Menjadi seorang dokter bedah ilegal di dalam sebuah organisasi penjualan organ milik mafia berbahaya, membuat AVALONA CARRIE menjadi incaran perburuan polisi. Dan polisi yang ditugaskan untuk menangani kasus itu adalah DEVON REVELTON. Pertemuan mereka dalam sebuah insiden penangkapan membuat hubungan mereka menjadi di luar perkiraan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zarin.violetta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Memutuskan Untuk Pergi
Malam berikutnya tiba. Ava berpura-pura sakit kepala dan meminta untuk tidur lebih awal.
Dia mengunci pintu kamarnya. Dia menunggu, menghitung waktu yang tepat untuk keluar.
Dia mengenakan pakaian yang gelap dan nyaman, celana hitam dan sweater hitam yang dia temukan di lemari pakaian milik Devon.
Dia tidak membawa apa-apa kecuali tas kecil berisi sedikit uang tunai dan identitas serta foto Alex dan dirinya yang selalu disimpannya.
Tengah malam adalah waktunya. Patroli penjaga berganti pukul 00:30. Dia akan memiliki jarak sangat sempit antara patroli yang lama pergi dan yang baru datang.
Dengan napas tertahan, Ava membuka kunci jendela balkon kamarnya perlahan. Udara malam yang dingin menyambutnya.
Dengan gesit, dia memanjat teralis batu yang menghiasi fasad mansion. Itu berisiko dan berbahaya, tetapi itu adalah satu-satunya cara turun tanpa melalui lorong yang diawasi kamera.
Dia turun dengan gemetar, jari-jarinya mencengkeram erat batu yang dingin.
Setelah itu, kakinya mendarat di atas rumput yang basah oleh embun. Dia merunduk, berlari membungkuk menuju blind spot kamera di semak mawar.
Duri-duri mencakar lengannya, tapi dia tidak peduli. Rasa sakit itu nyata, itu berarti dia hidup, dan bergerak.
Dia menunggu, bersembunyi di balik semak, saat sorotan senter penjaga yang sedang patroli menyapu area itu. Napasnya tertahan.
Sorotan itu hampir menyentuh kakinya sebelum akhirnya menjauh. Itu pertanda. Dia harus bergerak sekarang.
Dengan kecepatan dan ketenangan, Ava melesat melintasi taman, dari satu bayangan ke bayangan lain.
Dia teringat denah mansion yang pernah dilihatnya di perpustakaan. Pintu samping ada di sisi timur.
Dia mulai berlari. Kakinya membawanya menyusuri jalan berliku yang sepi, jauh dari gerbang utama yang megah.
Pepohonan tinggi di kedua sisi jalan terlihat seperti penonton gelap dalam pelariannya.
Setelah berlari cukup jauh, dia melihat lampu-lampu kota berkedip di kejauhan.
Dia memutuskan untuk meninggalkan jalan utama dan memotong melalui sebuah taman kecil, berharap bisa menemukan taksi atau tempat umum.
Tapi kebebasan ternyata menakutkan. Dia sendirian, di tengah malam, di kota yang tidak sepenuhnya dia kenal.
Apa yang akan dia lakukan? Ke mana dia harus pergi? Mencari Devon? Dia bahkan tidak tahu di mana Devon berada.
Dia bersembunyi di halte bus yang terbuka, menggigil karena dingin. Dia menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan diri.
Dia harus punya rencana. Satu-satunya petunjuk yang dia miliki tentang Alex adalah Don Vittorio. Dia harus kembali ke sana, berpura-pura diculik dan melarikan diri.
Ava masih ingat di mana kediaman Don Vittorio. Dia kemudian mencari taksi untuk pergi ke sana.
*
*
Namun, ketika Ava berjalan mencari taksi, sebuah mobil melintas di sampingnya. Mobil itu tiba-tiba berhenti dan Ava begitu kaget ketika seorang pria keluar dari mobil.
Ava melihat Devon dengan wajah marah. “Bukankah aku sudah bilang kau tunggu saja di tempat keluargaku?” bentaknya.
Ava ternganga, tak menyangka Devon akan secepat itu menemukannya.
“Devon? Kau? Wait … apakah kau juga memasang pelacak padaku seperti yang dilakukan Don Vittorio?” Ava mengernyit.
Devon menariknya masuk ke dalam mobil dengan cepat. “Aku tak akan melakukan hal jahat itu padamu,” geramnya.
Lalu mobil itu melesat cepat dan pergi dari sana. Ava melihat ekspresi wajah Devon yang masih begitu dingin.
“Aku pergi karena aku panik. Aku takut jika—“
“Kau tak percaya padaku, Ava?” potong Devon dengan sedikit membentak.
“Kita baru mengenal, dan wajar jika aku belum terlalu mempercayaimu. Tak ada yang bisa kupercaya saat ini! Dan aku harus menemukan Alex—“
“Alex sudah kutemukan!” potong Devon lagi.
Ava membelalak. “Seharusnya kau mengatakannya padaku agar aku—“
“Dia koma dan aku membawanya pergi jauh dari negara ini. Itulah kenapa aku belum memberitahumu. Aku menemukannya sudah dalam keadaan yang buruk.” Suara Devon tegas, meskipun sebenarnya dia berat mengatakan hal itu tapi mungkin ini saatnya Ava harus tahu.
masih penasaran siapa yg membocorkan operasi Devon di markas Don Vittorio dulu ya 🤔🤔