Memiliki watak yang berbeda dengan saudaranya yang lain, membuat Erina sulit diatur. Bahkan ia tidak mengindahkan permintaan orang tuanya untuk segera menikah. Ia lebih memilih tinggal di luar negeri dan sibuk dengan karirnya. Hingga pada suatu saat, ia tidak menyangka bisa berjumpa dengan seseorang yang dapat menaklukkan hatinya. Pertemuan mereka yang tidak disengaja mampu merubah kehidupan Erina. Meski awalnya ia tidak tertarik namun akhirnya ia yang tidak bisa menjauh darinya.
Laki-laki tersebut adalah seseorang yang juga sedang sibuk dengan dunianya sendiri. Namun setelah bertemu dengan Erina, ia mulai merubah pandangannya terhadap seorang wanita.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda RH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
LDR
Keesokan harinya.
Pagi-pagi sekali, Erina keluar dari apartemen dengan membawa barang-barang mereka. Terasa berat bagi seribu meninggalkan tempat yang beberapa tahun ini menjadi hunian ternyamannya di Negeri itu. Ia sempat berkaca-kaca saat menatap pintu apartemennya.
"Sayang, nggak pa-pa ya. Kamu harus kuat. Ini proses kehidupan."
"Hem... "
"Jangan nangis dong. Mana Erina yang ceria itu?" Goda Rasyad sambil menoel hidung istrinya.
Erina pun kembali tersenyum. Mereka menyerahkan kunci apartemen kepada penjaga apartemen. Penjaga tersebut ikut bersedih karena Erina akan meninggalkan tempat itu untuk selamanya. Erina dikenal sebagai wanita yang ceria dan suka berbagi. Pantas saja mereka akan merasa kehilangan.
Akhirnya, Erina dan Rasyad naik taksi menuju airport. Selama perjalanan ke airport, Erina tidak banyak bicara. Rasyad sangat mengerti perasaan istrinya itu.
Beberapa saat kemudian, mereka sampai di airport. Rasyad membayar ongkos taksi lalu mengambil troli untuk membawa barangnya masuk. 10 menit kemudian mereka cek in. Setelah itu, mereka naik ke dalam pesawat. Pesawat tersebut nantinya akan transit di Jakarta.
Pesawat pun kelas landas. Berada di dalam pesawat kaki ini membuat Erina mau pun Rasyad mengingat saat awal mereka bertemu satu bulan yang lalu. Waktu sangat cepat berlalu dan mengubah status mereka. Yang dulunya tudak kenal, sekarang sangat dekat.
"Sayang.. "
"Hem... "
"Kalau ngantuk, tidurlah!"
Rasyad menepuk lengannya agar Erina bersandar kepadanya. Erina pun menyandarkan kepalanya. Sandaran ternyamannya saat ini dan mungkin untuk selamanya.
Tidak terasa mereka sudah melalui perjalanan yang sangat jauh. Pesawat akan kandung di bandara, Soekarno Hatta. Mereka pun turun dari pesawat. Di sana sudah ada Mama, Papa, dan saudara Rasyad yang sedang menunggu untuk menjemput Rasyad. Biasanya Rasyad tidak minta dijemput. Namun kali ini karena ada istrinya, jadi keluarganya ingin menemui Erina sebelum Erina kembali ke Surabaya.
Dari kejauhan, keluarga Rasyad nampak melambaikan tangan.
"Itu mereka, mas."
Rasyad dan Erina langsung menghampiri mereka. Mama dan Papa sangat senang melihat putra dan menantunya nampak sangat dekat.
"Mama, Papa, Kak, apa kabar?" Sapa Erina sambil mencium punggung tangan mereka. Baru kali ini Erina bertemu dengan kakak iparnya itu. Ia pernah ngobrol satu kali dengan Nadin di telpon.
Nadin menyuruh putranya untuk mencium tangan Erina.
"Ayo kak, salim sama tante. Tante ini istrinya Km Jefri lho."
Anak Laki-laki yang masih berusia lima tahun, namanya Niko. Niko hanya berkedip-kedip melihat Erina.
"Hei, ayo salim!"
"Tante cantik, kenapa nikah sama Om Jef? Kenapa nggak nunggu Niko besar saja?" Celetuknya.
Ucapan Niko membuat mereka tertawa, kecuali Rasyad/ Jefri.
"Hei, bocil. Nggak sopan kamu ya. Bisa-bisanya mau menikung omnya sendiri di depan mata."
"Kan, Om masih kalah ganteng sana Niko. Pasti tante suka sama Niko. Iya kan, tante?" Niko memegang tangan Erina. Dengan lembut Erina mengusap kepala, Niko sambil mengangguk.
"Tuh, kan."
"Awas saja nggak jadi om belikan mainan yang kamu mau. "
Mama dan Papa hanya bisa menggelengkan kepala melihat mereka.
Sambil menemani Erina menunggu pesawatnya, mereka memutuskan untuk makan malam. Niko berusaha, untuk mendapatkan perhatian dari Erina agar Omnya tantrum. Sifat jahil Niko ini diturunkan oleh Omnya. Rasyad memang cuek dan cold. Namun sebenarnya ia punya sisi jahil pada orang terdekatnya.
Mereka baru saja selesai makan malam dan sedang menunggu Erina untuk cek in.
"Tante, minta tolong bukain. " Niko memberikan snack yang ingin ia makan.
"Sini, biar om yang buka." Rasyad merebutnya.
"Om, Niko ngomongnya sama tante."
"Tante kan istrinya Om, jadi sama saja."
Mama dan Papa mengulum senyum melihat tingkah Rasyad. Nampak sekali jika, sekarang Rasyad sudah menerima Erina dengan seutuhnya. Rasyad juga terlihat sangat perhatian kepada istrinya.
Akhirnya panggilan untuk penumpang pesawat yang akan dinaiki Erina. Dengan berat hati Erina pamit kepada suami dan keluarganya.
"Mas, aku berangkat ya."
Erina mencium punggung tangan suaminya.
"Iya, hati-hati.,Nanti langsung kabari kalau sudah sampai." Rasyad mencium kening istrinya.
Erina melambaikan tangan kepada mereka. Ingin Rasanya Rasyad mengejar istrinya dan menculiknya untuk dibawa ke rumahnya. Namun ada aturan Opa yang harus ia turuti jika tidak ingin dipecat jadi cucu menantu.
"Ma, kenapa aku tidak boleh mengantarnya ke Surabaya? Kita kan, sudah menikah."
"Cie.... yang udah nikah. Pasti nggak mau pisah ya kan? Makanya jangan sok nolak." Sindir Nadin.
"Ck... "
"Sabar, Jef. Nge-jomblo 26 tahun tahun kamu kuat masa' cuma seminggu gak kuat." Sahut Mama."
"Ya beda lah, Ma. Mama ini kayak nggak paham saja." Sahut Papa.
Mama hanya terkekeh.
Setelah Erina sudah tidak terlihat dari pandangan, mereka pun pergi ke parkiran.
Erina, sudah naik ke dalam pesawat.
Tidak terasa Erina sudah sampai di Bandara, Juanda. Ia, sudah dijemput oleh abangnya.
Baru saja Erina ingin mengabari suaminya kalau dia, sudah dalam perjalanan ke rumahnya. Namun Rasyad lebih dulu menelponnya. Ternyata Rasyad sudah sampai di rumahnya satu jam yang lalu.
"'Siapa yang jemput, sayang?"
"Bang Erik. "
"Bang Erik itu yang pendiam ya? Kayak bang Farid, kan?"
"Iya, mas." Erina menjawab sambil melirik abangnya.
"Salam ya buat bang Erik. Terima kasih karena sudah menjemput istriku yang cantik tiada duanya."
"Mas, kamu ini."
"Kangen.... "
"Udah ya, ini udah mau sampai rumah. Lanjut lagi nanti telponnya."
"Hem iya. Assalamu'alaikum. "
"Wa'alaikum salam."
Erina baru saja sampai di rumah. Sudah jam 10 malam, orang rumah sudah pada istirahat. Erik kebetulan menginap di rumah Opa. Jadi dia yang mendapat tugas menjemput adiknya.
"Makasih ya, bang."
"Iya, istirahatlah."
"Oh iya, salam dari suamiku. Makasih udah jemput aku katanya, hehe...."
"Hem, salam balik."
Erina naik ke lantai atas dan masuk ke dalam kamarnya.
Belum juga ia menaruh barang-barangnya, handphone nya sudah berdering lagi. Siapa lagi kalau bukan Rasyad yang menghubunginya melalui video call. Erina pun langsung mengangkatnya.
"Sayang... "
"Hem... sudah malam ini mas. Ayo tidur."
"Ayo tidur bereng."
"Huh, yang benar saja."
"Maksudku, temani aku tidur. Jangan matikan video call nya."
"Ya Allah... ada-ada saja. Aku baru saja sampai mas. Belum ganti baju dan cuci muka."
" Nggak pa-pa kamu ganti baju saja dulu, jangan dimatiin. Atau kamu mau bawa aku juga nggak pa-pa."
"Dih, mesum."
Rasyad tergelak.
Erina meletakkan handphonenya lalu masuk ke walk in closed untuk ganti baju tidur. Setelah itu ia ke kamar mandi untuk cuci muka dan gosok gigi.
"Sudah, sayang?"
"Iya, sudah. Ayo tidur, sini aku peluk." Goda Erina.
"Astaghfirullah... kalau hau aja begitu. Awas nanti ya."
Erina terkekeh.
Bersambung...
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...