Kirana menatap kedua anaknya dengan sedih. Arka, yang baru berusia delapan tahun, dan Tiara, yang berusia lima tahun. Setelah kematian suaminya, Arya, tiga tahun yang lalu, Kirana memilih untuk tidak menikah lagi. Ia bertekad, apa pun yang terjadi, ia akan menjadi pelindung tunggal bagi dua harta yang ditinggalkan suaminya.
Meskipun hidup mereka pas-pasan, di mana Kirana bekerja sebagai karyawan di sebuah toko sembako dengan gaji yang hanya cukup untuk membayar kontrakan bulanan dan menyambung makan harian, ia berusaha menutupi kepahitan hidupnya dengan senyum.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hanela cantik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 29
“Halo, ada apa, Mbak?” tanya Kirana begitu panggilan tersambung. Nada suaranya masih tenang, meski di hatinya muncul rasa heran. Jarang sekali Mbak Rita menelepon di jam kerja seperti ini.
Di seberang sana, suara Mbak Rita terdengar terburu-buru.
“Ra… kamu ada nyuruh teman kamu nggak bawa Tiara?”
Kirana langsung mengernyit. “Nggak ada, Mbak. Emangnya kenapa? Ada apa?”
Tarikan napas Mbak Rita terdengar jelas, seolah menahan kepanikan.
“Tiara nggak ada di rumah, Ra.”
Dunia Kirana seperti berhenti sejenak.
“Ha?” suaranya meninggi, tangannya langsung gemetar. “Maksudnya nggak ada gimana, Mbak?”
“Tadi Tiara main sama Lilis. Katanya mau ke rumah kamu bentar ambil mainan. Tapi sampai sekarang nggak balik-balik. Arka juga baru pulang sekolah, dia nyari Tiara ke sini.”
Kaki Kirana terasa lemas. Jantungnya berdegup kencang sampai nyeri.
“Ya Allah…” lirihnya. “Mbak, tolong jagain Arka dulu ya. Jangan ke mana-mana. Aku pulang sekarang.”
Tanpa menunggu jawaban, Kirana langsung mematikan sambungan. Tangannya gemetar hebat saat ia buru-buru meminta izin pada Bu Rina dengan suara hampir menangis. Bahkan ia tak ingat apa saja yang ia ucapkan, yang ia tahu hanya satu—Tiara hilang.
Begitu keluar dari toko, Kirana langsung memesan ojek online. Saat menunggu motor datang, tangannya kembali meraih ponsel. Ia menekan nama Yuda dengan jari yang bergetar.
Panggilan tersambung.
“Halo, Mbak Kirana?” suara Yuda terdengar normal, sama sekali tak tahu apa yang sedang terjadi.
“Mas…” suara Kirana pecah. “Mas Yuda… Mas jemput Tiara hari ini nggak?”
“Apa?” Yuda langsung berdiri dari kursinya. “Nggak, Mbak. Saya di pabrik dari pagi. Kenapa? Tiara kenapa?”
“Tiara… Tiara nggak ada, Mas,” ucap Kirana terisak. “Tadi main sama Lilis, katanya mau ambil mainan ke rumah. Tapi sampai sekarang nggak balik.”
Di ujung sana, Yuda terdiam sesaat. Napasnya terdengar berat.
“Tenang, Mbak. Tolong jangan panik dulu,” ucap Yuda cepat namun tegas. “Saya langsung ke sana sekarang. Mbak juga pulang ya. Kita cari sama-sama.”
“Ojeknya udah datang, Mas. Aku OTW sekarang,” jawab Kirana dengan suara bergetar.
“Baik. Saya nyusul. Mbak hati-hati di jalan,” kata Yuda sebelum mematikan panggilan.
Motor ojek melaju, meninggalkan debu tipis di jalanan. Di atas motor, Kirana memeluk tasnya erat-erat, air mata tak henti jatuh.
“Ya Allah… jagain anak saya… tolong…” doanya terucap berulang kali, lirih, penuh ketakutan.
Motor ojek melaju kencang membelah jalan. Angin sore menerpa wajah Kirana, tapi dinginnya tak sebanding dengan dingin yang merayap di dadanya. Tangannya terus menggenggam ponsel, seolah takut jika sedetik saja ia lengah, kabar buruk akan datang.
Sesampainya di gang rumah, Kirana bahkan belum turun sempurna ketika Arka sudah berlari ke arahnya.
“Bun!” Arka memeluk pinggang ibunya erat-erat. Suaranya bergetar. “Tiara nggak ada, Bun… Arka udah nyari ke mana-mana.”
Kirana berjongkok, memeluk putranya kuat-kuat meski tubuhnya sendiri gemetar.
“Bunda di sini, Bang. Kita cari sama-sama, ya. Tiara pasti ketemu.”
Mbak Rita keluar menyusul dengan wajah pucat. “Ra, maafin mbak… mbak ngerasa bersalah banget.”
“Bukan salah Mbak,” potong Kirana cepat. “Sekarang kita fokus cari Tiara.”
Beberapa tetangga mulai keluar rumah, tertarik oleh keributan. Ada yang ikut bertanya, ada yang langsung menawarkan bantuan.
Tak lama kemudian, suara mobil berhenti di depan rumah. Yuda turun dengan langkah cepat, wajahnya tegang.
“Mbak Kirana,” panggilnya. " Gimana mbak apa ada yang lihat Tiara ke mana"
"Belum ada mas, saya harus cari kemana ini"
“Dengerin saya, Mbak. Kita cari dengan kepala dingin. Kapan terakhir Tiara terlihat?”
Mbak Rita menjawab cepat, “Sekitar satu jam yang lalu. Katanya mau ke rumah Kirana ambil mainan.”
"Loh bukannya Tiara tadi di jemput teman kamu Ra" ucap salah satu tetangga yang rumahnya berada di depan rumah mereka.
" Ngga ada Bu Ratih, saya ngga punya teman kalo diluar" ucapnya dengan cemas.
"Aduhh gimana nih, ibu jadi merasa bersalah"
Yuda mengangguk, pikirannya langsung bekerja. "Ibu tadi tahu gimana ciri-ciri orang yang bawa Tiara"
"Kalo itu sih tadi ibu lihat orang nya cewek cantik, rambut pirang, sama dia bawa mobil pribadi warna putih"
Satu nama langsung muncul di benaknya. Laura. Nama itu, sebenarnya dia sudah mulai curiga saat melihat mobil yang mengikutinya saat pulang bersama arka dan tiara dari mall beberapa hari yang lalu.
“Laura…” lirih Yuda, rahangnya mengeras.
“Apa, Mas?” Kirana menatapnya panik.
Yuda menarik napas dalam-dalam. “Mantan istri saya. Dia sempat datang ke rumah beberapa hari lalu. Dan… dia juga melihat saya sama anak-anak di mal.”
Kirana merasa dunia kembali berputar. “Ya Allah…”
Yuda langsung meraih ponselnya. “Saya lapor keamanan kompleks dulu, lalu kita ke polisi. Mbak Kirana, Mbak ikut saya, ya. Arka sama Mbak Rita di rumah dulu.”
“Aku ikut!” Kirana langsung menolak. “Aku nggak bisa diam di rumah.”
Yuda menatapnya dalam, lalu mengangguk. “Baik. Tapi Mbak harus kuat.”
Ia berbalik ke Mbak Rita. “Tolong jaga Arka. Kalau ada apa-apa, langsung kabari saya.”
Mbak Rita mengangguk dengan mata berkaca-kaca.
Mobil Yuda melaju meninggalkan gang dengan kecepatan lebih tinggi dari biasanya. Di dalam mobil, Kirana menggenggam tasnya erat, bibirnya tak henti berdoa.
“Mas… kalau benar itu dia… Tiara gimana?” suaranya nyaris tak terdengar.
Yuda menatap jalan di depannya dengan rahang mengeras, tangannya mencengkeram setir.
“Saya janji, Mbak,” ucapnya tegas, penuh amarah tertahan. “Saya bakal bawa Tiara pulang. Apa pun caranya.”
Belum apa-apa sudah ada masalah saja. Gara-gara dia juga Kirana jadi ikut terdampak akibatnya. Kali ini Yuda akan bersikap tegas pada mantan istrinya itu.