Siapa sangka moment KKN mampu mempertemukan kembali dua hati yang sudah lama terasa asing. Merangkai kembali kisah manis Meidina dan Jingga yang sudah sama-sama di semester akhir masa-masa kuliahnya.
Terakhir kali, komunikasi keduanya begitu buruk dan memutuskan untuk menjadi dua sosok asing meski berada di satu kampus yang sama. Padahal dulu, pernah ada dua hati yang saling mendukung, ada dua hati yang saling menyayangi dan ada dua sosok yang sama-sama berjuang.
Bahkan semesta seperti memiliki cara sendiri untuk membuat keduanya mendayung kembali demi menemui ujung cerita.
Akankah Mei dan Jingga berusaha merajut kembali kisah yang belum memiliki akhir cerita itu, atau justru berakhir dengan melupakan satu sama lain?
****
"Gue Aksara Jingga Gayatra, anak teknik..."
"Meidina Sastro Asmoro anak FKM, kenal atau tau Ga?"
"Sorry, gue ngga kenal."
.
.
.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jembatan (icon) Widya Mukti
Senja benar-benar meracun anggota kkn 21 dengan menu empedu ikannya.
"Seumur-umur gue baru rasain ikan pahit gini, dimarinasi biji mahoni, ya Nja?" tanya Mahad sudah hampir muntah.
"Mana gue gares lagi yang ijo-ijonya..." Zaltan bergidik disusul Shaka dan Alby.
"Lah gue kira itu telor ikan...makanya ngga gue buang." Wajahnya itu polos-polos membu nuh.
"Ya ampun, gue kira tadi lo bersiin dulu, Nja...tadi kan pas abis gue buang sisik ikan gue nyuruh lo buat bersiin dalemnya dulu, pas gue ke toilet." Lula nyengir getir melihat wajah-wajah menyedihkan teman-temannya, korban dari percobaan Senja.
Vio tertawa-tawa meski sebenarnya ia pun merasa lidahnya persis makanin sianida saat mencoba sarapan milik Shaka.
Alby dengan wajah pucatnya meski masih termaafkan, "masih berasa banget empedunya lumer banget di mulut gue...rasa pahitnya itu, pecah di mulut..." ia segera menyudahi acara sarapan yang berakhir dengan nasi yang ia kepal-kepal bersama garam setoples.
Maru menggelengkan kepalanya, terkekeh-kekeh, diantara semuanya mungkin hanya ia yang bertahan dengan rasa neraka dari masakan Senja, ia memilih melewatkan bagian perut ikannya dan mencomot-comot di bagian punggung ikan.
"Ru, lidah lo aman?" tanya Shaka yang menerima minum dari Vio.
Maru mengangguk diantara kunyahannya, membuat Senja terharu dengan wakil kordes itu, "Ru, kalo ngga enak ngga apa-apa si, ngga usah dipaksain...gue oke ko..."
"Ngga apa-apa, sebelah sini aman menurut gue, pahitnya ngga terlalu mengganggu."
"Maruuu..." rengeknya sungguh terharu, "sorry ihhh, gue ngga tau." Senja melengkungkan bibirnya menyesal.
"Ngga apa-apa Nja, namanya juga belajar...jangan kapok..." Lula mengusap pundaknya.
"Sumpah guys gue ngga tau kalo itu empedu."
Mei turut masuk dan mengusap Senja, "iya Nja, ngga apa-apa, nanti gue juga makan kok bagian amannya." Mei mencoba menyenangkan Senja.
"Jangan Mei, gue takut lo kenapa-napa nanti."
Mei menggeleng, "ngga apa-apa, nanti mubadzir, kan area yang ada empedunya cuma dibagian perutnya." Bahkan kini Jingga sudah mengambil sarapan bagiannya dan hal itu membuat Senja menangis terharu, "i love you Jingga."
"Ikut dulu ke proyek Jovi ya, sambil nunggu paket." Pinta Jingga benar-benar membawa Mei bersamanya.
"Oke."
Arlan dan Syua bahkan sudah berangkat sejak pagi tadi. Lula ditemani Vio, dan Senja diantar Shaka ke rumah baca. Mahad dan Zaltan, yang hari ini absen melakukan pelatihan dan memang tidak setiap hari memutuskan membantu Alby membangun greenhouse terlebih dahulu. Sisanya, Maru ikut merampungkan proyek Jovi.
Maru menghentikan motornya di rumpun bambu, dimana 4 orang bapak sudah bersiap merangkai tiang lampu jalan ala-ala Jovian. Cukup estetik hasil karya dan desain Jingga, dimana bambu-bambu yang telah dipotong kemudian di olesi pernis kayu hingga membuatnya mengkilap setelah sebelumnya diberi cairan pelapis anti rayap dan dikeringkan.
Sempat berhenti disana, Mei ikut melihat dan memeriksa hasil kerja mereka.
"Ini jalur listriknya jauh dong?" tatapnya menerawang jalan.
"Ambil jalan pintas ke jembatan goyang." Jawab Jingga turut memeriksa dan memberikan arahannya sejenak.
"Jembatan goyang?" tanya Mei baru tau dan mendengarnya. Tugas diambil alih Maru, lantas ia memutuskan untuk melanjutkan laju motornya berdua saja bersama Mei ke tempat Jovi berada, "mau tau kan jembatan goyang?"
"Dimana tuh?"
"Ya udah ayok naik."
"Ru, gue tinggal ya..." dijempoli Maru setelah beberapa kali Mei mengambil potret proyek disini.
Tak ada lagi rasa jaim, Mei benar-benar menyarangkan kedua tangannya di pinggang Jingga dan merasakan kembali seperti waktu berputar ke masa dimana ia dan Jingga masih memakai putih abu, melakukan tutor dan mentoring.
"Dulu, kamu mau diajak boncengan pake motor aja tuh, susah banget...pake hina-hina motorku dulu." Suara Jingga memecah suasana.
Tidak banyak motor atau kendaraan yang berseliweran berpapasan, membuat obrolan keduanya hanyut membuai kenyamanan.
Hingga tiba di jembatan bambu yang dibangun secara swadaya oleh warga dan desa setempat, jembatan yang sampai sekarang masih kokoh meski melihatnya saja membuat hati *ser-ser'an*.
"Ini?"
"Iya. Nanti kabelnya melintang di atas sini aja." tunjuk Jingga ke atas samping kanan jembatan.
"Aduh aman ngga?" tunjuk Mei ke arah jembatan di depan samping jalan, dimana sungai besar mengalir tepat di bawahnya.
"Bentar dulu Ga, ih...takut jatoh aku..." tahan Mei mengeratkan cengkramannya di jas Jingga dengan wajah yang melongok ke arah samping jembatan dimana ketinggian cukup membuat jantungnya ciut.
Jingga tertawa kecil, "seru tau, kamu harus cobain sensasinya lewatin jembatan ini, goyang-goyang sedikit."
"Sensasi apa, sensasi nyawa jadi taruhan? Ngaco..." cebik Mei.
"Seru, ayo deh."
Mei sempat menggeleng,"takut ah, ngga mau aku...ini pake motor loh Ga, takut jembatannya ngga kuat."
"Kuat dong, ini jembatan udah sering dilewatin sama warga yang bawa rumput segunung. Buktinya aman-aman aja kan, masih kokoh berdiri."
Mei tertawa renyah nan gugup sembari memejamkan matanya, "ishh, kamu mah..."
Dan Jingga menatap Mei dengan posisi menoleh sejenak ke belakang, "pegangan aja, ngga apa-apa."
"Itu di bawah deras airnya, mana tinggi banget Ga...kalo kecemplung ih, ngeri.."
"Jadi ngga? Ngga apa-apa, aku sering lewat sini bareng yang lain selama bantuin Jovi, Vio aja sama Shaka pernah lewat sini..."
"Oke...oke. Aku tarik nafas dulu deh..." ujar Mei menetralkan rasa nervousnya, ia juga merapatkan posisi pada Jingga.
"Oke. Pegangan...kamunya jangan merem, biar ngeliat view sama vibes adrenalinnya...asli, indah banget...kalo sore jembatan justru rame sama anak-anak remaja, yang sekedar liat pemandangan loh..." ucap Jingga lagi menghibur Mei.
"Aslinya?" motor mulai menginjak ujung dari jembatan, hingga akhirnya ban motor mantap menggilas jalanan berbahan bambu dan kayu itu menimbulkan gerakan bergoyang tertentu.
Mei terkikik-kikik, takut, gugup, khawatir tapi----
"Aslinya, bagus banget....sawah, rumah warga, bukit sama sungainya langsung kepotret jadi satu disini, lengkap ngga sih buat jadi cover video laporan kkn?" Jingga mengangguk.
"Nanti kita semua foto disini. Buat dokumentasi sekalian konten." Pungkas Jingga.
"Kebayang ngga sih, gimana Senja bakalan jerit-jerit?" Mei tertawa membayangkan wajah teman-temannya yang akan syok.
"Mau berenti dulu di tengah ngga? Mumpung sepi?" Jingga menawari dan memperlambat laju motornya.
"Ngga apa-apa emangnya?" tanya Mei, "tapi serem ngga sih, aku takut tiba-tiba tali itunya *jeprut*.."
"Ya enggalah, itu kuat, dari bawahnya pun disanggah kuat." Tanpa persetujuan Mei, Jingga justru menghentikan laju motor meski tak mematikan mesinnya.
Bunyi arus sungai di bawah sana adalah satu-satunya suara lirih alam yang menyapa pendengaran bersama hembusan angin.
"Gokil.." Mei mencoba turun dari motor meski respon tubuhnya justru berbanding terbalik dengan adanya sedikit tremor dan Jingga tertawa, Mei ikut tertawa, "kampungan banget sih aku, ya ampun hahaha..."
"Ngga apa-apa, kuat kok."
"Lemes gila ih, lutut aku berasa copot ini sih...kalo ajak mama pasti jerit-jerit ini." Tawa Mei mulai memegang sisian jembatan dan memandang view indah Widya Mukti di depannya tak lupa ia juga mengabadikan potret itu untuk ia tunjukan di posko serta media sosial kelompoknya.
"Ini mestinya masuk postingan kelompok kita, Ga.. Selain dari video-video membosankan kalian para cowok." Akui Mei mengoceh.
Jingga tertawa kecil, "bilang aja iri."
Mei mencebik, "liat aja ntar ya...tim cewek bikin konten lebih indah dan berbobot ketimbang gergajiin paralon sama bambu."
"Oke. Will see...mantan selebgram turun tangan, uuuhhhh serem.." cibir Jingga mendapatkan decakan Mei.
Jingga ikut turun dan berdiri di samping Mei sekarang, melakukan hal yang sama dengan gadis itu memandang pemandangan sejenak, "mungkin kalo ngga ada kkn ini kamu bakalan menghindar terus dari aku, Mei."
Mei menoleh dan mengangguk, menatap Jingga penuh makna mendalam, "mati-matian aku hindarin kamu sama Gina. Tapi malah satu kampus sama kalian, kayanya hidup aku tuh diciptakan buat berputar di kalian."
Jingga kurang setuju dengan ucapan Mei, "dunia kamu berputar bersamaku." Pungkas Jingga kini mengajak Mei untuk melanjutkan perjalanan, dimana Jovi sudah menunggu bersama 3 orang warga.
"Udah pernah ketemu terus ngobrol sama Gina?" tanya Jingga kembali melaju, Mei menggeleng ditempatnya, "belum. Aku terlalu ingin lupain kalian."
"Kamu tau, Senja satu kelas sama Gina?" tanya Jingga digelengi Meidina.
"Wah, beneran kamu seenggak peduli itu sama aku sama Gina." Jawab Jingga mencibir.
"Engga...engga. Aku tau kamu, aku selalu liat kamu, tapi aku ngga pernah mau tau Gina lagi." Mei tidak setuju.
"Jadi ceritanya mau hindarin aku sampai-sampai apapun tentangku kamu tau dan kamu hindari? Wah teganya, kamu..."
Gadis itu tertawa kecil, "kan aku taunya kamu udah punya cewek... ngapain harus datang lagi dan ganggu hidup masing-masing. Eh, tapi kebetulan banget kita satu kelompok kkn, itu gimana ceritanya kamu sama I ketut bisa di rolling gitu?" tanya Mei.
"Aku ngga tau. Pak Sulaeman yang nyuruh...." jawab Jingga, dan Mei percaya saja.
.
.
.
.
😂😂😂.
bang Jing langsung cosplay jd cowok romantis klo dah menyangkut Meidina yg biasanya kalem jd ugal2an 🤣
makasih teh sin utk upnya... 🙏😍😍
duh... deg"an bgt nih, kkn nya udah tinggal menghitung hari...apa ini tanda" kisah jingmei sudah berada sipenghujung? Aduuh gak rela deh kalo hrs udahan..
Teteh kalo bisa jingmei ceritanya sampe punya anak gitu lho teh... 🙏🙏