Peringatan! Harap bijak dalam membaca. Ini karya dipersembahkan untuk hiburan emak yang sudah berusia 21+ dan sudah menikah! Dibawa 21 harap jangan baca! Dosa tangung sendiri!
Sequel dari Dipaksa menikahi tuan muda duda
Ashanum Ananda Wijaya terpaksa menerima perjodohan dengan pria yang sama sekali tak ia kenal setelah pergaulan bebasnya diketahui sang papa yaitu Raka Wijaya. Asha harus mengorbankan cintanya menikahi pria sederhana yang bukan tipenya yang tak ada daya tarik sama sekali yang hanya berkerja sebagai guru ngaji di pondok pesantren dan sebagai ob di rumah sakit ternama dikota Malang.
Dibalik kesederhanaannya Asegaf Albramata adalah seorang pengusaha muda yang sukses disegala bidang, namun ia menyembunyikan semuanya karena berbagai alasan.
Asha sangat membenci Ega karena adanya dia, ia harus kehilangan cinta pertamanya.
Nb : Jangan lupa follow ig:Duwi Sukema author ya, agar tahu visual juga novel author lainnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon duwi sukema, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
29. Sakit tapi tak berdarah
Asha yang merasa kesal di abaikan ia segera berjalan-jalan entah kemana ia tak tahu dengan detail tempat ini. Ia hanya berjalan dan terus berjalan, hingga matanya tertuju pada bangku taman yang hanya ada seorang bocah kecil berusia delapan tahun duduk sendiri.
"Hai dek, apa boleh kakak duduk disini?"
"Boleh, duduk saja," ketusnya.
"Nama kamu siapa?"
"Iza," jawabnya dengan nada kesal.
Asha hanya diam tak bertanya lagi, ia tahu jika gadis kecil disampingnya sedang kesal. Ia tak ingin menbuat moodnya bertambah kesal.
Asha segera mengambil ponselnya untuk sekedar mengeser-geser layar ponselnya melihat kenangan fotonya bersama keluarganya.
"Mbak lihat apa?"
"Aku! Lihat ini," ucap Asha memperlihatkan foto keluarganya saat selesai acara ijab kabul dia dengan Ega.
"Apa?!" teriak Iza dengan merebut ponsel yang dipegang Asha.
"Hai kembalikan ponselku! Nanti ponselku rusak," dengus Asha.
"Mbak, ini benar ustad Ega ya?!" tanyanya sambil memperbesar foto yang ada di layar ponsel Asha. "Gawat ini," ucapnya lagi dengan sedikit panik.
"Emang kenapa jika itu ustad Ega? Apa ada sesuatu? Itu bukan ustad yang kamu bilang," bohong Asha penasaran karena anak sekecil itu bisa terkejut melihat foto pernikahannya.
"Dia kan pacar mbakku, kamu pasti pelakor kan? Ustad Ega sama mbak Afi sudah lama dekat katanya mereka mau menikah," kata Iza.
Pantas saja tadi mas Ega sampai mengabaikan aku. Jadi wanita tadi itu mantan pacarnya atau mungkin masih pacarnya? Berbagai pikiran negatif mulai memenuhi isi otaknya Asha yang semakin kesal karena telah tertipu oleh.
"Jadi ustad Ega pacar mbakmu ya? Berapa lama mereka pacaran?" tanya Asha ingin mencari informasi tentang suaminya saat ini menurutnya ia dia sangat misterius.
"Satu tahun, sejak ustad Ega mengajar bahasa arab disini. Mereka kan cinlok, di tambah abah selalu menyuruh mereka melalukan apa pun berdua," ucap polos Iza.
"Emang ustad Ega berapa lama mengajar disini?"
"Satu tahun, ustad Ega itu sama mbak Afi mau melakukan lamaran bulan depan, pas ulang tahun mbak Afi. Mereka itu jodoh, ulang tahunnya saja sama tanggalnya juga bulannya," cerocos Iza.
"Wah jodoh ya, emang tanggal berapa sich? Apa orang tuanya ustad siapa tadi yang kamu bilang sudah menemui orang tuamu?"
"Tanggal 23 bulan desember. Orang tua ustad Ega sudah meninggal, dia kan yatim piatu. Dia itu orang hebat tak sembarang," ketusnya.
Anak kecil ini banyak tahu tentang mas Ega dari padaku, bahkan dia tahu segalanya. Pasti mereka sangat dekat, mas Ega menikah denganku pasti terpaksa karena di ancam papa batin Asha.
"Orang hebat apa maksud anak kecil ini?" batin Asha. Aku harus tahu maksud dari ucapan anak ini, aku harus mencari tahu pikir Asha gigih.
"Maksud kamu orang hebat gimana?" tanya Asha.
"Ih mbak ini kepo amat sich!" sindir Iza. "Sudah jangan banyak tanya! Ustad Ega itu akan jadi mas aku, suami mbak Afi, mereka aja aku pernah melihat berciuman," ucap Iza keceplosan lalu berlari meninggalkan Asha.
Asha mendengar penjelasan dari anak kecil disampingnya mengepalkan tangannya merasa sangat bodoh bisa di bohongi begitu saja.
"Kamu itu sok suci di depanku, bilang ta'aruf! Bilang cinta! Busit semua itu," umpat Asha.
Asha segera berjalan menuju gerbang untuk pulang lebih awal sebelum acara di mulai.
****
Ega yang telah selesai berbicara dengan Afi segera menoleh kesebelahnya untuk mengajaknya Asha menemui Abah terlebih dahulu.
"Mana Asha kok nggak ada? Dia kan nggak tahu tempat ini," lirih Ega.
"Apa maksud ustad Ega?" tanya Afi.
"Kamu lihat wanita disampingku tadi nggak? Kok dia nggak ada, dia istriku," ucap Ega.
Deg
Hati Afi mendengar ucapan yang keluar dari bibir Ega hatinya bagaikan di sayat-sayat ribuan pisau yang membuatnya merasakan sakit tapi tak berdarah.
"Apa maksudmu istri ustad?!" tegas Afi meminta penjelasan.
"Dia istriku, aku dan dia sudah menikah tiga bulan lalu. Sudah aku mau mencari dia dulu," pamit Ega.
"Tunggu!" ucap Afi sedikit teriak. "Apa kamu tak merasa bersalah terhadapku? Kau telah membuatku sakit hati, kau itu laki-laki play boy," umpat Afi.
Apa maksud dia? Aku kan nggak pernah melakukan kesalahan sama dia. Aneh sekali dia itu.
Ega berhenti berjalan lalu membalikkan badannya menatap ke arah Afi.
"Ustadza Afi, aku tak paham dengan ucapan anda yang anda bilang aku membuat kamu sakit hati. Aku dan kamu tidak pernah ada hubungan serius aku hanya menganggap kamu rekan guru saja tidak lebih, hatiku dari dulu hanya untuk istriku sebelum aku datang kesini pun hatiku hanya untuk dia," kata Ega memberikan penjelasan dan penekanan pada Afi.
"Kalau kau mencintai dia, kenapa kau selama ini sangat baik padaku? Bahkan kau selalu memberiku motivasi agar aku kuat menjalani hidupku, aku sudah sembuh dari sakitku tapi kau kini membuat sakit hatiku," ucap sendu Afi.
"Ustad Afi, aku melakukan hal itu semua agar kamu memiliki semangat hidup. Usia tak ada yang tahu, orang tuamu memohon kepadaku saat itu. Aku sudah menolaknya beberapa kali, namun aku tak tega melihat beliau memohon bersujud padaku untuk membuatmu kuat menjalani sakit kanker ini, hingga kamu sembuh total," jelas Ega.
"Saat ini kamu sudah sembuh. Aku memiliki kehidupanku yang juga butuh aku perjuangkan, jadi mohon pengertiannya! Aku memberikan perhatian padamu selama ini sebenarnya karena aku merasa iba akan jalan hidupmu. Kamu sudah di nyatakan sembuh total maka aku juga mengatakan aku tak ingin pura-pura baik lagi padamu agar kamu tak semakin jauh salah paham," ucap Ega lagi.
Ega segera pergi meninggalkan Afi yang diam mematung dengan wajah yang muram sedikit pucat.
Aku tak akan membiarkan kamu bersamanya. Aku akan membuat kamu jadi milikku seutuhnya. Jika aku tak bisa mendapatkan kamu maka ia pun juga tak bisa, lihat saja apa yang akan aku lakukan batin Afi melihat punggung Ega yang semakin jauh dari pandangan matanya.
Ega segera berjalan mencari Asha yang entah kemana keberadaannya. Ia segera mengambil ponselnya melihat gps yang sengaja ia pasang pada cincin perkawinanya untuk memudahkan ia memantau keberadaan Asha.
"Dia kenapa ke arah pulang? Apa dia marah gara-gara aku abaikan tadi? Pasti dia cemburu melihat aku dengan Afi tadi," ucap Ega.
Ega segera berlari menuju gerbang menyusul Asha sebelum ia pergi jauh.
Ega yang melihat Asha berjalan segera berteriak memanggilnya.
"Sha, tunggu!" teriak Ega sambil ngos-ngosan karena berlari.
Asha yang mendengar suara tak asing pun segera mengabaikan pura-pura tak mendengarnya, ia tetap berjalan fokus ke depan.
bersambung...