NovelToon NovelToon
七界神君– Dewa Penguasa Tujuh Dunia

七界神君– Dewa Penguasa Tujuh Dunia

Status: sedang berlangsung
Genre:Budidaya dan Peningkatan / Perperangan
Popularitas:21.2k
Nilai: 5
Nama Author: Radapedaxa

Tujuh dunia kuno berdiri di atas fondasi Dao, dipenuhi para kultivator, dewa, iblis, dan hewan spiritual yang saling berebut supremasi. Di puncak kekacauan itu, sebuah takdir lahir—pewaris Dao Es Surgawi yang diyakini mampu menaklukkan malapetaka dan bahkan membekukan surga.

Xuanyan, pemuda yang tampak tenang, menyimpan garis darah misterius yang membuat seluruh klan agung dan sekte tertua menaruh mata padanya. Ia adalah pewaris sejati Dao Es Surgawi—sebuah kekuatan yang tidak hanya membekukan segala sesuatu, tetapi juga mampu menundukkan malapetaka surgawi yang bahkan ditakuti para dewa.

Namun, jalan menuju puncak bukan sekadar kekuatan. Tujuh dunia menyimpan rahasia, persekongkolan, dan perang tak berkesudahan. Untuk menjadi Penguasa 7 Dunia, Xuanyan harus menguasai Dao-nya, menantang para penguasa lama, dan menghadapi malapetaka yang bisa menghancurkan keberadaan seluruh dunia.

Apakah Dao Es Surgawi benar-benar anugerah… atau justru kutukan yang menuntunnya pada kehancuran?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Radapedaxa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 29

“Besok malam.” Suara Meiyun tegas, penuh keyakinan. “Itulah waktunya. Festival tahunan akan berlangsung, semua warga akan berkumpul. Jika kita ingin mengungkap Mo Yun, maka itulah momen yang paling tepat.”

Xuanyan mengangguk pelan. “Benar, di tengah keramaian… jika ia benar-benar Yan Mo, ia tak akan bisa menolak kesempatan untuk menebar pengaruh. Justru di sanalah kelemahannya akan muncul.”

Tatapan mereka bertemu sejenak. Tidak ada lagi canda, hanya keseriusan dua orang yang memikul beban besar.

Malam Festival

Kota Linhai berubah total. Jalanan penuh lentera merah, kios-kios makanan berjajar rapat, aroma manisan, kue beras, dan daging panggang bercampur jadi satu. Anak-anak berlari sambil membawa kembang api kecil, pasangan-pasangan muda tertawa sambil menikmati malam yang penuh cahaya.

Di langit, kembang api meledak silih berganti, menorehkan bunga api berwarna-warni. Suasana hangat dan meriah ini seolah menghapus bayang-bayang teror kultivator iblis yang selama ini menekan hati warga.

Di tengah keramaian itu, Xuanyan berjalan santai, tangannya bersedekap di balik jubah sederhana. Matanya tajam, tapi bibirnya melengkung tipis.

“Senior, apakah kau bisa mendengarku?” Xuanyan berbisik melalui telepati.

Tidak ada jawaban. Ia mengerutkan kening.

“Senior?” tanyanya lagi, kali ini agak khawatir.

Akhirnya, suara lirih terdengar. “A… aku di sini.”

Xuanyan menarik napas lega. “Kupikir terjadi sesuatu. Jangan diam begitu, Senior.”

Meiyun mendesah panjang dari kejauhan. “Kenapa aku harus berpakaian seperti ini, hah?!”

Xuanyan berhenti melangkah. Matanya membelalak saat melihat Meiyun muncul dari kerumunan. Malam itu, wanita yang biasanya dingin dan tegas, tampil dalam balutan pakaian adat Qixiu Honghua—gaun merah panjang dengan motif bunga peony keemasan. Rambutnya ditata sederhana dengan jepit perak, membuat wajahnya tampak lebih muda dan bersinar di bawah cahaya lentera.

Setiap langkahnya membuat banyak pasang mata menoleh. Warga berbisik kagum, beberapa pria bahkan terpaku.

Xuanyan menelan ludah, wajahnya memanas. “Y-ya… mau bagaimana lagi, ini demi keberhasilan rencana…”

Meiyun menunduk sedikit, menutupi wajahnya yang bersemu merah. “Aku malu… sangat malu… semua orang menatapku seperti ini. Aku bukan gadis muda lagi, rasanya tidak pantas memakai pakaian seperti ini…”

Xuanyan berusaha bersikap normal, meski jantungnya berdetak lebih cepat. “Memangnya… berapa umur Senior?”

Langkah Meiyun terhenti. Matanya membelalak, lalu menatap tajam. “Kau… kau berani menanyakan hal paling sakral bagi seorang wanita? Kau ini pria, tapi kenapa tidak peka sama sekali?! Aku… aku membencimu!”

Xuanyan tercekat. “M-maaf, Senior… aku memang buruk soal hal seperti itu… lagipula aku sendiri masih berusia 12 tahun.”

Meiyun terpaku. “Apa…?”

Wajahnya mendadak memerah parah. “Dua belas… tahun…? Kau serius?!”

Xuanyan mengangguk polos.

“Sial, Meiyun, kau bodoh sekali!” batin Meiyun berteriak. “Wanita umur 29 tahun sepertiku… bagaimana bisa berani-beraninya aku menyukai… bocah ingusan umur 12?! Tidak, tidak, ini bukan salahku! Aku juga tidak tahu umurnya! Tapi… wajahnya… tubuhnya… dia terlihat seperti pemuda belasan akhir! Bodoh, bodoh sekali!”

Ia buru-buru menutup wajahnya dengan tangan. “Sial… aku malu sekali…”

Xuanyan, yang tak mendengar balasan apapun, hanya bisa diam. “Senior?”

Tiba-tiba, sebuah suara lain memanggil.

“Xuanyan!”

Pemuda itu menoleh, dan melihat seorang gadis berlari ke arahnya. Rambut panjangnya tergerai, matanya berbinar penuh semangat. Itu adalah Lian Rou.

Wajah Xuanyan melunak. “Rou.”

Gadis itu tersenyum lebar. “Aku tahu kau akan datang ke festival ini!”

Xuanyan tersenyum tipis. “Ya, lagipula ini festival tahunan. Sayang kalau dilewatkan.”

Rou tertawa renyah. “Kau benar juga. Oh ya, aku datang untuk berterima kasih padamu!”

“Berterima kasih? Untuk apa?”

Rou menarik napas dalam, matanya berbinar. “Aku memberi tahu ayah soal ide yang kau usulkan—membuat restoran mie keliling untuk memperkenalkan mie pedasku ke seluruh penjuru! Meski awalnya ayah menolak, tapi akhirnya… dia setuju! Mimpiku akhirnya bisa tercapai!”

Xuanyan ikut tersenyum tulus. “Itu kabar baik, Rou. Aku ikut senang mendengarnya. Semoga usahamu berhasil. Tapi jangan lupa… jaga dirimu baik-baik di luar sana.”

Pipi Rou merona. Ia menggenggam sebuah gelang rajutan sederhana, lalu menyodorkannya. “Meski sederhana… aku harap kau mau menerimanya, sebagai hadiah terima kasihku.”

Xuanyan menatap gelang itu, lalu tersenyum lembut. “Kau seharusnya tidak perlu repot-repot. Tapi… aku akan menerimanya dengan senang hati. Terima kasih, Rou.”

Rou tersenyum bahagia. Ia lalu mengangkat tangannya, memperlihatkan gelang serupa melingkar di pergelangannya. “Lihat, aku juga memakainya! Hehe…”

Xuanyan tertegun, lalu ikut tersenyum.

“Oh ya,” lanjut Rou sambil menunduk sedikit, “aku akan berangkat besok setelah festival selesai.”

Xuanyan mengangkat alis. “Secepat itu? Kau benar-benar tak sabar, ya?”

Rou terkekeh. “Iya. Aku sangat senang. Meski begitu… mungkin kita tidak akan bertemu lagi untuk sementara waktu.”

Xuanyan menatapnya dalam, lalu berkata pelan. “Kalau sudah jodoh… pasti akan bertemu kembali.”

Rou terdiam, wajahnya seketika memerah. “J-jodoh…?”

Xuanyan tersentak, menyadari ucapannya sendiri. “Ah—itu hanya pepatah… jangan salah paham!”

Rou menahan tawa, pipinya tetap merona. “Hahaha, begitu ya. Kalau begitu… aku pamit dulu. Masih ada orang lain yang harus kuberi gelang yang sama.”

Xuanyan mengangguk. “Baiklah. Hati-hati, Rou. Semoga sukses.”

Rou melambaikan tangan, lalu berlari menjauh di tengah keramaian.

Xuanyan menatap punggungnya yang menjauh, hatinya terasa hangat sekaligus… entah, sedikit kosong.

Dari kejauhan, Meiyun yang menyaksikan percakapan itu tanpa sengaja menggenggam erat tangannya sendiri. “Jadi… gadis itu… sudah mulai menaruh hati padanya juga, ya?”

Ia menghela napas panjang, menunduk, wajahnya rumit antara cemburu, bingung, dan kesadaran pahit akan jarak usia mereka.

Sorak-sorai festival masih menggelegar. Musik tradisional, dentuman genderang, dan suara tawa warga bercampur jadi satu. Lentera-lentera merah bergoyang tertiup angin malam, sementara kembang api terus menghiasi langit.

Di tengah keramaian itu, Meiyun berdiri terpaku.

Seorang pria berwajah rupawan, berperawakan tegap dengan jubah hitam bergaris perak, berjalan perlahan ke arahnya. Senyum hangat tersungging di wajahnya, seolah dialah bintang malam itu.

Itu adalah Mo Yun.

“Ah… siapa sangka,” ucapnya lembut, suaranya sehalus alunan seruling. “Ketua Asosiasi yang begitu tegas dan dingin… malam ini tampil secantik ini.”

Meiyun berusaha menahan diri. Jantungnya berdetak keras, bukan karena kagum, melainkan karena ia tahu siapa pria ini sebenarnya.

Namun Mo Yun tidak hanya berbicara. Setiap kalimat yang keluar dari bibirnya seolah memiliki irama, lantunan samar seperti syair kuno. Kata-katanya mengalun lembut, bagai bait puisi yang merasuk ke hati.

“Bunga mekar di musim dingin, indah namun rapuh…

Cahaya bulan menatapmu, dan aku pun terpesona…”

Mata Meiyun melebar. Hatinya seketika bergetar. Apa… ini? Kenapa suaranya seperti… mantra?

Meski ia sadar harus menjaga diri, tanpa terasa tubuhnya sedikit condong ke depan, seolah terbawa arus syair itu.

Di sisi lain, Xuanyan berjalan di tengah kerumunan. Ia merasa ada yang aneh.

“Senior? Kau di mana?” telepatinya meluncur.

…Hening.

Alis Xuanyan berkerut. “Senior, halo? Jawablah!”

Masih tidak ada jawaban.

Jantungnya berdegup kencang. Tatapannya menyapu lautan manusia, tapi yang terlihat hanya wajah-wajah bahagia menikmati festival.

Ada yang tidak beres.

Di sebuah lorong sepi, jauh dari keramaian…

Meiyun terpojok ke dinding. Tatapannya kosong, bibirnya sedikit terbuka, seolah akalnya terkikis.

Mo Yun berdiri di depannya, tubuhnya condong ke depan, senyumnya hangat namun mengerikan.

“Bukankah kau terlalu terburu-buru, Ketua Asosiasi?” suaranya lirih, tapi menusuk. “Kenapa kau mendandani dirimu secantik ini? Apa kau ingin memikat seseorang?”

Tangannya terangkat, jemarinya menyusuri dagu Meiyun dengan lembut.

“Awalnya aku mengira kau orang lain. Tapi setelah kulihat lebih dekat… ternyata benar, itu kau.”

Mata Mo Yun berkilat samar, aura hitam berputar tipis di sekitarnya, nyaris tak terlihat.

“Kau membuat rencana, bukan? Bersama bocah berambut putih itu. Hm?” Suaranya menurun, semakin dingin. “Untuk menguak identitasku?”

Ia mendekatkan wajahnya ke wajah Meiyun. Nafasnya hangat, tapi hawa di sekitarnya membeku.

“Sekarang, katakan padaku… siapa sebenarnya bocah itu? Apa urusannya denganku? Padahal kita baru pertama kali bertemu, tapi kenapa dia selalu menghalangiku?”

Meiyun, dengan tatapan kosong, perlahan membuka mulutnya.

Wusshh!

“Senior!” Xuanyan berlari kencang, tubuhnya lincah menyelinap di antara kerumunan. Peluh menetes dari pelipisnya, matanya menyalang penuh kegelisahan.

“Jawab aku, Senior! Sial!”

Ia berhenti sejenak, memejamkan mata, mencoba memfokuskan Qi untuk melacak aura Meiyun. Namun… hampa. Seolah ada tirai gelap yang menutupi.

“Tidak mungkin… kenapa Qi-ku tidak bisa mendeteksinya?!”

Giginya terkatup rapat. Ia menggertakkan gigi, lalu kembali berlari. Kerumunan terasa semakin padat, suara sorak festival menusuk telinga, justru membuat hatinya semakin kacau.

Sampai akhirnya—

Ia tiba di sebuah lorong gelap.

Langkahnya terhenti.

Mata emasnya menyipit, wajahnya mendadak kelam.

Di sana…

Meiyun terkapar di tanah.

Pakaiannya robek di beberapa bagian, tubuhnya lemah, rambut indahnya berantakan menutupi sebagian wajah. Ia masih bernapas, tapi samar, seolah setengah kesadarannya hilang.

Xuanyan berdiri mematung, darahnya berdesir. Seluruh urat di tubuhnya menegang.

“Meiyun…” suaranya rendah, bergetar, dipenuhi amarah yang ditekan.

Tangannya terkepal begitu keras hingga bunyi krek terdengar dari persendian. Aura dingin meledak dari tubuhnya, membuat udara di sekitarnya menggigil.

Tatapannya bergeser ke jejak langkah samar yang menjauh. Qi iblis yang samar masih tertinggal di udara.

“Mo Yun…” bisiknya. Suaranya bukan lagi suara anak berusia 12 tahun, melainkan teriakan jiwa seorang pembunuh.

Udara di sekelilingnya bergetar, pusaran salju tipis mulai muncul di lorong itu, terbentuk dari Qi es surgawi yang lepas tanpa kendali.

1
Nanik S
💪💪💪💪
Depressed: Ayo mampir kak, kali aja suka tema kultivator gitu
total 1 replies
Nanik S
Xuanyan Bagus... jadilah dirimu sendiri
Nanik S
Lanjut
Nanik S
Xuanyan... Raihlah puncak tertinggi dan #elamatkan Xueran
iwakali
pertarungan panjang bbrp chapter. musuh mati ditangan orang lain
Depressed: Ayo mampir kak, kali aja suka tema kultivator gitu. sugan
total 1 replies
Christian Matthew Pratama
mc bnyakan bacot...itu itu aja dr td bahasanya
Christian Matthew Pratama
mc ooon blm kuat tp sok hebat
Nanik S
Lanjut terus
Nanik S
Xuanyan.... lanjut.. jangan pernah berhenti dan bisa menolong Xueran dan mengambilnya
Nanik S
Xueran kenapa tidak muncul
Nanik S
Dimana Xueran
Nanik S
Xuanyan.... bisakah menarik perhatian dari salah satu Putri suci
Nanik S
Lanjutkan
Nanik S
Semua sudah datang lalu kemana Yueran
Nanik S
Jadilah pemenang dalam Putra Suci dan jangan Yueran menderita
Nanik S
Lanjutkan Yor
Nanik S
Xuanyan dasar konyol
Christian Matthew Pratama
pake banget ya
Orie..
ok lanjut..jgn trlalu naif,humor aja .,
Depressed: Ayo mampir kak, kali aja suka tema kultivator gitu
total 1 replies
Nanik S
Lanjutkan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!