Cinta pertama, semua orang pasti pernah merasakan, itulah yang di rasakan Briana gadis cantik yang baru saja menginjakkan kakinya di sekolah menengah atas atau SMA.
Briana dia mengagumi kakak kelasnya yang merupakan ketua team basket, hanya saja sampai si pria lulus sekolah Briana tidak pernah mengungkapkan perasannya dia hanya menyimpan rasa suka itu di hatinya.
Hari-hari di sekolah Briana lewati dengan santai walau permasalahan mulai muncul namun dia tidak pernah ambil pusing.
Tiga tahun sudah dia sekolah disana dan saat masuk universitas Briana di pertemukan lagi dengan sang pujaan hati.
Apakah Briana mengambil kesempatan ini untuk mendekati sang pujaan hati?....
Yu baca kisahnya.....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Astri Reisya Utami, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Minta maaf.
Pagi ini aku bangun lebih pagi karena akan mengikuti tes masuk universitas ternama di kota ku.
"Dek, sarapan dulu, " panggil mama datang ke kamar ku.
"Iya ma, ini udah selesai kok, " jawab ku lalu keluar kamar dan turun ke bawah bersama mama.
Di meja makan udah siap roti dan susu aku pun langsung menyantapnya.
"Ayo papa antar kamu, " ucap papa saat baru turun dan masih memakai baju santai.
"Papa gak kerja hari ini? " tanya ku.
"Papa hari ini mau ke luar kota jadi berangkat siang, " jawab mama memberitahu ku.
Aku pun langsung bangkit dan keluar bersama mama karena papa lebih dulu keluar. Setelah mobil siap aku mencium tangan mama lalu pamit pergi dan langsung naik ke mobil. Tak butuh waktu lama aku pun sampai di depan kampus dan sebelum turun aku mencium tangan papa dan tak lupa mengucapkan salam. Aku melangkah masuk dan aku di buat takjub dengan suasana di kampus ini yang terlihat rapi dan bersih. Aku mencari ruangan yang telah aku dapatkan saat pendaftaran. Setelah ketemu ruangannya aku pun masuk dan sudah banyak yang datang namun tiba-tiba Dea manggil ku.
"Briana, " panggil Dea dan aku pun melihat ke arahnya dan dia melambaikan tangannya agar aku duduk di dekatnya.
Sebenarnya aku sedikit bingung dengan sikapnya padahal dulu dia sepertinya benci banget pada ku tapi akhir-akhir ini dia malah baik pada ku. Aku pun mendekatinya dan duduk di sampingnya.
"Gimana perasaan lo saat masuk ke sini? " tanya nya pada ku.
"Biasa aja sih, gue cuman kagum aja dengan suasana kampus yang bersih dan indah, " jawab ku.
"Emang lo gak ada niat gitu masuk kampus sini? " tanya nya.
"Gak ada, karena yang ada dalam otak gue yang penting gue bisa kuliah itu aja, " jawab ku.
Dea pun hanya mengangguk-angguk kepala. Tak lama dosen pun masuk dan tes pun di mulai setelah dosen membacakan semua aturan nya. Aku kaget saat melihat kertas soalnya yang di berikan karena lumayan banyak. Aku pun mulai mengerjakan dan waktu tidak terasa sudah hampir dua jam aku mengejar kan dan waktunya tinggal satu jam lagi. Namun saat setengah jam lagi tiba-tiba seseorang berdiri dan langsung memberikan soal jawabannya dan dia orang pertama yang selesai. Dia seorang pria dengan wajah dingin dan angkuh. Aku pun segera menyelesaikan semuanya dan aku selesai tepat waktu.
"Waktunya habis, silahkan di kumpulkan, " ucap dosen dan semua orang mulai maju untuk menyerahkan kertas jawaban mereka.
Aku berjalan menuju gerbang namun tiba-tiba Dea menghampiri ku lagi.
"Lo balik sama siapa? " tanya nya.
"Gue naik taksi aja, " jawab ku.
"Bareng gue aja, lagian gue bawa mobil kok, " dia menawarkan diri.
"Gak usah lagian kita gak satu arah, " tolak ku karena jujur aku merasa gak nyaman aja jika harus bareng dia.
Namun Dea malah narik aku dan paksa aku buat bareng sama dia. Akhirnya aku pun bareng pulang dia namun saat keluar parkiran aku tak sengaja melihat pria yang tadi pertama menyerahkan kunci jawaban.
"Dia Restu dari SMA Tree bakti, " ucap Dea memberitahu ku.
"Dia pintar? " tanya ku.
"Dia selalu juara umum dan selalu menang dalam segala Olimpiade, hanya satu kali dia kalah dan itu sama lo, " jawab Dea membuat aku kaget.
"Iya waktu lo gantikan gue lo ngalahin dia padahal dia selalu juara pertama dan taun itu dia juara kedua, " lanjut Dea membuat aku kaget.
Aku pun tiba di rumah dan langsung masuk. Namun di rumah sepi karena mama ikut papa ke luar kota. Aku masuk kamar dan langsung berbaring hingga ketiduran. Aku bangun karena ada yang panggil.
"Ya bentar, " teriak ku sambil berjalan ke arah pintu.
"Makan dulu, " ucap kak Zahra karena mengetuk pintu istrinya bang Brian.
"Iya kak, aku mandi dulu, " balas ku dan kak Zahra langsung pergi dan aku setelah menutup pintu masuk kamar mandi.
Selesai mandi aku langsung turun dan di meja makan sudah ada bang Brian dan kak Zahra.
"Kamu pulang jam berapa? " tanya kak Brian.
"Jam dua, " jawab ku sambil terus makan.
"Gak makan siang kamu? " tanya kak Zahra.
"Makan di kampus tadi, " jawab ku.
"Mama sama papa ke laut kota selama tiga hari jadi kalau ada butuh apa-apa kamu bilang aja sama kak Zahra, " beritahu kak Brian.
"Kalau butuh duit? " tanya ku.
"Emang duit jatah satu bukan udah abis? " tanya bang Brian.
"Ada, " jawab ku.
"Ya terus? " tanya nya.
"Bercanda kali, " jawab ku.
Kak Zahra tersenyum melihat perdebatan ku dan bang Brian dan aku melihat kak Zahra sepertinya sedikit takut sama bang Brian karena saat bang Brian menatapnya dia langsung berhenti tersenyum ya.
"Aku udah kenyang, " ucap ku lalu membawa piring ke dapur.
"RI, biar aku aja yang cuci nanti, " teriak kak Zahra melihat aku membawa piring kotor.
"Gak apa-apa kak, sekalian cuci tangan, " balas ku karena aku gak enak jika harus dia yang kerjain semuanya.
"Aku naik lagi ke kamar kak, " pamit ku dan aku pun langsung naik ke atas dan masuk ke kamar ku.
Baru saja rebahan tiba-tiba ponselku berdering pertanda ada panggilan masuk dan itu dari Dwi. Dia memberitahu ku jika dia ada di depan rumah. Aku pun langsung melihat dari jendela dan benar saja ada motor nya. Aku pun langsung turun namun dia tangga aku bertemu dengan bang Brian.
"Mau kemana? " tanya nya.
"Ke luar bang, ada Dwi di luar, " jawab ku.
"Suruh masuk jangan di luar gerbang, " ucap bang Brian dan aku pun mengangguk.
Aku langsung membuka gerbang dan menyuruh Dwi masuk.
"Di sini aja, " ucapnya.
"Masuk, kalau gak masuk gue masuk lagi ke rumah ni, " ancam ku karena aku gak mau di lihat orang.
Dwi akhirnya masuk dan kita duduk di depan teras rumah.
"Lo masih marah sama April? " tanya Dwi.
"Enggak, " jawab ku singkat padat.
"Terus kenapa lo gak pernah bareng mereka lagi atau hubungi mereka? " tanya Dwi.
"Gue berusaha untuk menghindari agar tidak ada ke salah faham lagi. Sekarang aja lo kesini gue gak enak takut April salah faham, " jawab ku.
"Gue kesini di suruh dia, " beritahu Dwi.
"Gue gak marah sama dia, gue bersikap seperti ini bukan hanya sama dia bahkan sama lo, Rio dan Zahara karena gue gak mau ada ke salah faham lagi untuk ke tiga kalinya, " ucap ku.
Dwi memberikan ponselnya padaku dan aku bingung.
"April ingin ngomong sama lo, " ucapnya dan ternyata dari tadi ponsel Dwi menyala dan terhubung sama April.
Aku pun bicara dan April dia nangis karena dia gak mau jiak aku menjauhinya. Dia pun benar-benar minta maaf karena sudah membuat aku kecewa.
masa yg usah pihak cewenya aneh
bairain aja kalau ga lihat Dnegan mata kepala dia mana percaya