NovelToon NovelToon
Giziania

Giziania

Status: sedang berlangsung
Genre:Sistem
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Juhidin

Ada satu komunitas muda-mudi di mana mereka dapat bersosialisasi selama tidurnya, dapat berinteraksi di alam mimpi. Mereka bercerita tentang alam bawah sadarnya itu pada orangtua, saudara, pasangan, juga ada beberapa yang bercerita pada teman dekat atau orang kepercayaannya.

Namun, hal yang menakjubkan justeru ada pada benda yang mereka tunjukkan, lencana keanggotaan tersebut persis perbekalan milik penjelajah waktu, bukan material ataupun teknologi dari peradaban Bumi. Selain xmatter, ada butir-cahaya di mana objek satu ini begitu penting.

Mereka tidak mempertanyakan tentang mimpi yang didengar, melainkan kesulitan mempercayai dan memahami mekanisme di balik alam bawah sadar mereka semua, kebingungan dengan sistem yang melatari sel dan barang canggih yang ada.

Dan di sini pun, Giziania tak begitu tertarik dengan konflik yang sedang viral di Komunitaz selain menemani ratunya melatih defender.

note: konflik?
- chapter 20
- chapter 35

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Juhidin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chap 29 Hen Hen si Fobian

Hen Hen menatap kosong ke depan. Hanya dia seorang di planetnya ini. Rakit yang dipijaknya masih objek yang sama dan tidak cocok disebut rakit sebab benda tersebut seperti batu atau dermaga atau pulau seukuran keset, tidak terombang-ambing di lautan magma.

Di tangan Hen Hen tampak foto Jihan yang sedang memunggungi kamera.

"Nih dari kapan Ra?" tanya Jihan, melihat si perenung lewat layar laptop.

"Ng.. dari jam sembilan, Kak."

"Dia lagi mikirin apa sih Len?"

"Ya jawaban, Han. Botak campur item gini, masih mode siluman. Dia sering banget pake kostum kalo keluar brankas. Makanya susah kami deteksi."

"Kalian mirip si Jilect. Doyannya bengong di atap tower mikirin Gotham City."

"Sebuah jawaban kalo lo-"

Zrrthh! Sebuah lawang dimensi terbuka membuat ketiga gadis menoleh pada objek merah itu, yang muncul dekat pagar tribun.

"Vo," sebut Jihan.

Gadis berbaju ketat ini datang menghampiri obrolan, membawa sebuah map tebal seperti cover rapor, berwarna abu.

"Gue lupa terus. Selagi ingat, gue langsung ke sini."

"Tapi lo khan golput, Voin."

"Iya nih kartunya si Hen Hen. Gue bilang, gue lupa terus khan Han. Hm..?"

"Oh kirain mau minta sumbangan."

"Dih.. Ngaco."

Voin menyodorkan kartu yang dibawa pada Lena, lalu menatap laptop, kemudian..

"Bagus deh. Ada perkembangan. Gak sia-sia gue ngelaporin penampakan Henpar."

"Jadi lo yang ngedaftarin si Hen Hen Vo?" tanya Jihan. "Syarat pelatihan khan calon harus riset paradoknya dulu."

"Ya kalo bukan Henpar yang minta, gue enjoy aja."

"Lha jadi Henpar sendiri yang laporan?"

"Ya.. Mereka nih, yang golput-nya bikin gue stress. Majikan lagi dibidik mereka pada enjoy piknik di Be-u."

"Oh. Hahah.."

Lena menempatkan benda yang dipegangnya ke telapak, lalu ditekan olehnya. Gthh! Seketika hard cover menyusut masuk kulit tangan Lena. Gwwtth!

"Eh ada, Fani. Jalan-jalan dong ke Server, Fan. Lo bisa nanya alesan gue pindah jadi typer. Tanya aja, kenapa gue pindah divisi ke atap sub-dewan."

Ira yang ditanyai, nyengir mendapat sapaan tersebut.

"Han, Len, gue cabut dulu ya. Dah semua. Semangat di masa prihatin kita."

Blizt..!!

"Len, lo mau bilang apa tadi..?"

"Sebuah jawaban kalo lo hobi insyaf. Dulu Hen Hen gak denger itu waktu Giga datang-datang ngedengus. Nyeritain ulah lo. Pasca voting, Hen Hen langsung pergi sampe gue harus gedor-gedor brankas tapi gak juga dibukain sampe now. Fix.. dia udah fobia sama lo."

"Ya mudah-mudahan data naas gue jadi awal realitanya. Gue gak berdarah villain. Darah gue merah. Nih udah matahin premis si Bihun yang lagi kesel sama gue."

"Ditambah Voin lebih deket daripada kami. Para babunya. Sifat lo yang keji ke sesama, ngehajar si Vita, jadi nambah kuat di batinnya. Gue laper. Lanjut besok. Pengen tidur gue."

"Ya udah. Kita rehat dulu. Besok lanjut."

Mereka menyerah membahas Hen Hen.

Blitz!

Lena langsung berpendar pergi usai Jihan bicara. Di kursinya, Ira sudah menguap dan memadamkan laptop. Jihan sendiri, si mantan preman, menghela nafas teringat kelakuannya dulu.

Enfield sudah sunyi dan langitnya masih tetap biru berawan di jam malam.

Jihan sudah sibuk merapikan poni Ira. Sementara Ira masih menunggu laptop shutdown penuh.

Zrrthh..! Pintu "ke mana saja" terbuka.

Ira yang baru menutup laptop, menoleh pada objek dan melihat April sedang merapikan sprai.

"Rajin banget."

Jihan masih menatap Ira.

"Apa April lagi ngambek, Kak?"

Jihan melabuhkan bibirnya pada mulut si penanya hingga Ira merem.

Chhppp..! Cpp..

Ira memegang kepala Jihan, membalas ciuman lebih banyak, pintar basa-basi hingga Ira abai Jihan mengangkat tubuhnya.

Cppph..! Chyypp..

"Mmhh.." lenguh Ira, kian aktif mengiringi gerakan bibir Jihan.

Badan Jihan terapung pelan. Dia memangku Ira menuju portal yang mengangga tanpa melepas aksi utama. Chhppp.. Chyypp...!

Sesampai di kamar Ira, Jihan merebahkan gadis yang terengah-engah.

"Hhh, hh.."

Ira menggiring rambut Jihan agar tak menghalangi wajah yang disenanginya itu. Ira terpaku melihat wajah Peri, tak sadar berhenti terengah-engah.

Ira dan Jihan baku pandang cukup lama.

April yang bersandar ke pintu, menonton lalu menggesek jari telunjuknya, menutup portal. Gwwtth!

April berbalik pergi menembus daun pintu yang tadinya sandaran punggung. Drrhh!!

Di ranjang kamar, kedua lesbay saling pandang. Ira meraba bibir Jihan dengan jempol, Jihan sudah memasukkan tangannya, mengelus dada samping si pacar.

"Buka aja.. Kak . Hh, hhh.."

Jihan mengalihkan mata pada kelopak Ira, mengabaikan permintaan yang ada. Aksinya membuat Ira mendesah pelan.

"Aaa... ah."

Tangan nakal Jihan membuat si belia memejamkan matanya. "Mmmhh..." Ira dibuatnya sedikit meregang, menaikan dada.

Ira memegang tangan Jihan yang terus mengelus di balik pakaian. Saat jari yang dituntunnya menyentuh titik payudara, Ira melepas regang tubuhnya. Dggh..!

"Mmgh!"

Ira mengendik dengan tiba-tiba lemas sendiri. Nafasnya yang tadi naik-turun pendek, kini mulai mereda.

Ira tak sadarkan diri, tertidur usai mengerahkan urat-urat tubuh pubernya. Perlahan-lahan nafasnya pun mulai turun, tangannya lemas, terjatuh dari dada.

"Hhhsss..."

Jihan mengeluarkan tangannya. Dia raih jemari Ira yang melemas. Sambil menggenggam, Jihan hirup rambut Ira sedalam-dalamnya. "Hhh...hhssss..!"

Chupp! Chupp...

Jihan mengecup pipi segar Ira yang putih-bening berulang-ulang. Jihan beraksi sambil terus memejamkan mata, menikmati aroma keringat yang ada hingga dirinya..

"Nnhh..!!" Jihan dalam pejamnya langsung menyentakkan pinggul. Sekali.. lalu sisa gerakan, pelan dua kali.. hingga gerakan terakhir pinggulnya bergerak lemah.

"Nh!"

Kilat-kilat listrik menjentik di seluruh kain yang membalut tubuh Jihan. Kliit..! Klit! Klii..it!

Tangan Jihan yang tengah menyatu dengan jemari Ira terlepas begitu saja dan Jihan tergolek tidur di sebelah Ira. Entah apa yang baru dikerahkannya hingga lemas tak sadarkan diri.

Jam dinding dan jam di monitor apung menampakkan informasi angka 08:36. Sebelumnya angka pada monitor 23:55. Hari sudah pagi.

Ira masih tergolek di ranjang. Sendirian.

Jihan yang telah berganti pakaian masuk kamar lewat segiempat ungu dekat pintu. Sesampainya di ranjang, Jihan mengangkat Ira.

Jihan tampak mudah memangku tubuh setinggi matanya itu. Ira belum juga sadar. Apa Jihan akan menceburkannya ke bak mandi.

Di kamar sederhana ini, Jihan menurunkan Ira, membaringkannya di kasur sendiri. Lalu Jihan mencium pipi yang ada. Chupp!

Jihan yang sudah duduk di samping Ira, mengambil guling. Dia segera meletakkannya di depan Ira. Jihan menarik kaki Ira, lalu tangan si pacar, memposisikan Ira mendekap guling yang ada.

"Errgh..! Gemes gue," genggam Jihan merapatkan rahangnya atas jemari Ira.

Disakiti begitu, nafas Ira masih teratur naik dan turunnya. Ira pulas tanpa kesadaran.

Helai-helai rambut di wajah Ira segera Jihan rapikan, mengusap-usap kening Ira. Akibatnya wajah Ira kian sedap dipandang mata.

Ira masih bobo cantik. Jihan menatapnya.

Dalam diamnya tersebut, Jihan menggigit bibir. Dadanya mulai berdebar mendapati bibir yang ada. Perlahan-lahan Jihan mendekat dan chppp..!!

"Hhh..! Love you, Beb."

Karena Ira tak juga membuka mata..

Chip!! Jihan mengecup kening si jelita.

Di tempat sarapan, di bengkel tambal ban..

"Gak tau.. Udah gue bangunin itu, Pril."

"Lo nguras dia sih semalem. Sampe sini frekuensinya gue tangkap."

"Slow. Gue musti siapin Ira buat ketemu Gizi."

"Ke elo aja udah gini, apalagi sama qorin. Tega lo, Han."

Jihan menyuap bihun kacangnya. Hap! Dia kunyah bersama ketupat tersuap. Nykk! Kyakk.. Kyak..! Lalu Jihan menelan. Hggh..

"Hormon dia udah persis pubernya gue, Pril. Gue liat Gizi udah kayak lihat muka priyayi. Gadis rebutan. Ira pastinya bakal greget juga lihat Gizi. Ntar lo atur-atur aja."

April membuka halaman buku yang dibacanya, konsen menunggu Jihan selesai makan terlebih dulu.

Jihan meneguk air gelasnya.

"Pril, lo ada saran gak buat ngeluarin Hen Hen dari bayangan gue?"

"Helen lebih tau. Kita ikutin aja dia. Mendekat diem-diem."

"Hmm. Oke. Tapi gue gak sabarnya di situ. Gimana kalo ternyata Hen Hen lagi dendam sama gue, bukan lagi fobi?"

April diam tak menimpali, menatap Jihan yang sibuk kembali dengan sarapan pedasnya.

... TBC

1
sjulerjn29
semangat thor 😊
ak mampir ya 😊
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!