Kalandra merupakan siswa pintar di sekolah dia selalu datang tepat waktu, Kalandra bertekad untuk selalu membahagiakan ibunya yang selama ini sendiri menghidupinya. Kalandara ingin memiliki istri yang sifatnya sama seperti ibunya dan setelah dia berkata seperti itu, ternyata semesta mendengar doanya Kalandra bertemu seorang gadis cantik ketika dia membaca buku di perpustakaan. Kalandra terpesona oleh gadis itu yang belakangan di ketahui bernama Aretha. Apakah Aretha juga punya perasaan yang sama seperti Yang Kalandra rasakan. Jangan lupa selalu tunggu cerita menarik dari Kalandra dan Aretha ya...!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hani Syahada, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 29 CPPP
Ketika Andri keluar ruangan, tiba-tiba saja ibuku berlari ke arahku, dalam keadaan panik, ibu langsung bertanya kepadaku tentang kondisiku sekarang, namun karena terlalu panik ibu tidak menyadari kalau helmnya masih terpakai.
“Nak, gimana kondisimu? Bagian mana yang sakit nak, kasih tahu ibu! Ayo ibu antar ke rumah sakit?” ucap ibuku, seperti wartawan yang memberikan begitu banyak pertanyaan, sampai aku bingung mana dulu yang harus ku jawab.
“Ibu, Tenang! tarik napas buang, ibu, Andra tidak apa-apa kok! Andra tidak terluka tapi dokter akan memberikan surat rujukan untuk Andra agar bisa di Rontgen! Ujarku yang berusaha membuat keadaan tetap tenang.
“Tapi, kamu beneran tidak apa-apa! Kamu tidak ada luka kah nak, jujur sama ibu, jangan bohong! Ibu tidak mau kamu kenapa-kenapa nak!” ujar ibuku sambil memegang tanganku.
Aku baru kali ini melihat ketakutan di matanya, ketakutan seperti kehilangan seseorang yang amat sangat di cintai, namun dengan kondisiku sekarang tentunya ibuku tidak akan mau menjawab pertanyaanku, ibu pasti akan menyuruhku untuk istirahat total, tapi aku tidak mungkin menginap di sini karena besok ada ujian, lebih baik aku pulang bersama ibu.
“Benar ibu, Andra tidak apa-apa! Lebih baik sekarang kita pulang saja bu, karena besok Andra ada ujian nasional, nanti setelah pulang ujian nasional kita kerumah sakit! Oke! Ujarku yang tiba-tiba menempel padanya.
Aku menempel pada ibu, untuk membuat dia percaya kalau aku tidak terluka, selain itu karena aku tidak ingin ibu mengingat kembali kenangan buruk yang sudah ibu kubur, meskipun aku tidak tahu kenangan apa itu tapi yang jelas aku sebagai anak akan selalu menjadi garda terdepan dalam setiap hal tentang ibuku.
“Ibu, aku benar-benar tidak apa-apa, ayo... Kita pulang sekarang! Ucapku sambil merengek kayak anak kecil.
“Oke nak, kita sekarang pulang tapi besok setelah ujian nasional selesai! Kita harus ke rumah saki oke!” ucap ibuku, sambil menatap tajam aku.
Ibu, benar-benar tidak main-main kali ini, dia akan tetap membawaku ke rumah sakit meski pun aku tidak merasakan rasa sakit setelah kecelakaan, namun tetap saja ibu tidak percaya karena ketika ibu mendengar kalau motorku hancur ibu yakin kalau tidak mungkin aku tidak terluka, sehingga ketika aku selesai ujian besok aku akan pergi ke rumah sakit bersama ibu.
“Dok, bisa sekarang kasih surat rujukannya? Ucap ibuku kepada Andri.
“Bisa bu, saya akan buat surat rujukannya semoga Andra tidak ada masalah ketika di periksa nanti, semoga dia benar-benar tidak terluka!” ucap Andri yang kemudian menulis surat untukku.
Ketika Andri menyebut namaku, rupanya ibu sedikit bingung karena selama ini aku jarang berinteraksi dengan orang lain setelah kejadian waktu SMP itu, meskipun sekarang sudah ada Retha, ibuku merasa kalau untuk berteman dengan seorang dokter sangat kecil kemungkinan karena aku sekolah di desa.
Sehingga ibu berpikir, apa mungkin itu teman dia ketika sekolah dulu tetapi ketika ibu memikirkannya ibu malah tidak mengingat siapa itu karena maklum saja, faktor usia juga mempengaruhi, di tambah ibuku juga sibuk bekerja dan karena penasaran ibu menanyakan kepada Andri.
“Maaf dok, anda kok, bisa tahu nama anak saya?” ucap ibuku penasaran.
“Tante, tidak mengenal Andri! Ini Andri tante, Andri Wijaya Kusuma teman TK Andra dulu, yang gemoy itu lo.. tante!” ucap Andri, sambil mendekati ibuku.
Mendengar hal itu, ibuku masih saja bingung dan belum mengingat siapa Andri itu, sehingga dia menanyakan kembali kepada Andri, kali ini ibu ingin penjelasan yang rinci karena teman waktu aku TK sangat banyak, sehingga ibu perlu bukti yang lain.
“Tapi nak, tante beneran lupa, tolong dong! Kasih penjelasan yang rinci, atau kalau perlu kasih tahu nama orang tuamu, siapa tahu ibu langsung kenal!” ujar ibuku, yang masih mengingat siapa Andri itu.
“Oke tante, nama ayah saya Wahyu dan Ibu saya Bunga, orang tua saya menitipkan saya di TK, waktu itu tante juga ngobrol kok! Sama kedua orang tua saya!” ucap Andri sambil menunjukkan foto orang tuanya.
Ibuku yang awalnya masih bingung, ketika Andri menyebutkan nama orang tuanya, tiba-tiba saja kaget ketika melihat foto orang tua Andri, yang dimana ayahnya Andri adalah teman ayahku.
“Lah.. ini mah.. Wahyu Mega Kusuma, teman ayahmu Andra, oh.. ibu baru ingat sekarang! Wah... Kamu makin ganteng ya.. Andri! Pantas tante bingung kayak pernah lihat tapi dimana, ternyata anaknya pak Wahyu to..!” ujar ibuku, sambil tertawa.
Ternyata ayah Andri adalah teman ayahku, pantas saja Andri bilang waktu TK ibuku mengobrol dengan orang tuanya ternyata saling kenal, soalnya pada waktu itu aku masih kecil dan pikiranku hanya main, sehingga tidak begitu memerhatikan obrolan orang dewasa.
“Iya tante, syukurlah tante masih ingat Andri, dan ayah Andri minta maaf karena ketika ayah Andra meninggal, ayah Andri tidak bisa melayat! Ucap Andri sedih dan menundukkan kepalanya.
“Iya, tidak apa-apa nak, lagian itu sudah berlalu kamu juga ketika ayah Andra meninggal baru berumur 3 tahun, selain itu tempat kerja ayahmu juga jauh nak, jadi tante tidak mempermasalahkan hal itu!” ujar ibuku, yang tiba-tiba meneteskan air mata.
“Tapi, kamu hebat lo.. masih muda sudah jadi dokter magang! Di desa lagi! Tante bangga sama kamu nak! Semoga selalu lancar ya.. kerjaan mu dan selalu di mudahkan!” ucap ibuku yang kemudian memegang pundak Andri.
“Amin! Makasih tante, saya doakan tante dan Andra selalu di selimuti kebahagiaan!” ucap Andri.
“Amin” ucap ibuku.
Aku tidak menyangka, bakal ketemu teman lama lagi di desaku ini karena aku sudah lama tidak bertemu dia, apalagi Zayan sahabatku, aku sangat merindukan sahabatku itu, tapi aku tidak tahu dia tinggal dimana sekarang.
Aku ingin sekali mengetahui kondisinya, apalagi depresi dia, apakah sudah sembuh atau belum, aku ingin tahu itu. Aku juga pernah mencari tahu media sosialnya tapi tidak pernah ketemu, sebenarnya aku juga ingin berada di masa tersulit dia namun dia tidak mau membagi terlalu banyak bebannya kepadaku.
Padahal, aku masih berharap dia menghubungiku atau sekedar menanyakan kabar kepadaku. Namun sampai sekarang tidak pernah ada, aku sebenarnya aktif di sekolah karena ingin suatu saat bisa bertemu kembali dengan dia tapi aku tidak begitu yakin apakah hari itu akan tiba atau tidak, namun yang pasti aku masih berharap untuk bisa bertemu kembali dengan sahabat baikku itu.
Namun sekarang, yang jadi masalah adalah bagiamana aku berbicara kepada Retha soal Aldo karena aku juga bingung mau memulainya dari mana tapi aku yakin kalau Retha dapat membedakan mana yang salah dan yang benar.
Namun di satu sisi, apakah dia percaya sama aku soal Aldo, yang berbuat jahat terhadap Zayan, aku takut kalau Aldo bakal memakai siasat licik untuk membuat Aretha percaya kepadanya karena jujur saja aku tidak mau kehilangan Retha.
"Nak, kenapa kamu diam saja, temanmu mau memberi surat rujukan itu lo..!" ucap ibuku, yang tiba-tiba membangunkanku dari lamunanku yang panjang.
"Iya ibu, Andra sudah tahu kok! Tadi Andri sudah berpesan begitu kepadaku! Ujarku, yang masih saja terpaku dengan pikiranku sendiri.
Aku, benar-benar tidak tahu harus apa sekarang karena antra Retha dan Aldo merupakan teman dekat, aku bingung memikirkannya, tapi aku tidak ingin masalah ini semakin berlarut-larut, aku ingin Aldo meminta maaf sama Zayan.
Namun, aku harus mencari tahu dahulu dimana dia tinggal, tapi satu-satunya yang tahu dimana dia tinggal adalah Retha, aku harus cari cara untuk bisa meminta alamat Aldo tanpa harus ketahuan Retha, maksudku aku ingin minta alamatnya tanpa harus kelihatan seperti meminta alamat.
Ini kenapa bahasaku jadi berputar-putar begini, aku jadi pusing, sudah pusing karena jatuh dari motor ditambah pusing mikirin ini kalau aku cerita sama ibu, ibu pasti akan memberikan aku solusi, hanya saja aku bingung menyusun kalimatnya bagaimana.
"Ya... Sudah, kalau begitu kita pulang sekarang! Katamu besok ada ujian?" ucap ibu kepadaku.
Aku baru ingat kalau aku besok ada ujian nasional dan aku belum belajar lagi, gara-gara masalah ini, fokusku menjadi pecah, aku tidak tahu bakal gimana menghadapi ujian besok.
"Oke bu, kita pulang sekarang! Ucapku sambil turun dari ranjang puskesmas.
"Hati-hati nak, turunnya, kamu masih belun sembuh benar!" ucap ibuku sambil membantuku berdiri.
"Iya bu, Andra kan kuat, jadi ibu tidak perlu khawatir sama Andra!" ucapku, sambil tersenyum manis kepada ibu.
Aku pun mencari Andri, untuk berterima kasih karena telah merawat ku, tapi ketika aku ingin mengucapkan itu, dia terlihat sangat sibuk, untuk itu aku pulang saja karena aku pasti akan bertemu dengan Andri lagi.