Seorang gadis yang di paksa orang tuanya untuk menikah muda untuk melindunginya dari masa lalu yang terus menganggunya. Namun siapa sangka jika gadis itu di jodohkan dengan seorang pemuda yang menjadi musuh bebuyutannya. Lalu bagaimana pernikahan mereka akan berjalan jika mereka saling membenci?mungkin kah cinta akan tumbuh dalam diri mereka setelah kebersamaan mereka
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ella ayu aprillia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
29
Keluarga Bagaskara selalu meluangkan waktu berkumpul setelah makan malam, hal itu mereka lakukan guna mempererat hubungan keluarga mereka dan agar mereka tetap harmonis. Gisella duduk di samping mama nya, ia merebahkan kepalanya di paha mamanya, merasakan nyamannya berada dalam pangkuan seseorang yang sangat ia sayangi.
Mama Sinta mengelus rambut hitam putri kesayangannya itu. "Gimana kuliah kamu kak?"tanya mama Sinta kepada putra pertamanya. "Lancar ma, sejauh ini tidak ada masalah dan aku juga bisa mengikuti kelas dengan baik."jawab Marcel dengan mantap.
"Pa..kak..tahu nggak tadi di mall Revan di serang sama seseorang pake pakaian hitam dan masker. Katanya sih itu anak geng motor yang nggak suka sama dia."celetuk Gisel tiba - tiba. Mama Sinta berniat membicarakan hal ini nanti saat di kamar namun ternyata putrinya lebih dulu menceritakan kejadian itu kepada papa dan kakaknya.
Papa Rizal dan Marcel tampak tegang lalu saling pandang. Wajahnya pucat dan tubuhnya sedikit berkeringat. Gisel merasa jika papa dan kakaknya bereaksi berbeda.
"Pa...kak..kok kalian jadi tegang gitu.."
"Nggak papa kok sayang, papa nggak nyangka aja kalau Revan terlibat geng motor seperti itu." Jelas papa Rizal mencoba bersikap tenang.
"Tapi dia nggak papa kan? Nggak terluka parah."lanjut papa Rizal lagi. Ia khawatir dengan calon menantunya itu. Ia yakin jika yang menyerang Revan bukan geng motor melainkan seseorang yang ingin menganggu putrinya. "Tadi perutnya di tendang dan keluar sedikit darah dari bibirnya pa..tapi katanya sih nggak papa, nggak terlalu parah."terangnya.
"Apa nggak di bawa ke rumah sakit? Terus orang itu tertangkap?"Marcel menimpali.
"Dia nya nggak mau kak, malah ajak lanjut belanja biar cepat selesai katanya."
"Sayang sudah malam kamu istirahat dulu ya pasti kamu capek setelah belanja seharian."ujar mama Sinta lembut.
"Iya ma.." sahutnya lalu ia naik ke lantai dua menuju ke kamarnya. Sedangkan di bawah, mama, papa dan kakaknya masih duduk dengan wajah tegang dan khawatir.
"Dia sudah mulai bergerak pa dan mungkin dia sudah tahu jika Gisel akan segera menikah."ujar Marcel mulai khawatir akan keselamatan adiknya.
"Iya nak, papa khawatir dia akan nekat. Papa yakin dia yang sudah mencelakai Revan. Dan papa semakin yakin kalau Revan bisa menjaga Gisel dengan baik." Mama Sinta mengangguk setuju, meskipun mereka sering kali bertengkar namun ia yakin jika keduanya mempunyai ketertarikan masing - masing.
***
Hari ini adalah hari pengambilan raport. Gisel sedang bersiap di kamarnya saat pintu kamar diketuk dari luar. "Sayang..kamu sudah siap belum?" Teriak mama Sinta dari depan pintu.
"Sebentar lagi aku keluar ma.."balasnya.
"Mama tunggu di ruang tamu ya sayang."
Setelah itu mama Sinta turun dan menunggu Gisel di bawah. Ia akan berangkat bersama untuk mengambil raport Gisel.
Beberapa saat kemudian Gisel turun dengan seragam yang sudah rapi. Mereka pergi ke sekolah dengan menggunakan taksi karena papa Rizal dan Marcel sudah lebih dulu berangkat. Mereka sampai di depan sekolah pukul 8 pagi, saat turun dari taksi ia melihat mobil Diana juga baru saja sampai.
"Pagi Diana."sapa Sinta lalu mereka saling berpelukkan singkat. "Pagi bun.."sapa Gisel sopan dengan mencium punggung tangan calon mertuanya itu. "Pagi sayang.."balasnya.
"Kamu nggak bareng sama Revan Di?"
"Nggak Sin, dia lebih memilih naik motor karena katanya dia akan pergi sama teman - temannya. Paling bentar lagi juga sampai dia."
Dan benar saja beberapa detik kemudian motor Revan memasuki gerbang sekolah.
"Pagi maa.." Revan mencium punggung tangan mama Sinta saat sudah berada di dekat mereka. "Pagi Revan"balas mama Sinta ramah.
Gisel merasa tak nyaman,takut jika ada murid yang melihat ia dekat dengan Revan.
"Maa..Bun aku mau cari Kania dan Selly dulu ya."pamit Gisel. "Iya sayang.."
"Aku juga samperin mereka dulu bun..maa..."
"Iya sayang..."
***
Bunda Diana dan mama Sinta berjalan menyusuri koridor sekolah, mereka akan masuk ke kelas Gisel dan Revan untuk mengambil raport. Mereka duduk berdampingan. Berbaur dengan ibu - ibu wali murid yang lain. Jarak mereka cukup jauh karena pengambilan raport urut dari nomor absen mereka. Gisel di panggil lebih dulu, mama Sinta dan mama Sinta maju dan berjabat tangan dengan wali kelas putrinya.
"Selamat ya bu, Gisella Bagaskara berhasil memperoleh peringkat ke-2. Tetap konsisten dalam belajar dan optimis pada kemampuan diri sendiri. Pertahankan prestasi yang telah kamu capai. Ibu/bapak guru sangat bangga dan mengapresiasi pencapaianmu. Jangan pernah menyerah untuk meningkatkan prestasi dan tetap fokus pada tujuan. Bahkan kamu bisa lebih meningkatkan kemampuan kamu dengan rajin belajar hingga bisa berada di peringat pertama."terang wali kelas Gisella.
Mama Sinta tersenyum cerah melihat nilai - nilai putrinya yang masih bagus dan kini ada beberapa mata pelajaran yang mulai meningkat.
"Terima kasih bu, semoga Gisel bisa lebih semangat lagi dalam belajar hingga mendapat peringkat pertama." Setelah itu mama Sinta dan Gisel pamit untuk undur diri. Mereka kembali duduk di kursi karena berniat menunggu giliran Revan.setelah beberapa siswa di panggil kini giliran Revan Mahendra.
Mereka berdua maju dan duduk di depan sang guru.
"Selamat ya Revan, lagi - lagi kamu telah berhasil mendapatkan peringkat 1. Semoga kamu menemukan semua kesuksesan yang kamu inginkan di masa depan. Kamu adalah seorang siswa pekerja keras. Lanjutkan kerja baikmu. Pertahankan prestasimu dan tingkatkan itu."ucap wali kelas Revan.
Bunda Diana tampak bangga melihat nilai - nilai Revan yang masih tetal stabil. Ia selalu mendapat peringkat pertama sejak masih kelas 1 SMA. Sedangkan Gisel selalu berada di bawah Revan. Namun tetap kini Gisel ada kemajuan dalam beberapa pelajaran.
"Terima kasih bu,,semoga Revan selalu bisa menjaga nilainya agar tetap baik dan tetap menjadi nomor satu."ujar bunda Diana tulus.
Mereka pun akhirmya keluar bersama.
"Selamat ya sayang, bunda tahu kamu adalah anak yang rajin dan pintar."ujar bunda Diana kepada calon menantunya.
"Terima kasih bun, tapi tetap aja aku nggak bisa kalahin Revan."ucapnya seraya melirik ke arah Revan yang berjalan di belakangnya.
"Nggak papa, peringkat ke 2 juga sudah bagus sayang. Yang terpenting ini juga ada beberapa pelajaran yang sudah meningkat nilainya."
"Iya sayang, kamu nggak boleh pesimis gitu, kan kalau kalian sudah menikah kalian bisa belajar bareng."sahut mama Sinta.
"Nah benar tuh apa yang diucapkan mama Sinta. Kalian bisa belajar bareng setelah nikah nanti." Timpal bunda Diana.
"Siang tante Diana, tante Sinta.."sapa Kania dan Selly sopan. "Siang juga Kania dan Selly."seru bunda Diana dan mama Sinta bersamaan. "Maa...aku sama Kania dan Selly izin pergi ke mall ya sebelum besuk kita pergi ke Bali."izin Gisel kepada mamanya.
"Boleh ya ma..please..sebelum kita sama - sama liburan."mohonnya lagi. Mama Sinta menghela napas berat. "Ya sudah tapi kalian harus hati - hati ya..kalau ada apa - apa langsung hubungi mama atau kakak. Dan jangan pulang terlalu sore."
Gisel mengangguk cepat,"iya mamaku sayang."
Mereka berjalan bersama menuju ke parkiran namun saat sudah sampai parkiran seseorang menghalangi jalan Gisel.
"Sel..ada titipan dari seseorang."seru salah satu murid yang terlihat memberi bucket bunga kepada Gisel.
"Dari siapa?"tanya nya menerima bucket tersebut. "Aku juga nggak tahu,tadi ada orang yang titip ke aku tapi dia pake masker."
Deg...
Jantung mama Sinta berdebar - debar. Bunda Diana menggenggam tangan Sinta untuk menenangkan hati sahabatnya itu. Gisel mengambil surat yang ada di pojok bucket.
"Selamat kenaikan kelas my heart, dan selamat atas peringkat ke 2 nya, aku yakin suatu saat kamu bisa mendapat peringkat satu. Always love you forever, my heart.."Suara Gisel bergetar membaca pesan itu, ia ingat betul siapa yang memanggilnya dengan sebutan my heart. Tanpa terasa air mata mengalir di pipi putih Gisella.
"Mamaaa.."