Saat kamu menemukan seseorang yang sangat amat kamu cintai, lebih dari sahabat, namun dia malah meninggalkanmu...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon jewu nuna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ayy
"Liefje,"
"Hmm?"
"neem mijn kleren alsjeblieft"
Haruto membuka matanya. Pria itu menatap Hana dengan bingung sekaligus masih mengantuk.
"Ey, maaf" kali ini Haruto terkekeh, pria itu mengecup kening Hana. Gadis manis, maksudnya wanita manis yg tengah kedinginan karena tidak berpakaian sehelaipun.
Haruto lantas menuruti perintah Hana, mengambil pakaiannya yg bisa dibilang berserakan di lantai.
"Mau makan sesuatu?"
Hana meraih kaos hitam yg baru saja Haruto berikan, dan memberikan gelengan kecil. Sebenarnya Hana masih mengantuk karena kegiatan semalam yg sama sekali tidak dia rencakan. Haruto membuatnya tidak tidur sampai subuh. Jadi tidak ada larangan untuk bangun siang kan sekarang?
"Ngga laper?"
"Ngantuk" Hana kembali berbaring setelah berpakaian lengkap lagi.
"Yakin?" Kali ini Haruto kembali berbaring. Memeluk tubuh Hana dari belakang.
"Jauh jauh ah!"
"Ih kenapa sih?"
"Sakit tauk! Lepas!"
Haruto terkekeh "maaf deh, lain kali pelan pelan kok"
"Terserah! Gue ngantuk!"
Haruto tertawa, dia masih memeluk tubuh Hana dengan hangat. Memilih ikut memejamkan mata karena dia juga lelah toh?
"Ay"
"Hmm?"
"Gue laper"
"..."
Haruto berdiri, menatap Hana yg masih setia tidur padahal sudah menunjukkan pukul satu siang. Perut Haruto sudah keroncongan dan dia butuh makan segera. Tapi kenapa wanita itu masih saja tidur dengan nyaman?
"Ayang!"
"Brisik, kenapa sih, To!"
"Aku laper" Haruto menarik selimut Hana. Membuatnya berdecak kesal. Terpaksa Hana bangun dengan keadaan cukup berantakan dan mengantuk.
"Lo mandi deh, gue masakin"
"Oke!" Serunya.
Hanya butuh waktu seperempat jam sampai makanan itu jadi. Hana hanya menjepit rambutnya dan mengganti celananya jadi lebih panjang. Cuaca diluar cukup mendung, mungkin itu juga yg menyebabkan suasana ruangan ini dingin bagi Hana.
"Hana"
"Hm?" Ucapnya tanpa berbalik.
Pria itu memeluk tubuh Hana dari belakang. Aroma maskulin dari pria yg sudah benar benar resmi jadi miliknya ini tercium cukup kuat.
"Lo mandi gih, biar gue terusin"
"Kalo lo bisa masak sendiri, ngapain nyuruh gue?" Sinis Hana.
"Biar lo bangun, emang ngga pusing tidur terus?"
"Kagak, sana ah! Lepasin!"
"Ga mau"
"Aduh udah deh! Gue capek"
Haruto terkekeh, bukannya menghindar pria itu justru mengeratkan pelukannya.
"Travis" suara berat Hana membuat Haruto meletakkan dagunya pada pundak Hana. Sesekali menghirup aroma vanilla yg tidak pernah hilang dari tubuh Hana.
"Udah, gue capek" lirihnya kemudian.
"Gemes sih, makannya jangan lucu lucu"
"Emang muka gue terlihat menggemaskan?"
"Jutek sih, tapi kalo lagi di bawah gu,"
"Haruto!"
"Iya sayang, maaf"
"Lo mau makan atau tetep gini?"
"Makan"
Mereka beralih ke pantry. Kenapa mereka memilih pantry jadi salah satu tempat mereka makan? Jawabannya hanya satu, mereka bisa makan sambil menonton acara televisi. Jadi tak perlu mengotori ruang tengah dan repot membersihkan kotoran yg mungkin secara tidak sengaja mengenai sofa.
"Lo engga makan?"
Hana menggeleng.
"Kenapa? Seharian ngga makan loh"
"Ngga napsu gue, mual"
"Ngga mungkin cepet banget"
"Gue masuk angin, bego! Bukan hamil, lo kira sekali doang langsung jadi?"
Haruto tertawa "jadi maksudnya harus berkali kali?"
"To, gue lagi males bercanda"
"Ya udah maaf deh, maaf. Tapi kan kamu harus makan, sayang"
"Dih? Kamu?"
Haruto menatap Hana dengan tajam.
"Iya nanti"
"Sekarang, sini gue suapin"
"No!"
"Ya udah terserah"
Haruto menikmati sarapan sekaligus makan siangnya dengan tenang. Sambil menonton siaran berita siang ini dan Hana yg sibuk bermain ponselnya.
Bisnis? Sepertinya tidak, Hana hanya ingin membeli beberapa barang yg dia inginkan.
"Oh iya, lusa aku ngga di rumah ya?"
Hana melirik, lusa? Memangnya Haruto tidak tau kalau lusa Hana berulang tahun? Tapi memang kenapa juga Haruto harus tau? Lagi lupa Hana tidak pernah bilang padanya, atau sekalipun berharap hadiah dari Haruto.
"Oke,"
"..."
"Tapi,"
"Kenapa?"
"Gue boleh minta one ticket for bioskop?"
"Boleh, kamu mau nonton apa?"
"One peace"
"Oke" Haruto mengusap rambut Hana. Tak biasanya Hana meminta pada Haruto, tapi sepertinya pria itu tidak penasaran dengan hal mengejutkan dari istrinya.
"Just one?"
"Yeah"
"Not two? Kamu bisa ajak temen kamu buat nemenin kamu loh" ucapnya sesekali menatap ponsel, Haruto sudah memesan tiketnya untuk Hana.
"No, i don't have friend"
"Ya udah, siangan ya?"
"Ya, thank you"
"Of course babe" Haruto mengecup pipi kanan Hana.