Suatu rangkaian perasaan untuk menjadi sebuah kisah cinta yang sempurna milik Juliette. Bermula dari pertemuan dengan seorang pria yang bernama Ronald sehingga mereka menjalin hubungan asmara yang diisi dengan suka duka, up and down, intrik dan terkuatnya sebuah rahasia. Mampukah Juliette mempertahankan hubungan asmaranya yang tidak selalu sesuai dengan keinginan mereka?
Di rangkaian kata - kata kisah cinta milik Juliette inilah tertulis sehingga terbentuk Alenia Cinta Milik Juliette.
Happy reading 😁
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Inge, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jangan Tinggalkan Aku
Sang mentari pagi menelisik masuk melalui beberapa celah kecil di kamar Juliette. Juliette masih enggan membuka kedua matanya yang terasa berat. Matanya bengkak akibat semalaman menangis. Bayangan Ronald bersama seorang gadis muda di sebuah restoran membekas jelas di benaknya. Sikap romantis dan perhatian Ronald ke gadis muda itu telah melukai hatinya.
Ting nong ... ting nong ...
Bunyi bel pintu apartemen yang telah membuat Juliette terpaksa membuka kedua matanya. Dengan terpaksa dia merubah posisi tubuhnya dari berbaring ke posisi duduk di tepian tempat tidur. Beberapa detik kemudian, beranjak berdiri. Berjalan dengan langkah kaki yang malas-malasan. Melangkahkan kakinya melewati pintu kamarnya yang terbuka. Menyusuri ruang makan, lalu tuang tamu.
Menghentikan langkah kakinya di belakang pintu. Menyentuh beberapa ikon di layar pemindai untuk membuka kunci pintu. Menekan handle pintu ke bawah, lalu menariknya ke dalam sehingga pintu itu terbuka lebar. Juliette menatap malas ke Ronald dengan senyuman yang menawan dan sebuah bucket bunga mawar di hadapannya. Tanpa basa-basi, Juliette membalikkan tubuhnya, lalu melangkahkan kakinya ke ruang tamu.
"Aku boleh masuk?" tanya Ronald lembut.
"Ehm," deheman Juliette.
Sedetik kemudian Ronald masuk ke dalam sambil membawa sebuah bucket mawar. Menutup pintu itu, lalu mengikuti langkah kakinya Juliette ke ruang tamu. Juliette menghentikan langkah kakinya, lalu menduduki sebuah sofa single. Sementara Ronald menghentikan langkah kakinya, lalu duduk di sofa panjang.
"Ini bunga untuk kamu, Sayang," ucap Ronald lembut sambil memberikan bucket bunga itu ke Juliette.
"Kita putus!" ucap Juliette datar tanpa menerima bucket bunga itu.
"Kenapa kamu tiba-tiba minta putus, Sayang? tanya Ronald lembut sambil menaruh bucket bunga yang dia pegang di atas meja.
"Sebenarnya kamu pergi ke luar kota selama enam hari atau sengaja menyembunyikan sesuatu dariku?"
"Maksud kamu apa?"
"Nggak usah berlaga sok suci dech!" ucap Juliette marah.
"Tenangkan dirimu, Sayang."
"Bagaimana aku bisa tenang!? Aku lihat dengan mataku sendiri, semalam kamu jalan-jalan dengan seorang gadis muda!! Kalian sangat romantis dan kamu sangat perhatian!! Segala membawakan sebuah bucket bunga!! Sedangkan kamu bilang, kamu pergi keluar kota selam enam hari!!" sarkas Juliette.
Ronald mengulum senyum mendengar ucapan Juliette, lalu berucap, "Kamu salah paham, gadis muda yang semalam itu adalah Jennie. Semalam aku ditelepon oleh Mommy, Jennie mengalami pembullyan di sebuah restoran sehingga traumanya kambuh. Kamu kan sudah tahu bahwa Jennie anak yatim piatu, hanya ada aku dan Mommy yang bisa melindungi dirinya. Karena itu, aku pulang lebih cepat dari yang aku perkirakan. Lagipula bisnisku yang di sana sudah selesai."
Ronald memperhatikan Juliette yang sedang beranjak berdiri dari sofa. Melangkahkan kakinya ke pantry. Dari kejauhan, Ronald dapat melihat Juliette yang sedang membuat teh. Ronald tersenyum senang melihat perilaku Juliette yang sudah tidak ngambek lagi. Gerak-geriknya Juliette sudah seperti biasanya. Juliette datang menghampiri Ronald sambil membawa dua cangkir teh hangat. Menghentikan langkah kakinya di depan meja, lalu menaruh dua cangkir tersebut di atas meja.
"Aku kira seorang dokter, punya kepribadian yang sempurna," ucap Ronald sambil melihat Juliette uang sedang menduduki tubuhnya di atas sofa single.
"Kamu berubah pikiran?" ucap Juliette dengan senyum manisnya, menanyakan apakah Ronald masih mencintainya setelah melihat kepribadiannya yang suka ngambek.
"Aku belum pernah mengenal wanita seperti dirimu dan aku semakin mencintaimu," ucap Ronald sambil menatap Juliette dengan intens.
Ucapan Ronald itu telah membuat Juliette merasa terkejut dan sedikit malu sehingga Juliette menundukkan kepalanya. Wajah Juliette memerah mendengar ucapan Ronald. Ronald tersenyum manis melihat reaksi alami dari Juliette. Ronald mengambil satu cangkir teh yang dibuat oleh Juliette, lalu meminumnya, tapi tiba-tiba Ronald terbatuk keras sehingga mengeluarkan air teh.
"Khuk ... khuk ..., " suara batuknya Ronald.
Juliette terkejut dan khawatir melihat Ronald batuk sampai mengeluarkan air teh. Juliette dengan cepat berdiri, lalu mendekati Ronald. Saat itu juga, dia melihat ada kain berwarna lavender terselip di sudut sofa panjang. Juliette mengambil kain itu dan mengelap kemeja Ronald yang terkena tumpahan teh dengan gerakan cepat dan hati-hati.
"Kamu tak apa-apa?" tanya Juliette khawatir.
Juliette menatap Ronald dengan mata yang penuh kekhawatiran dan merasa lega ketika Ronald tidak menunjukkan tanda-tanda cedera yang serius. Ronald menahan tangan Juliette yang mengusap pakaiannya yang terkena tumpahan teh, membuat Juliette terkejut karena sentuhan yang tidak terduga.
"Kamu sengaja menggodaku?" tanya Ronald sambil memandang kain yang dipegang oleh Juliette dengan tatapan mata yang tajam dan sedikit bermain.
Juliette bingung dengan tatapan matanya Ronald. Dia menoleh ke arah kain lavender itu. Betapa terkejutnya dia ketika menyadari bahwa itu adalah celana dalam seksi miliknya sendiri. Wajahnya langsung memerah dengan rasa sangat malu. Rona merah menyeruak di pipinya.
"Aaah ... maaf," ucap Juliette dengan cepat.
Juliette langsung menyembunyikan penties yang dia pegang ke belakang pinggangnya dengan gerakan yang cepat dan malu-malu. Juliette menundukkan kepalanya, berusaha untuk menghilangkan rasa sangat malu. Ronald berusaha menyembunyikan tawanya, tapi tak bisa menahan senyum yang terukir di wajahnya yang telah membuat Juliette merasa semakin malu dan tidak nyaman. Terlihat Juliette mulai salah tingkah dengan kejadian tadi, membuat Ronald merasa semakin tertarik padanya karena kepolosan dan kejujuran Juliette.
"Apakah rasa tehnya aneh?" tanya Juliette dengan senyum tipis, berusaha untuk mengubah topik dan mengalihkan perhatian dari kejadian sebelumnya yang memalukan.
"Iya, ini teh terburuk yang pernah aku minum," jawab Ronald santai.
"Kejam sekali ucapanmu. Mana mungkin seburuk itu teh yang aku buat," ucap Juliette dengan nada yang sedikit defensif, berusaha untuk membela dirinya dan teh yang dia buat.
"Cobalah kalau tidak percaya," ucap Ronald sambil memberikan cangkir tehnya kepada Juliette.
Menantang Juliette untuk mencoba tehnya sendiri dan membuktikan bahwa teh itu seburuk yang dia katakan. Juliette mengambil cangkir teh itu, lalu meminumnya. Tiba-tiba, dia langsung terbatuk keras sehingga mengeluarkan air tehnya.
"Khuk ... khuk ...," suara batuknya Juliette.
Ronald tertawa lepas karena mendengar suara batuknya Juliette dan melihat reaksi Juliette yang tidak terduga. Juliette mengelap mulutnya dengan underwear yang dia sembunyikan di belakang pinggangnya, membuat Ronald tertawa lebih keras lagi karena melihat tingkah Juliette yang menggemaskan.
"Kok air tehnya terasa asin?" ucap Juliette dengan nada bingung dan polos.
"Hahaha," suara tawa lepas Ronald.
Juliette terkejut dan malu mendengar tawa Ronald yang lepas. Juliette menatap Ronald yang terlihat lebih tampan dari sebelumnya sehingga Juliette semakin terpesona dan pandangannya tak bisa lepas dari Ronald. Dia merasa bahwa Ronald memiliki daya tarik yang luar biasa dan dia tidak bisa menolak keinginannya untuk selalu mencintai Ronald.
Ronald menghentikan tawanya setelah dia merasa cukup menertawakan tingkah Juliette yang menggemaskan di matanya. Dia melihat rona merah memenuhi pipinya Juliette. Dia mengangkat tubuhnya Juliette tanpa beban dan mendudukkannya di pangkuannya. Ronald menatap Juliette dengan tatapan lembut sambil tersenyum bahagia. Juliette merasa bahwa Ronald memiliki kekuatan untuk membuatnya merasa lemah dan tidak berdaya.
"Kamu pintar membuatku tergila-gila padamu, July," ucap Ronald dengan suara serak yang membuat hatinya Juliette berbunga-bunga.
"Kamu tergila-gila padaku hanya karena teh buatanku yang rasanya asin," ucap Juliette dengan nada yang sedikit bermain untuk mengalihkan perhatian Ronald dari keinginannya.
"Itu salah satunya," ucap Ronald yang sudah dipenuhi oleh hasrat yang menggebu.
Ronald mendekatkan bibirnya dan melumat bibirnya dan melumat bibir seksi Juliette yang membuatnya candu dengan gerakan yang lembut vdan penuh dengan keinginan. Juliette tidak menolak ciuman Ronald yang terasa lembut sehingga membuat dirinya membalas ciuman Ronald. Terhanyut dalam keinginan yang tidak terkendali.
Lama mereka berdua saling menunjukkan hasrat hingga akhirnya Juliette menghentikan ciumannya. Sontak Ronald juga menghentikan ciumannya. Juliette menjauhkan bibirnya dari bibirnya Ronald. Nafas keduanya terengah-engah. Mereka saling memandang dengan intens membuat suasana menjadi tegang dan romantis.
"Jangan tinggalkan aku," ucap Ronald sambil membelai bibirnya Juliette yang bengkak karena ulahnya.