sebuah pria tampan CEO bernama suga yang menikah dengan wanita cantik bernama cristine namun pernikahan itu bukan atas kehendak suga melainkan karena sedari kecil suga dan cristine sudag di jodohkan dengan kakek mereka, kakek cristine dan suga mereka sahabat dan sebelum kakek cristine meninggal kakeknya meminya permintaan terakhir agar cucunya menikah dengan suga, namun di sisi lain suga sebenarnya sudah menikah dengan wanita bernama zeline suga dan zeline sudah menikah selama dua tahun namun belum di karuniai seorang anak, itu juga alasan suga menerima pernikahan dengan cristine.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tika kookie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
cinta di antara dua istri sang ceo
Di sisi lain, mobil hitam mewah melaju mulus di jalan tol menuju kota Busan.
Langit tampak cerah, awan bergerak perlahan seolah ikut menyambut perjalanan mereka.
Di kursi depan, Suga duduk di belakang kemudi, mengenakan kemeja putih bersih yang lengannya digulung hingga siku. Di sebelahnya, Cristine tampak anggun dengan gaun sederhana berwarna krem dan kacamata hitam di wajahnya.
Udara di dalam mobil dipenuhi aroma parfum lembut yang selalu dipakai Cristine aroma yang kini mulai memenuhi ruang yang dulu biasa tercium wangi lavender milik Zeline.
Cristine menatap keluar jendela dengan mata berbinar.
Ia tampak sangat bahagia, bahkan tak bisa menyembunyikan senyumnya.
Cristine:
“Ah, sudah lama aku tidak bepergian seperti ini. Cuacanya bagus sekali hari ini, ya, Suga?”
Suga menoleh sekilas, lalu tersenyum kecil.
Suga:
“Iya… langitnya cerah, sepertinya hari ini akan berjalan lancar.”
Cristine tertawa kecil, lalu dengan manja mencondongkan tubuhnya sedikit ke arah Suga.
Cristine:
“Kau selalu tahu bagaimana menenangkan suasana, hm? Kau memang berbeda dari dulu, Suga kecil yang suka membuatku menangis.”
Suga tertawa kecil, mengingat masa kecil mereka bersama.
Dalam tawa itu, ada kehangatan yang bahkan ia sendiri tidak sadari mulai mengisi ruang di antara mereka.
Tanpa berpikir panjang, Suga mengulurkan tangan dan mengusap kepala Cristine dengan lembut.
Gerakannya alami penuh kasih sayang, seperti kebiasaan lama yang muncul tanpa rencana.
Suga:
“Kau masih sama saja, ya. Selalu tahu cara membuat suasana jadi lebih ringan.”
Cristine menatapnya dengan mata berbinar, senyum puas perlahan muncul di wajahnya.
Ia menatap tangan Suga yang masih di kepalanya, lalu berkata pelan:
Cristine:
“Aku senang… akhirnya kita bisa seperti ini lagi, Suga. Seperti dulu, sebelum semuanya berubah.”
Suga hanya tersenyum tidak menjawab, tapi juga tidak menolak.
Mobil itu terus melaju, membawa mereka berdua semakin jauh…
semakin jauh dari rumah tempat Zeline kini duduk sendiri menatap foto Eomma dan berusaha menahan air matanya.
Dari kaca spion, pantulan wajah Suga tampak tenang tapi matanya sesekali menerawang, seolah ada bayangan lain di pikirannya yang tak bisa ia hapus.
Namun di sampingnya, Cristine tak menyadarinya. Ia sibuk menikmati kemenangan kecilnya hari ini.
Cristine (dalam hati):
Lihatlah, Zeline. Hanya butuh sedikit waktu, dan tempatmu di hatinya akan sepenuhnya menjadi milikku.
Mobil hitam berkilau itu berhenti di depan gedung megah bertingkat tiga dengan papan nama bertuliskan “Busan Grand Auction House”. Lampu-lampu kristal yang tergantung di pintu masuk berkilauan, memantulkan cahaya ke gaun-gaun mewah para tamu yang datang dari berbagai kalangan elite.
Pintu mobil terbuka. Seorang petugas valet membungkuk sopan.
Dari dalam mobil, Suga keluar terlebih dahulu mengenakan jas hitam elegan, dasi perak yang terikat rapi, dan ekspresi tenang khas dirinya. Aura dingin dan berwibawa yang selalu ia miliki membuat beberapa orang di sekitar langsung berbisik-bisik.
“Itu kan… Tuan suga alexander, CEO Min Corporation.”
“Benar, dia datang ke sini juga. Aku tidak menyangka dia akan muncul di acara ini!”
Suga berjalan memutari mobil, lalu membuka pintu untuk Cristine.
Begitu Cristine melangkah keluar, semua mata tertuju padanya.
Gaun panjang berwarna champagne yang dikenakannya berkilau lembut di bawah cahaya lampu. Rambut panjangnya disanggul rapi, memperlihatkan leher jenjang dan keanggunannya. Bibirnya melengkung dalam senyum lembut senyum yang tampak manis di luar, tapi menyimpan rasa puas yang dalam.
“Astaga, siapa wanita itu?”
“Itu istri barunya Tuan Suga, kan? Cantik sekali…”
“Benar-benar pasangan yang sempurna, mereka terlihat serasi sekali!”
Cristine mendengar semua bisikan itu. Ia menunduk sedikit, pura-pura malu, padahal di balik topeng
sopannya, hatinya berteriak senang.
Lihatlah, Zeline. Kini semua orang melihat aku yang berjalan di sisinya, bukan kau.
Suga menatap Cristine sejenak, lalu menawarkannya tangan dengan sopan.
Suga:
“Ayo, acara akan segera dimulai.”
Cristine menyambut tangan itu dengan lembut.
Mereka berdua melangkah masuk melewati karpet merah panjang, diiringi kilatan kamera dan sapaan dari para tamu kehormatan.
Seorang wanita paruh baya, penyelenggara acara, segera menghampiri dengan senyum ramah.
Penyelenggara:
“Selamat datang, Tuan Alexander! Kehadiran Anda benar-benar suatu kehormatan bagi kami.”
Suga:
“Terima kasih. Aku hanya datang memenuhi undangan.”
Tatapan penyelenggara lalu beralih ke Cristine.
Penyelenggara:
“Dan ini tentu saja… istri Tuan alexander? Wah, Nyonya Min, Anda tampak begitu memesona malam ini.”
Cristine tersenyum lembut, suaranya terdengar anggun namun sarat kesombongan tersembunyi.
Cristine:
“Terima kasih, Anda terlalu berlebihan memujiku.”
Namun pandangan di sekeliling mereka semakin banyak mata-mata penuh kekaguman, kagum pada keanggunan wanita yang kini berada di sisi suga alexander, pria dingin dan berkuasa yang jarang memperlihatkan sisi lembutnya.
Suga dan Cristine kemudian berjalan masuk ke aula utama.
Ruangan itu luas, dihiasi lampu gantung kristal besar dan panggung tempat barang-barang langka akan dilelang.
Musik klasik mengalun pelan. Para tamu duduk dengan sopan, menikmati wine dan percakapan ringan.
Cristine melangkah anggun, menggenggam tangan Suga erat.
Ia menatap sekeliling dengan tatapan puas menikmati perhatian, bisikan, dan pandangan iri para wanita lain.
Di telinganya, suara Suga terdengar pelan namun dalam:
Suga:
“Kau tampak bahagia malam ini.”
Cristine tersenyum lembut.
Cristine:
“Tentu saja. Bagaimana aku tidak bahagia? Aku di sini bersamamu… suamiku.”
Suga hanya menatapnya tanpa banyak bicara.
Ia kemudian menarik kursi untuk Cristine sebelum duduk di sampingnya.
Di wajahnya, ada senyum kecil tapi entah kenapa, di balik senyum itu masih tersisa bayangan seseorang yang tak pernah hilang dari pikirannya: Zeline.
Baik, berikut adegan dramatis dan elegan saat Suga dan Cristine duduk di acara pelelangan, lalu muncul Kim Taehyung, sahabat lama sekaligus pesaing bisnis Suga pria karismatik dengan aura dominan dan suara berat yang langsung mencuri perhatian.
Aula pelelangan itu kini terasa penuh wibawa. Musik klasik lembut terdengar di latar, sementara para tamu duduk rapi di meja-meja bundar berlapis kain putih elegan.
Suga duduk tenang di barisan depan bersama Cristine. Di atas meja mereka terletak daftar barang lelang mulai dari lukisan antik, batu permata langka, hingga jam tangan bersejarah yang hanya ada satu di dunia.
Cristine tersenyum tipis sambil menatap sekeliling, menikmati suasana mewah itu.
Namun Suga terlihat berbeda ia lebih banyak diam, menatap lurus ke arah panggung. Wajahnya tetap datar dan dingin, seperti biasanya.
Suara pembawa acara wanita terdengar lembut:
“Tuan dan Nyonya sekalian, sebelum acara dimulai, kami ingin menyambut kehadiran salah satu tamu kehormatan yang baru saja tiba…”
Tiba-tiba, suasana ruangan menjadi sedikit ramai. Semua mata menoleh ke arah pintu masuk besar di ujung aula.
Dari sana, melangkah masuk seorang pria dengan setelan jas navy yang rapi, langkahnya tenang namun penuh percaya diri.
Tatapan tajamnya, rahang tegas, dan senyum tipis yang muncul di sudut bibirnya memancarkan pesona alami.
Suara pembawa acara kembali terdengar, kali ini lebih bersemangat:
“Selamat datang, Tuan Kim Taehyung, CEO dari Vante Global Holdings.”
Bisik-bisik kecil terdengar di antara para tamu:
“Itu Kim Taehyung? Pendiri Vante Global? Perusahaan raksasa yang bersaing langsung dengan Min Corporation?”
“Ya Tuhan, dua pengusaha besar dalam satu ruangan… ini akan menarik.”
Cristine menoleh pada Suga dengan mata berbinar, sedikit gugup tapi juga kagum.
Cristine:
“Suga… itu Taehyung-ssi, kan? CEO Vante Global? Aku sering membaca berita tentangnya. Katanya dia sangat… karismatik.”
Suga hanya menatap lurus, ekspresinya dingin dan kaku.
Suga:
“Dia teman lamaku. Tapi sejak bisnis kami tumbuh, hubungan itu berubah menjadi persaingan.”
Cristine sedikit tertegun.
Cristine:
“Persaingan? Tapi kalian tampak seperti dua orang dengan pengaruh besar… pasti menarik kalau bekerja sama.”
Suga (dingin):
“Tidak semua orang bisa diajak bekerja sama, Cristine. Beberapa orang lebih suka bersaing untuk menang.”
Suara langkah berat terdengar mendekat.
Cristine menoleh Kim Taehyung kini berdiri di belakang mereka, menatap langsung ke arah Suga dengan senyum samar.
Suara berat dan tenangnya menggema, membuat beberapa tamu wanita di sekitar menoleh kagum.
Taehyung:
“Sudah lama tidak bertemu, Suga.”
Suga perlahan berdiri, menatap pria di hadapannya dengan mata tajam namun tenang.
Suga:
“Taehyung.”
Keduanya berjabat tangan.
Namun genggaman itu terasa berat bukan sekadar sapaan lama, tapi seperti pertarungan diam antara dua kekuatan besar.
Taehyung:
“Tak kusangka kita bertemu di tempat seperti ini. Aku dengar kau baru saja menikah.”
Cristine tersenyum ramah, menunduk sopan.
Cristine:
“Te Tuan Kim. Senang bertemu dengan Anda.”
Cristine tersenyum manis, sementara Suga hanya memandang keduanya tanpa ekspresi.
Namun di balik tatapan dinginnya, jelas terlihat bahwa ia tidak menyukai cara Taehyung menatap Cristine tatapan yang seolah menilai dan menantang dalam waktu bersamaan.
Suga (tenang tapi tajam):
“Aku tidak menyangka kau tertarik dengan acara seperti ini.”
Taehyung (tersenyum tipis):
“Kadang… aku suka melihat bagaimana orang kaya menghabiskan uang mereka untuk barang-barang yang tidak mereka butuhkan.”
(lalu menatap tajam ke arah Suga)
“Dan terkadang, aku datang hanya untuk melihat siapa yang masih berani menawar lebih tinggi dariku.”
Cristine menelan ludah pelan. Udara di antara dua pria itu terasa menegang seperti dua singa yang sama-sama ingin menunjukkan siapa penguasa di ruangan itu.
Ruangan pelelangan masih ramai dengan suara obrolan dan denting gelas, tapi di meja depan suasana menjadi tegang dan dingin.
Cristine yang duduk di sisi Suga masih memasang senyum manis, meski hatinya terasa sedikit tak nyaman melihat tatapan tajam Taehyung.
Taehyung menyilangkan tangan, pandangannya menusuk langsung ke arah Suga.
Nada suaranya dalam dan penuh tekanan, terdengar jelas di antara keramaian:
Taehyung:
“Oh iya, Suga… aku hampir lupa bertanya.”
(suaranya pelan namun tajam)
“Bagaimana dengan Zeline? Apa kau benar-benar menelantarkannya begitu saja… hanya demi wanita ini?”
Suasana langsung berubah hening.
Beberapa tamu di meja sebelah saling menatap penasaran.
Cristine menegang di tempat duduknya, ekspresi anggunnya sedikit goyah.
Sementara Suga, yang sejak tadi masih berusaha bersikap tenang, kini menatap Taehyung dengan mata yang tajam seperti pisau.
Suga (dingin):
“Taehyung… aku tidak ingin kau ikut campur dalam urusan rumah tanggaku.”
Taehyung terkekeh pelan, lalu meneguk wine dari gelas kristalnya.
Senyumnya samar, tapi setiap katanya terasa seperti sindiran tajam.
Taehyung:
“Rumah tanggamu? Hm… menarik.”
(lalu menatap Cristine seolah meneliti)
“Aku hanya merasa kasihan saja. Kau membuang batu permata hanya untuk memungut batu yang tak berharga.”
Cristine menahan napas matanya melebar, dan wajahnya memerah karena amarah dan malu.
Namun ia cepat menutupi ekspresinya dengan senyum palsu.
Cristine (berpura-pura tenang):
“Tuan Kim… sepertinya Anda terlalu jauh menilai sesuatu yang bukan urusan Anda.”
Taehyung (datar, tak menoleh):
“Saya hanya berbicara berdasarkan apa yang saya tahu, Nyonya Min.”
Suga segera berdiri, nada suaranya menegang:
Suga:
“Taehyung, cukup. Aku tidak akan mentolerir ucapan seperti itu.”
Taehyung ikut berdiri, kini tingginya sejajar dengan Suga.
Tatapan keduanya bertemu dua pria berkuasa dengan sejarah panjang, namun kini dipisahkan oleh wanita dan masa lalu.
Taehyung (pelan, tapi menusuk):
“Kalau saja kau tahu siapa sebenarnya wanita yang kau sakiti itu, Suga… mungkin kau tidak akan berbicara setenang itu.”
Suga menatapnya bingung.
Suga:
“Apa maksudmu?”
Taehyung hanya tersenyum tipis senyum misterius yang tak memberikan jawaban apa pun.
Ia lalu menepuk bahu Suga dengan santai, seolah semua tadi hanyalah percakapan ringan.
Taehyung:
“Anggap saja aku hanya mengingatkanmu… jangan sampai kau menyesal di kemudian hari.”
Taehyung lalu melangkah pergi menuju meja lain, meninggalkan Suga yang masih terdiam penuh tanya.
Cristine mencoba menyentuh tangan Suga, suaranya lembut namun terdengar khawatir:
Cristine:
“Suga… kenapa dia mengatakan itu? Siapa sebenarnya Zeline baginya?”
Suga menghela napas dalam, matanya masih menatap kosong ke arah tempat Taehyung duduk tadi.
Suga (lirih):
“Aku… tidak tahu.”
Namun di lubuk hatinya, perasaan aneh mulai muncul campuran antara penasaran, marah, dan curiga.
Nama Zeline kini kembali berputar di pikirannya, bersamaan dengan wajah dingin Taehyung yang tadi menatapnya penuh rahasia.