedikit gemetar, membuka surat tersebut.

Baginya Gricelin adalah cahaya hidupnya, orang yang menyelamatkannya dari ambang kematian.

Bahkan gadis itu adalah cinta pertamanya.

Sudah sejak lama, Rava bersabar dan hanya bisa melihat tumbuh kembang Gricelin dari balik CCTV yang terpasang dirumah gadis itu.

Semakin melihat tumbuh kembang Gricelin, rasa cinta dari Rava untuknya semakin bertambah hebat.

Kedua bola mata Rava melebar saat membaca isi surat dari Gricelin yang menyatakan bahwa dia memilih untuk pergi, meninggalkan segalanya di belakang.

Air mata mulai menetes di pipi Rava, rasa kecewa dan terkhianati bercampur menjadi satu.

Rivan dan Regan sedikit menyipitkan mata mereka.

Rava menangis? Sungguh hal yang sangat mustahil.

Kakaknya itu memang royal dalam urusan pembayaran, tapi kakaknya juga terkenal sangat kejam dari kalangan pebisnis jika ada orang yang melakukan kesalahan.

Rava juga tidak segan melenyapkan nyawa seseorang jika ada yang menghalanginya.

Regan, yang sebelumnya sudah tidak menyukai Gricelin, kini semakin tidak menyukainya.

Ia bisa memastikan, jika Gricelin memang wanita tidak baik dan kepolosannya hanya topeng bermuka dua.

"Dia tidak layak untukmu, Kak! Lihat, dia bahkan tidak punya keberanian untuk menghadapimu langsung," ucap Regan dengan nada tinggi, mencoba menahan amarahnya yang kian memuncak.

Rivan, yang biasanya lebih tenang, mencoba meredam situasi. "Kita harus tetap mencarinya, untuk memastikan dia baik-baik saja," ujar Rivan, mencoba menenangkan kedua pihak.

Tiba-tiba Rivan teringat ekspresi wajah Angel saat kemarin bertemu dengannya. "Mungkin saja ini konspirasi!"

Angel kemarin terlihat tidak suka saat membahas Gricelin.

Tidak ada orang yang mengenal baik Angel selain dirinya.

Karena Angel tidak suka saat dia mengejar cintanya, jadinya selama ini Angel tidak pernah memakai topengnya saat menghadapinya.

Regan tahu, Angel sebenarnya sangat jahat dan akan melakukan apapun untuk mencapai keinginannya.

Tiba- tiba hati Rivan membisikkan sebuah dugaan, jika Gricelin dibawa kabur oleh Jordan dan Angel.

Bagaimana pun juga, Jordan bucin bodoh pada Angel.

Tapi dia belum berani mengeluarkan segala praduga dan asumsinya, mengingat semuanya butuh bukti.

Rava, dengan kepala yang tertunduk, merenung dalam keheningan.

Dia tahu, meskipun hatinya terluka, dia masih harus menemukan Gricelin, untuk mendapatkan kejelasan dan mungkin, memperbaiki apa yang tersisa dari hubungan mereka yang kini penuh dengan keraguan dan kesalahpahaman.

"Bukankah selama ini aku selalu bersikap baik padaku." gumam Rava frustasi, suaranya terdengar jelas ditelinga Rivan maupun Regan.

Rivan, yang biasanya brisik dan heboh sekarang terlihat berubah tenang, ia mencoba meredakan situasi.

"Mungkin kita harus mencoba memahami situasi dari sudut pandangnya. Gricelin mungkin merasa terbebani, Kak," sahut Rivan, mencoba memberikan perspektif lain.

Walaupun terlihat tenang, nyatanya Rivan juga sangat khawatir dengan keselamatan Gricelin.

Rava, yang mulai merasa panik dan bingung, duduk dengan tangan yang bergetar. "Tapi, mengapa dia tidak bicara langsung kepadaku? Mengapa dia harus kabur seperti ini?" tanyanya dengan nada suara yang semakin meninggi.

Tiba-tiba, kepala detektif swasta dan kepala polisi yang sebelumnya diam, turut memberikan pendapat.

"Kami akan terus mencari, Tuan Rava. Kami akan melakukan segala yang bisa kami lakukan untuk menemukan Gricelin," ujar kepala polisi dengan tegas.

Rava mengangguk lemah, merasa dunianya mulai runtuh.

Beberapa hari pun berlalu, rumah mewah Rava terlihat sangat sepi.

Beberapa waktu lalu, saat ada Gricelin di rumah Rava.

Suasana ruang makan selalu hangat, kakaknya selalu ada disana.

Tapi sekarang, Regan hanya bisa sendirian.

Bahkan selain Rava yang malas makan, Rivan pun sama, dia juga malas makan.

"Padahal cuman gadis aneh? Ada apa sih dengan kak Rava dan kak Rivan," gerutu Regan menahan kesal.

Tiba-tiba seorang pelayan menghampiri dirinya.

"Tuan Regan, ada tamu."

Regan bingung, karena dia tidak mengundang temannya kesini. "Tamu? Temanku nggak ada yang ingin datang kesini!"

"Namanya Nona Dila Listianto, dia mencari Tuan Rivan. Tapi waktu saya ketuk pintu kamar Tuan Rivan, tidak ada jawaban dari dalam. Sepertinya Tuan Rivan sedang tidur."

Regan pun mengangguk dan mengakhiri makan.

Dia berjalan ke arah ruang tamu, Dila sudah duduk disana.

Tanpa basa basi, Dila langsung menyampaikan maksudnya saat bertemud engsn Regan. "Kak Regan, bisakah aku bertemu dengan kak Rivan?"

"Dia sedang tidur."

Dila sedikit kecewa dan tidak puas dengan jawaban Regan. "Bolehkah aku menunggu disini?"

Regan ingin menolak, tapi Dila buru-buru melanjutkan ucapannya. "Aku sudah jauh-jauh datang dari kota Selatan ingin bertemu kak Rivan. Tolong jangan usir aku!"

Regan menghembuskan napas kasar, lalu menyetujui permintaan Dila.

Walaupun dia kenal dengan Deris, tapi dia tidak pernah dekat.

Mengingat portal pertemanan mereka di negeri ini sama.

Jadi dia sedikit menjaga jarak dan juga waspada.

Regan menyuruh seorang pelayan untuk berjaga didekat kamar Rivan, kalau Rivan sudah bangun.

Dia disuruh untuk langsung menemui tamu yang datang.

Mengingat rumah Rava sangatlah besar dan luas.

Bahkan luasnya melebihi bangunan mansion, tapi belum pantas disebut mansion karena Rava memang tidak terlalu suka menonjol dengan kemewahan l dan menyombongkan diri.

Hal yang ditakutkan Regan, kalau tidak menyuruh pelayan berjaga didekat dikamar Rivan.

Saat Rivan bangun dan tidak mengetahui kalau ada orang yang menunggunya, nantinya dia malah langsung pergi.

Sudah 30 menit berlalu, Regan masih diruang tamu, diruangan yang sama dengan Dila.

Cuman posisinya ia duduk disofa bagian lain.

Ia sedang sibuk bekerja dengan laptop miliknya, melihat saham-saham keluarga.

Regina juga melaporkan kondisi perusahaannya lewat zoom, sekarang banyak sekali menerima pesanan sulam.

"Aku mengerti Regina, aku usahakan segera mencari kontak Diandra Atmaja untuk melakukan kerja sama."

Regina langsung menyetujui ucapan Regan.

Tanpa Regan sadari, dia sedari tadi terus memandang ke wajah Regan dengan senyuman.

"Bagaimana perkembangan pencarian Gricelin?" tanya Regina.

Ekspresi wajah Regan langsung berubah buruk, saat Regina menanyakan perihal Gricelin. "Kamu jangan sebut namanya, gara-gara dia aku rugi miliaran karena harus mencarinya dan tidak ada waktu untuk menemui Diandra Atmaja."

Regina tersenyum senang, melihat Regan yang tidak menyukai Gricelin.

Kabarnya, Gricelin adalah wanita yang sangat cantik dan memiliki banyak keunggulan.

Mengingat Rava adalah orang yang sangat perfeksionis dan selektif, apalagi Astria Grup menjadi perusahaan nomor satu dengan penghasilan tertinggi dinegeri ini setelah beberapa tahun dipegang Rava.

Regina tahu, jika tiga orang yang berada dalam kamar hotel bersama Gricelin adalah tiga kembar.

Walaupun sedikit syok, tapi dia juga tahu fantasi aneh Rava.

1
Isolde
Author jago banget bikin cerita gini, 😍terharu
Fitria Callista: Terimakasih banyak untuk komennya kak, bikin semangat.
total 1 replies
SGhostter
Suka banget sama karakter di cerita ini, tambah banyak lagi ya thor!
Fitria Callista: terima kasih banyak kak sudah mau komen, jadi semangat mau nulis.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!