Suamiku, dia tidak selingkuh tapi membuat aku kesepian. Dia tidak jahat tapi dia membuat aku terluka akan sikap acuhnya. Dia tidak kasar tapi dia selalu menyepelekan segala hal tentang perasaanku dan lebih sibuk dengan ponselnya daripada bersenda gurau denganku. Aku kesepian, namun aku selalu menyemangati diriku sendiri hingga aku bertemu dengan Zavran, teman sekolahku dulu yang pernah menyatakan cinta padaku namun aku tolak karena aku pikir suamiku lah pria terbaik untukku.
Setelah pertemuan tak sengaja, kami mulai berhubungan. Kami saling suport hingga membuat aku tidak menyadari akan perasaan ini. Aku nyaman bersamanya, aku merasa di perhatikan olehnya, aku merasa di hargai dan di sayangi. Rasa yang tidak pernah aku dapatkan dari suamiku sendiri.
Lalu bagaimana aku memendam perasaan ini? Apakah aku akan menyerah pada perasaan ini? Ikuti kisahku hanya di sini.
Terima kasih
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon swetti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ZAVRAN YANG NGIDAM
" Huek... Huek... Huek..."
Dera langsung membuka matanya begitu mendengar Zavran muntah muntah. Ia segera turun dari ranjang sambil mengikat rambutnya menuju ke kamar Zavran yang ada di sebelahnya. Ya, untuk menjaga Dera, Zavran tidur di kamar tamu sebelah kamar Dera. Jadi kalau ada apa apa, ia bisa langsung siap siaga.
Ceklek...
Dera masuk ke dalam kamar Zavran, ia menyelonong ke kamar mandi dimana Zavran sedang membungkuk di depan wastafel mengeluarkan semua isi perutnya.
" Huek.. Huek.."
" Astaga Zavran, kamu kenapa?" Dera memijat tengkuk Zavran berharap mual Zavran sedikit reda.
Setelah agak mendingan, Zavran membasuh mulutnya dengan air bersih lalu mengelapnya menggunakan tisu.
" Apa kau butuh minum?" Tanya Dera.
" Tidak usah." Sahut Zavran menggelengkan kepala.
" Apa setiap pagi seperti ini?" Tanya Dera lagi.
" Iya." Sahut Zavran.
" Ayo aku bantu ke ranjang." Dera membantu Zavran berjalan menuju ranjang. Zavran duduk bersandar di ranjang, lalu Dera menyelimuti kakinya.
" Mau aku buatkan susu jahe biar mualnya berkurang?" Tawar Dera.
Zavran menatap jam dinding yang menunjukkan jam lima pagi. " Apa tidak merepotkanmu?" Zavran justru bertanya.
" Tidak, kamu begini karena menggantikan aku. Sepertinya anak kita menaruh dendam sama kamu ha ha." Ucap Dera ceria.
" Uh nakal ya."
Grep...
Zavran menarik tangan Dera hingga Dera terjatuh di pangkuannya.
" Mas Zaaaavvv." Ucap Dera lembut.
" Apa sayang?" Zavran menatap Dera sambil menaik turunkan alisnya.
" Jangan seperti ini! Nanti kalau tante atau om melihat, mereka bakal salah paham. Di kiranya kita lagi...." Dera menjeda ucapannya.
" Lagi apa hmm?" Zavran mengelus pipi Dera menggunakan hidungnya.
" Ya di kira kita ngapain ngapain." Sahut Dera.
" Nggak apa apa. Kebetulan malah, kita di gerebek terus di nikahkan sama warga." Ucap Zavran.
" Aish malah ngelawak. Udah ah aku mau buatin kamu susu jahe. Sekalian aku mau masak juga, nggak enak udah di kasih tumpangan malah berlagak sok jadi ratu." Ujar Dera.
" Kenapa memangnya kalau jadi ratu?" Tanya Zavran. " Kamu memang selalu jadi ratu. Ratu di hatiku." Imbuh Zavran membuat pipi Dera merona.
" Udah ah ngegombalnya, biarkan aku pergi mas Zav." Ujar Dera ingin melepaskan diri namun Zavran malah melingkarkan tangan ke perutnya.
" Aku bilang di lepasin bukan di peluk gini, Zavran." Ucap Dera sedikit kesal.
" Nggak sopan sama suami sendiri panggil nama." Protes Zavran.
" Belum ya, kamu masih suami orang dan aku juga istri orang." Sahut Dera.
" Aku nggak pernah menganggap kaku sebagai istri orang, aku selalu menganggap kamu istriku sendiri. Wanita yang aku cintai dan aku sayangi selamanya." Ucap Zavran.
" Aish gombal lagi."
" Bukan gombal sayang, ini beneran. Janji dari hati dan jiwaku untukmu." Ucap Zavran. Ia menatap wajah cantik Dera, begitupun sebaliknya. Melihat bibir manis Dera yang begitu menggoda, tiba tiba Zavran memajukan bibirnya, belum sempat bibir itu menempel di bibir Dera, Dera sudah menjauh darinya.
" Aku ke belakang dulu." Dera beranjak berdiri lalu meninggalkan Zavran. Zavran menggelengkan kepala sambil tersenyum melihat tingkah pujaan hatinya.
Sepuluh menit kemudian, Dera kembali dengan membawa segelas susu jahe buatan sendiri bersama dengan sepotong kue bolu yang ia beli semalam.
" Kenapa ada kue?" Tanya Zavran menatap Dera yang duduk serong di sampingnya.
" Biar perutmu terisi. Jadi nanti kalau muntah lagi yang keluar bukan cuma cairan bening. Kan nggak enak tuh, pahit." Ujar Dera.
" Kamu memang selalu pengertian. Baru kali ini aku sakit ada yang memperhatikan begini." Ucap Zavran.
" Memangnya sebelumnya Yulia nggak pernah perhatiin kamu?"
" Enggak, dia cuma sibuk dengan urusannya sendiri." Sahut Zavran.
" Duh kasihan mamaskuh, kekurangan kasih sayang seperti aku yang selalu di abaikan suamiku ha ha." Meskipun hatinya sakit namun Dera masih bisa tertawa.
" Kan ada aku yang akan selalu memberi perhatian dan kasih sayang untukmu. Jadi kamu tidak perlu merasa kesepian lagi hmm."
" Iya, terima kasih udah mengisi kekosongan hati ini." Ucap Dera.
" Aku juga berterima kasih karena kamu mau menerimaku dan membalas cintaku. Aku mencintaimu." Ungkap Zavran mengelus pipi Dera.
" Di minim dulu susu jahenya, setelah itu makan kuenya. Aku mau masak dulu mumpung tante Ranti belum ke dapur." Ujar Dera.
" Kamu di sini saja biar ibu yang masak. Nanti kamu kecapekan malah sakit kan repot." Ujar Zavran.
" Nggak mau. Kata kamu aku calon menantu di rumah ini, sudah sewajarnya aku yang mengurus semua termasuk pekerjaan rumah. Lagian tante Ranti juga sudah tua, sudah seharusnya tante berhenti bekerja. Giliran kita yang muda muda yang melayaninya." Ujar Dera.
Zavran semakin takjub dengan Dera. Pemikirannya sungguh sangat jauh berbeda dengan Yulia. Jika Dera berpikir seperti itu, maka Yulia berpikir jika ibu dari seorang anak laki laki memiliki tanggung jawab mengurus menantu perempuannya.
Dera sibuk di dapur memasak makanan untuk sarapan satu keluarga. Bu Ranti yang terganggu dengan kegiatan Dera, segera menghampirinya.
" Dera, apa yang kamu lakukan nak? Biarkan ibu yang memasaknya, kamu cukup istirahat di kamar. Ingat kata dokter, kamu tidak boleh kecapekan." Ujar bu Ranti merebut pisau di tangan Dera.
" Tidak apa apa tante, aku sudah terbiasa melakukan ini di rumah. Jadi aku merasa bosan kalau cuma duduk duduk di kamar. Aku pengin melakukan kegiatan." Sahut Dera.
" Kamu ini memang lain dari yang lain, ibu yakin Zavran tidak akan pernah kelaparan jika memiliki istri sepertimu. Ibu bangga kepadamu Dera, jadilah istri yang baik untuk anak ibu." Ucap bu Ranti penuh harap.
" In Sha Allah akan aku usahakan yang terbaik untuk mas Zavran tante." Sahut Dera. " Kalau begitu, ayo kita masak bersama tante. Aku pengin bantuin tante biar cepet selesai."
" Baiklah kalau kamu memaksa, ayo kita buatkan sarapan yang lezat untuk suami suami kita."
Mereka berdua nampak kompak dalam bekerja sama. Zavran yang melihatnya dari balik pintu tersenyum senang. Ia tidak salah memilih Dera sebagai pendamping hidupnya. Dera bukan hanya akan menjadi istri yang baik, tapi menantu yang baik pula, pikir Zavran.
**
Hari ini tiba hari sidang perceraian antara Dera dan Brian, sedangkan Zavran sudah resmi bercerai dari Yulia kemarin siang. Setelah selesai sidang, Zavran membawa Dera ke rumah barunya yang ada di puncak. Rumah yang sengaja ia bangun untuk mengenang Dera, namun siapa sangka kini mereka berdua bisa tinggal bersama di bawahnya. Sungguh kuasa Tuhan tiada yang mustahil.
Sampai di depan rumah sederhana berlantai dua dengan bangunan klasik seperti sebuah villa, Zavran menghentikan mobilnya.
" Ini rumah kita." Ucap Zavran menunjuk rumah di depannya.
" Wah bagus banget. Suasananya juga adem di sini, cocok untuk... "
" Untuk kita berdua." Sahut Zavran memotong ucapan Dera.
" Aish main potong aja." Gerutu Dera.
" Ya emang bener cocok untuk kita berdua." Ujar Zavran. " Cocok untuk kita berdua bulan madu."
" Zavran!!!!!"
TBC...