Original Story by Aoxue.
On Going pasti Tamat.
Ekslusif terkontrak di NovelToon, dilarang plagiat!
Di tengah hujan yang deras, seorang penulis yang nyaris menyerah pada mimpinya kehilangan naskah terakhirnya—naskah yang sangat penting dari semangat yang tersisa.
Tapi tak disangka, naskah itu justru membawanya pada pertemuan tak terduga dengan seorang gadis misterius berparas cantik, yang entah bagaimana mampu menghidupkan kembali api dalam dirinya untuk menulis.
Namun, saat hujan reda, gadis itu menghilang tanpa jejak. Siapa dia sebenarnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aoxue, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17 - Hujan
Cahaya lampu meja kerja Sean kini tak lagi redup. Jari-jarinya mulai menari di atas papan ketik, menuliskan kata demi kata yang mengalir begitu deras tentang mata Liliana yang penuh keajaiban, tentang hujan yang mempertemukan dan sekaligus memisahkan mereka, tentang dunia yang tak bisa dijelaskan logika namun penuh makna.
Aoxue berdiri di ambang pintu kamar kerja Sean, memperhatikannya dalam diam. Wajah Sean berubah lagi, ia bukan lagi pria yang tenggelam dalam kesedihan, ia kini seorang penulis, dan kini jiwanya menyala kembali.
"Hari itu, saat hujan berhenti, aku tahu kau sudah jauh, tapi aku juga tahu, cinta kita bukan untuk dilupakan, ia untuk dikenang, ditulis, dan mungkin untuk ditemukan kembali."
Sean membacakan satu paragraf dengan lirih sambil tersenyum tipis.
Aoxue menggenggam ujung bajunya sendiri, menahan perasaan yang berkecamuk. Di satu sisi, ia senang Sean kembali hidup dalam tulisannya.
Di sisi lain, ia sadar sepenuhnya tak peduli seberapa sering ia datang, memasak, atau bertahan nama yang tertulis di setiap kalimat Sean bukanlah namanya.
"Kau akan menulisnya sampai selesai?" tanya Aoxue pelan, meskipun dia tahu jawabannya.
"Sampai aku bisa menghadapinya lagi, sampai Liliana tahu bahwa aku tidak pernah berhenti mencintainya," jawab Sean sambil terus mengetik.
Aoxue mengangguk pelan, tak ada air mata, hanya sepotong senyum kecil dan tatapan yang mengerti. Ia tahu, mungkin cinta tak selalu harus dimiliki, kadang, cinta hanya berarti mendukung dari balik layar, dan itulah peran yang ia pilih.
"Kalau begitu," katanya lembut, "Aku akan jadi editor terbaik untuk ceritamu, cerita kalian."
Ia pun perlahan melangkah keluar dari kamar itu, meninggalkan Sean dengan kisah yang kini sedang kembali ditulis oleh cinta yang belum sempat selesai.
Saat Sean sibuk menulis kisah tentang Liliana, ia merasa kesulitan menentukan latar tempat dan waktu yang tepat untuk menggambarkan dunia yang menurutnya tak nyata, namun terasa begitu hidup.
Ia pun membuka laptopnya dan mulai menjelajahi berbagai artikel sebagai referensi, berharap bisa menemukan secercah inspirasi untuk memperkuat dunia dalam ceritanya.
Hingga pada satu titik, pandangannya tertahan pada sebuah artikel berita lama yang tidak sengaja terbuka di salah satu tab, "Kaori Shinomiya menghilang saat melahirkan, misteri besar dari Keluarga Konglomerat Jepang"
Judul itu membuat Sean menegang, ia membaca dengan lebih serius.
"Kaori Shinomiya, istri dari pebisnis ternama Demian Virelli, dilaporkan menghilang secara misterius pada saat proses persalinan di kediaman keluarga Shinomiya. Insiden ini terjadi tepat pada malam 19 maret dan hingga kini, keberadaan Kaori belum pernah terungkap.
Pihak keluarga menolak memberikan komentar lebih lanjut, namun beberapa sumber menyebutkan bahwa bayi yang dilahirkannya selamat dan dirawat oleh sang ayah, Demian."
Tangan Sean mulai gemetar, tanggal itu tanggal 19 maret adalah tanggal ulang tahunnya. Ia tidak percaya dengan apa yang baru saja dibacanya.
Ia mengulang paragraf itu beberapa kali, mencoba memastikan bahwa pikirannya tidak bermain-main dengannya.
"Kaori Shinomiya hilang saat melahirkan? Tapi, bukankah itu tanggal kelahiranku juga?"
Artikel itu menyebut bayi yang lahir selamat, namun tidak dijelaskan lebih lanjut siapa bayi itu atau di mana keberadaannya sekarang. Tapi yang paling mengguncang bagi Sean adalah perasaan yang begitu kuat bahwa semuanya, Liliana, hujan, dan kini, Kaori—semua ini bukan kebetulan.
"Jangan-jangan, Liliana?"
Sean mulai menautkan potongan-potongan kisah. Liliana selalu muncul saat hujan turun. Liliana berasal dari dunia yang aneh, yang tidak pernah ia kenali.
Liliana pernah menyebut tentang ayahnya, tentang tempat asing yang kemudian terasa mirip Jepang.
Dan kini, nama Demian pun muncul, nama itu begitu familiar. Liliana pernah menyebutkannya.
Perut Sean terasa mual, dan napasnya berat.
"Apakah Liliana adalah anak dari Kaori Shinomiya? Jika benar, berarti dia bukan sekadar tokoh dalam cerita atau imajinasiku? Dia nyata dan dia terhubung denganku sejak lahir?"
Dengan tangan gemetar, Sean menyandarkan punggungnya ke kursi. Kini, cerita yang ia tulis berubah. Bukan hanya tentang cinta, tapi tentang jati diri dan rahasia besar yang menghubungkannya dengan dunia lain.
Sean terus membaca artikel itu dengan penuh ketegangan.
Semakin dalam ia menyelami isi laporan lama itu, semakin banyak potongan teka-teki yang terasa cocok dengan apa yang selama ini ia alami bersama Liliana.
Namun, segalanya terasa benar-benar nyata dan mengguncangkan ketika ia menemukan satu hal yang membuatnya tak bisa memalingkan pandangan, sebuah foto.
① Foto.
Satu kali lihat aja ya 😉
Di bagian bawah artikel, terlampir sebuah foto lawas berwarna agak pudar, menampilkan sosok wanita muda bergaun putih dengan senyum lembut, berdiri di samping seorang pria berambut gelap tertulis di bawahnya, Kaori Shinomiya dan suaminya, Demian Virelli, dalam perayaan ulang tahun keluarga Shinomiya.
Sean membeku, .atanya membelalak. Ia mendekatkan layar laptop itu, memperbesar foto tersebut, menelusuri setiap detail wajah wanita bernama Kaori itu.
Wajah itu, "Liliana!"
Itu benar-benar wajah Liliana, sorot matanya, senyumnya, bahkan garis halus di rahangnya. Hanya gaya rambut dan busana yang berbeda. Namun, tidak ada keraguan lagi, sosok wanita dalam foto itu benar-benar identik dengan Liliana.
Jantung Sean berdebar kencang, dunia seperti berputar di sekelilingnya dan napasnya tertahan.
"Apa mungkin Liliana adalah putrinya? Atau dia sendiri?"
Pertanyaan itu membuat kepala Sean terasa berat. Tapi satu hal kini ia tahu pasti Liliana bukan sekadar mimpi. Ia nyata, dan ia berasal dari sebuah dunia yang terikat oleh sejarah, oleh darah, dan oleh misteri yang jauh lebih dalam dari yang pernah ia bayangkan.