(follow Instagram ku: @Picisan_Imut94)
rasanya seperti mimpi, melakoni suatu pernikahan dadakan hanya karena salah paham warga yang mengira keduanya telah melakukan mesum di sebuah kedai kopi sederhana.
Kinara gadis penjual kopi ini entah ketiban sial atau sebuah keberuntungan, Tiba-tiba harus merubah statusnya menjadi seorang istri pria asing.
selama ini Kinara hanya mengenal Tara sebagai seorang supir taxi online, dan di luar dugaan Tara ternyata adalah Leonard Dewantara.
seorang pemimpin perusahaan Dewantara Grup.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon picisan imut, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
cinta yang sempat tertuda
Di malam harinya.
Setelah setengah hari menghabiskan waktu, sampai Leon pun melupakan pekerjaannya yang membuat Ivan langsung kalang kabut karena menyelesaikan semua itu sendiri.
Entah mengapa. Semenjak semalam, Leon jadi menginginkan lagi tidur di kamar itu bersama Kinar.
Gadis itu duduk di bibir ranjang sama persis posisinya seperti kemarin, hingga Leon pun masuk kedalam kamar Kinar lalu menguncinya.
Glekk, 'kenapa dia inisiatif sekali langsung mengunci pintunya?' batin Kinar, ia pun menggeser posisi duduknya itu tepat saat Leon sudah duduk di sebelahnya, tangan itu pun mulai terangkat, membelai kepala Kinar lalu menyelipkan rambut Kinar ke daun telinganya.
"Kinar?"
"E...emmm?" Tergagap, karena tangan Leon kini sudah turun menyentuh bagian atas lututnya.
"Aku ingin bertanya pada mu?"
"A..apa?" Mata Kinar semakin membulat, saat Leon mulai mengusap bagian itu. 'astaga tangan mu mas...awas saja jika naik-naik ya.'
"Apa yang di lakukan seorang Istri pada suaminya, jika hendak tidur?"
'lah, dia kok tanya itu sih?' Kinar hanya diam saja.
"Kinar?" Panggilnya.
"ya? Ma...mana ku tahu." Masih fokus pada tangan Tara yang terus saja mengusap-usap itu, lebih tepatnya berjaga-jaga sih.
"Begitu ya?" Leon pun menghela nafas. 'dasar tidak peka sekali, bagaimana caranya agar dia mau memberi ku kecupan?' berfikir sejenak, sesaat pandangannya tertuju pada boneka yang tergeletak di sebuah meja layang yang menempel di dinding, ia pun tersenyum.
"Itu boneka yang ku dapatkan ,kan?" Tanya mas Tara.
"Iya, lalu?"
"Waktu itu kau janji akan memberikan ku hadiah jika aku bisa mendapatkannya. Benar kan?"
"I...iya sih, tapi bukannya aku sudah memberikan mu hadiah ya mas?"
"Kapan?"
"Yang kerang." Nyengir.
"Jangan pura-pura lupa ya? Aku sampai muntah-muntah loh gara-gara kerang itu."
"Maaf mas,"
"Berarti itu ku anggap tidak sah ya. Dan aku mau minta hadiah ku Sekarang." Ucap Leon.
"Sekarang? Memang mas mau aku kasih hadiah apa?"
Leon tersenyum. "Itu." Menuding bibir Kinar.
"A...apa? Maksudnya?"
meraih dagu Kinar. "Menurut mu, jika aku menunjuk itu, apa yang ku minta, Istri ku?" Mengusap bibir itu dengan ibu jarinya.
Gleek. 'apa maksudnya dia ingin aku menciumnya?' batin Kinar.
"Bagaimana? Kenapa diam saja? Ayo kasih hadiah ku."
"A...apa mas mau aku mencium mu?" Memberanikan diri bertanya, karena ia sendiri saja sebenarnya takut salah mengartikan.
"Emmm, memang mau yang mana lagi?" Mendekati telinga Kinar lalu berbisik. "Perjaka ku?" Mata Kinara membulat sempurna. Sementara Leon hanya terkekeh.
"Bagaimana? Ayo cepat kasih hadiah ku Kinar."
"Aku tidak mau mas."
"Loh, kenapa?"
"Ya kenapa harus itu sih? Lagi pula mana ada wanita mencium pria lebih dulu."
Leon terkekeh. "Oh, jadi kamu mau aku yang mencium mu ya?" Meraih kembali dagu Kinar. "Beneran boleh nih?" Kinar diam saja.
"Ku anggap diam mu ini tanda kau siap menyerahkannya pada ku."
"Menyerahkan? apa mmpp." Leon Meluncurkan kecupan pertama di bibir manis itu. Perbuatan Leon itu reflek membuat Kinar membulatkan bola matanya akibat bibit yang sudah menyatu, perlahan mata Kinar pun mulai terpejam. Kecupan yang sangat lembut di berikan mas Tara malam itu benar-benar membuatnya hanyut, hingga cukup lama mas Tara melakukannya membuat nafas mereka sampai tersengal. Kinar pun mendorong tubuhnya pelan akibat dirinya yang sedikit kesulitan menghela nafas.
Wajah keduanya sudah memerah, pandangan mas Tara masih tertuju pada bibir manis Kinar, hingga ia kembali mendekati itu.
"Viona." Gumam Kinar tiba-tiba. Leon pun menghentikan niatan untuk mengecup bibir Kinar.
"Kenapa kau sebut namanya?" Tanya Leon.
"Apa mas? Masih mencintainya?" Kinar Bertanya.
Sementara Leon hanya diam saja, karena menurutnya itu adalah bahasan yang tidak penting. Ia kembali meraih dagu Kinar dan meluncurkan kecupannya, bermain lagi di sana lumayan lama bahkan ia sudah menyentuh baju Kinar, hendak melepaskannya beberapa kancing di depannya.
Sementara itu sepasang tangan Kinar menahannya ia memalingkan wajah. Hingga ciuman itu terlepas.
"Kau tidak mau menjawabnya mas?" Mendorong kedua tangan Leon menjauh.
"Dia masa lalu ku Kinar," ucap Leon, hasratnya sudah mulai naik, terlihat jelas dari nafasnya yang memburu. Ia meraih wajah Kinar. "Percaya lah, Sekarang di hati mas Tara hanya ada Kinara, istri ku."
Kinar menatapnya, Matanya mulai berkaca-kaca. "Kau menganggap ku istri mu?" Tanya Kinar. Leon tersenyum, ia mengecup kening Kinara. "Aku mencintaimu, istri ku," gumam Leon di saat bibir itu masih menempel di sana.
"Hiks." Kinar terisak. Sementara Leon terkekeh.
"Kenapa menangis? Apa aku salah mengatakan itu?" Mengusap-usap wajah Kinar, dengan keningnya yang masih menempel di kening Kinar.
"Aku tidak salah dengar kan? Kata-kata ini benar-benar keluar dari hati mu kan mas Tara? Aku tidak bermimpi kan?"
Leon kembali terkekeh.hingga Membuatnya lantas memeluk tubuh Kinar. "Tidak sayang, aku mencintaimu. Aku mencintaimu Kinara."
"Huuwaaaa kau memanggilku sayang, mas Tara ku memanggil ku sayang." Masih bergumam tidak jelas, yang di sambut dengan gelak tawa Leon karena gumaman Kinara itu.
"Sudah dong nangisnya. Sekarang saatnya part lanjutan." Ucap Leon.
"Part lanjutan? Maksudnya?" Masih belum konek dia, sampai tiba saat Leon melepaskan pelukannya. Lalu membuka atasannya. Kinar pun memalingkan wajah, ia belum bisa melihat pria itu tanpa atasan.
Hingga tangan Leon meraih wajah yang tengah merasa takut itu. "Boleh kan aku memintanya Sekarang?" Tanya Leon. Sementara Kinar hanya diam saja.
"Apa aku bisa mempercayai mu mas Tara?" Tanya Kinar. "Sementara kita hanya nikah siri."
"Besok. Aku berjanji pada mu, aku akan langsung mengurus semuanya. Kita akan menikah resmi Kinar."
"Tapi?" Sebuah kecupan di bibir menahan Kinar untuk kembali bertanya, hingga perlahan Leon mulai merebahkan tubuh Kinar. Melepaskan sejenak kecupan itu, lalu memberikan sentuhan di wajah yang masih menatapnya gugup menggunakan punggung jari telunjuknya, yang mulai turun ke area dada Kinar, menyentuh salah satu kancing baju di sana.
"Aku bukan tipe pria yang mudah tidur dengan wanita manapun Kinar, percaya lah pada ku. Hanya bersama mu, aku mau melakukan ini. Itu pun Karena kau istri ku." Membuka satu persatu kancing itu. Sementara Kinar hanya diam saja, ia percaya pada suaminya itu. Bahwa pria itu tidak akan mencampakkannya setelah ini.
Hingga malam panjang pung terlewati, dengan tubuh yang mulai menyatu. Perlakuan Leon yang sangat halus dalam memanjakan Kinara, membuat Kinar merasakan kehangatan dan kenyamanan dalam kungkungan cinta mas Tara.
Sehingga bisikan-bisikan cinta pun keluar dari bibir masing-masing, menyatu dengan desahan keduanya di dalam kamar sederhana yang menjadi saksi awal menyatunya mereka.
Bersambung....
sekarang ingin baca lagi cerita nya bagus
insyaallah akan manis di akhir nya