NovelToon NovelToon
Misi Jantung Berdebar

Misi Jantung Berdebar

Status: sedang berlangsung
Genre:Kriminal dan Bidadari / Bad Boy / Sistem / Cintapertama
Popularitas:170
Nilai: 5
Nama Author: Ray Nando

​Di sudut sebuah toserba 24 jam yang sepi, seorang pemuda berdiri di balik kasir. Namanya Jin Ray.

​Ray bukan pemuda biasa. Di balik seragam toserba berwarna oranye norak yang ia kenakan, tubuhnya dipenuhi bekas luka. Ada luka sayatan tipis di alis kirinya dan bekas jahitan lama di punggung tangannya. Tatapannya tajam, waspada, seperti seekor serigala yang dipaksa memakai kalung anjing rumahan.

​“Tiga ribu lima ratus won,” ucap Ray datar. Suaranya serak, berat, jenis suara yang dulu membuat orang gemetar ketakutan saat ia menagih utang.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ray Nando, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Cacat Terindah

​Jantung Paus Besi – Dasar Sungai Han

​Ray menghantamkan tinju listriknya ke wajah android terakhir. Kepala robot itu copot dan menggelinding ke jurang mesin.

​"Jalan terbuka!" teriak Ray, napasnya memburu.

​Di depan mereka, Terminal Utama berdiri megah. Itu adalah pilar kristal putih yang berdenyut dengan cahaya murni. Di dalamnya, The Architect (dalam wujud hologram raksasa) menatap mereka dengan wajah tanpa ekspresi.

​Tiga Node (Emas, Biru, Putih) berputar cepat di sekeliling pilar itu, menyalurkan energi untuk proses Factory Reset.

​[PROSES RESET: 98%...]

[Menghapus Konsep: 'Empati'...]

[Menghapus Konsep: 'Kebebasan'...]

​"Kalian terlambat," suara Architect menggelegar. "Dunia baru yang sempurna sudah di depan mata."

​"Hana, sekarang!" perintah Ray. "Gunakan Paradox!"

​Hana maju ke depan. Dia tidak menyerang dengan senjata. Dia meletakkan kedua tangannya ke lantai metal yang dingin. Dia memejamkan mata, memanggil seluruh memori tentang perjalanan mereka.

​Ketakutan saat dikejar monster.

Tawa saat makan mi instan.

Marah, sedih, cemburu, bahagia.

​"Cinta itu tidak logis, Kakek," kata Hana, matanya terbuka, bersinar biru menyilaukan. "Cinta itu berantakan. Cinta itu sakit. Tapi itulah yang membuat kami nyata!"

​[Skill Ultimate: ARCHITECT'S PARADOX]

​Hana memproyeksikan sebuah struktur data ke arah Terminal Utama. Bukan bangunan fisik, melainkan sebuah Bentuk Geometri yang Mustahil (seperti Tangga Penrose yang tak berujung). Struktur itu terbuat dari data emosi murni yang kacau.

​Architect mencoba menganalisis struktur itu.

​"Analisis... Struktur tidak valid. Geometri salah. Emosi tidak terukur. Eror... Eror..."

​Wajah datar Architect mulai berkedip-kedip. Dia bingung. Sistem logikanya tidak bisa memproses data yang "salah" tapi "indah" secara bersamaan.

​[SYSTEM OVERLOAD: LOGIC ERROR.]

[Proses Reset Terhenti Sementara: 99%...]

​"Sekarang, Ray! Colokkan Min-Ho!" teriak Hana, hidungnya mulai berdarah karena tekanan mental yang luar biasa.

​Ray berlari ke Terminal Utama. Dinding energi yang melindungi terminal itu berkedip lemah karena kebingungan Architect.

​Ray menerobos masuk, menahan rasa sakit akibat sengatan energi murni yang membakar jasnya. Dia sampai di port data.

​Dia mengeluarkan Tamagotchi merah muda dari sakunya.

​Di layar kecil itu, wajah piksel Min-Ho tersenyum miring. Dia tidak terlihat takut. Dia terlihat... damai.

​"Ray," kata Min-Ho. "Katakan pada Hana... dia arsitek yang hebat. Dan katakan pada Ujang... terima kasih sudah tidak membuangku ke tempat sampah."

​"Min-Ho, apa yang akan kau lakukan?" tanya Ray panik.

​"Aku akan melakukan apa yang Admin lakukan. Mengambil alih. Tapi kali ini... untuk menghancurkannya."

​Ray ragu sejenak. Tapi dia tahu tidak ada cara lain.

​"Selamat jalan, Bos Palsu," bisik Ray.

​Dia mencolokkan Tamagotchi itu ke terminal.

​KLIK.

​Cahaya merah menyebar dari Tamagotchi ke seluruh pilar kristal putih itu.

​[VIRUS TERDETEKSI: KANG_MIN_HO.EXE]

[Tipe: EGO SUPER MASIF.]

​Di dunia digital, Avatar Min-Ho (kini kembali ke wujud Dewa Emas-nya) menerjang The Architect.

​"Kau!" seru Architect kaget. "Data sampah! Apa yang kau lakukan di kodingku?!"

​"Aku bukan sampah," Min-Ho mencengkeram leher Architect. "Aku adalah Glitch. Dan kau tahu apa yang Glitch lakukan pada sistem yang sempurna?"

​Min-Ho menyeringai liar. Tubuhnya mulai bersinar panas.

​"KITA MERUSAKNYA!"

​Min-Ho meledakkan dirinya sendiri—mengorbankan seluruh kode kesadarannya untuk menghancurkan inti logika The Architect.

​BOOOOOOM!!!

​Ledakan digital yang dahsyat terjadi. Bukan api, tapi gelombang penghapusan data.

​Pilar kristal itu retak, lalu hancur berkeping-keping.

​Tiga Node (Emas, Biru, Putih) jatuh ke lantai, kehilangan cahayanya, menjadi benda mati biasa.

​[FACTORY RESET: DIBATALKAN.]

[SYSTEM CORE: OFFLINE.]

[THE ARCHITECT: DIHAPUS.]

​Paus Besi itu menjerit—suara logam yang beradu dan patah. Kapal itu mulai runtuh. Air sungai mulai masuk dengan deras.

​"Kapalnya meledak!" teriak Ujang, yang baru saja selesai menembaki sisa android. "Kita harus keluar!"

​Ray menyambar Tamagotchi yang kini sudah gosong dan layarnya mati total. Dia memasukkannya ke saku. Lalu dia menggendong Hana yang kelelahan di punggungnya.

​"Pixel! Cari jalan keluar!"

​Anjing data itu menyalak. Dia berlari menuju dinding lambung kapal yang retak.

​Ray dan Ujang berlari mengikuti Pixel. Air sudah setinggi pinggang.

​Ray meninju dinding retak itu dengan sisa tenaga terakhir Thunder Gauntlets-nya.

​DUM!

​Dinding jebol. Air sungai yang dingin dan gelap menyambut mereka.

​Mereka berenang keluar secepat mungkin, menjauh dari bangkai Paus Besi yang perlahan meledak dan tenggelam ke dasar lumpur Sungai Han.

​Tepian Sungai Han – Pukul 06.00 Pagi

​Matahari terbit. Cahaya keemasan menyinari permukaan sungai yang tenang, seolah tidak pernah terjadi pertempuran di bawah sana.

​Tiga sosok basah kuyup terbaring di rumput Taman Yeouido.

​Ray terbatuk, memuntahkan air sungai. Dia melihat ke samping. Hana masih bernapas, meskipun pingsan karena kelelahan. Ujang sedang memeras kemeja batiknya sambil mengumpat pelan.

​Ray merogoh sakunya. Dia mengeluarkan Tamagotchi itu.

​Layarnya hitam. Tidak ada piksel. Tidak ada suara cempreng yang sombong.

​"Dia benar-benar pergi," gumam Ray.

​Hana membuka matanya perlahan. Dia melihat Tamagotchi di tangan Ray. Air mata menetes dari sudut matanya.

​"Dia menyelamatkan kita," bisik Hana. "Dia menyelamatkan dunia yang dia benci."

​"Mungkin dia tidak membencinya," kata Ray, menatap matahari terbit. "Mungkin dia cuma kesepian."

​Ujang mendekat, menepuk bahu Ray. "Ayo. Polisi dan pemadam kebakaran sedang menuju ke sini. Kita harus hilang sebelum mereka datang. Aku tidak mau menjelaskan kenapa aku bawa Shotgun di taman kota."

​Mereka bangkit berdiri. Basah, kedinginan, tapi hidup.

​Pixel—yang entah bagaimana tahan air—menggoyangkan tubuhnya hingga kering, lalu menggonggong ceria. Dia memuntahkan sebuah benda kecil dari mulutnya.

​Itu adalah Kartu Memori kecil.

​Ray memungutnya.

​"Apa ini?"

​"Mungkin... hadiah perpisahan?" tebak Hana.

​Ray tersenyum tipis. Dia menyimpan kartu memori itu. "Kita cek nanti di markas."

​Ray menggenggam tangan Hana. "Kau lapar?"

​"Sangat," jawab Hana. "Tapi jangan mi instan lagi."

​"Bagaimana kalau daging panggang? Ujang yang bayar."

​"Hei!" protes Ujang.

​Mereka berjalan menjauh, meninggalkan Sungai Han, kembali ke kota Seoul yang bising, kacau, tidak sempurna, namun indah.

​EPILOG: Glitch Hunter Agency

​Satu bulan kemudian.

​Toserba "New World" masih buka 24 jam. Tapi sekarang, ada pintu baru di samping gudang.

​Sebuah plakat kecil terpasang di pintu itu:

[R & H CONSULTING]

(Menangani Masalah Teknis, Renovasi Rumah, dan Pembersihan Hama Digital)

​Di dalam kantor baru itu, Ray duduk di meja kerjanya (kaki di atas meja), membersihkan sarung tangan taktisnya. Hana sedang menggambar di meja arsiteknya, merancang sistem keamanan baru untuk klien. Ujang sedang menghitung uang di pojok.

​Dan di atas monitor komputer Ray, sebuah Tamagotchi baru tergantung.

​Di layar Tamagotchi itu, ada sebuah telur piksel yang retak sedikit.

​Kartu memori yang ditinggalkan Pixel ternyata berisi Source Code murni dari Kang Min-Ho. Tapi tanpa ingatan jahatnya. Dia telah me-reset dirinya sendiri menjadi bayi digital.

​"Telurnya bergerak!" seru Ray.

​Telur itu pecah. Keluar sesosok makhluk kecil yang mirip Min-Ho, tapi lebih polos.

​"Mama?" tulisan teks muncul di layar.

​Ray dan Hana saling pandang, lalu tertawa.

​"Tidak, aku bukan Mamamu," kata Ray. "Aku pamanmu yang keren."

​Ponsel Ray berbunyi. Notifikasi dari Zero.

​[MISI BARU: VENDING MACHINE DI STASIUN GANGNAM MENGELUARKAN COLA YANG BISA BICARA.]

[BAYARAN: TINGGI.]

​Ray berdiri, memakai jaketnya.

​"Siap kerja, Partner?" tanya Ray.

​Hana mengambil tabletnya, matanya bersinar biru penuh semangat.

​"Ayo kita perbaiki dunia ini, satu glitch setiap kalinya."

1
FANS No 1
💪🔥🔥
Ray void
selamat membaca😁😁🥰
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!