Namanya Wang Chen. Dia adalah seorang pemuda bodoh yang bahkan dianggap gila oleh para murid Perguruan Tangan Sakti.
Hanya Souw Liancu yang tidak melihat seperti itu. Souw Liancu merasa Wang Chen selalu melindunginya dan kekuatan Wang Chen tidak ada bandingannya.
Wang Chen bisa bertindak di luar nalar saat dibutuhkan, dan bisa muncul jadi sosok tangguh saat dibutuhkan. Souw Liancu tahu kalau Wang Chen memiliki latar belakang luar biasa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gregorious, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
28 Wang Chen Ditangkap
Tetapi semakin ia membela Wang Chen, semakin keras tawa mereka.
"Kalau Wang Chen sekuat itu, mengapa dia selalu dipukuli oleh murid-murid lain di perguruan?"
"Ya, kalau dia sekuat itu, kenapa dia tidak pernah menunjukkan kemampuannya?"
"Nona Souw mungkin terlalu stres dan mengalami halusinasi."
Souw Liancu merasakan frustasi yang luar biasa. Ia tahu apa yang ia lihat. Ia tahu Wang Chen yang mengalahkan ketiga tetua itu. Tetapi tidak ada yang percaya padanya.
"Lagipula," kata salah seorang anggota kelompok dengan nada sedih. "Wang Chen mungkin sudah mati. Ketiga tetua itu sangat kejam. Mereka pasti membunuh Wang Chen dan bahkan menghancurkan mayatnya sehingga tidak ada yang tersisa."
Kata-kata itu membuat hati Souw Liancu mencelos. Ia tidak mau memikirkan kemungkinan Wang Chen terluka atau... tidak, ia tidak mau memikirkan kemungkinan terburuk itu.
"Wang Chen tidak mati!" teriak Souw Liancu dengan emosi. "Dia masih hidup! Aku harus menemukannya!"
Tung Balang berjalan mendekat dan meletakkan tangannya di bahu Souw Liancu dengan lembut. "Nona Souw, aku mengerti kau sedih. Tetapi kita harus kembali ke perguruan. Kita harus membawa ketiga tetua pengkhianat ini untuk dihukum. Dan kita harus melaporkan apa yang terjadi di sini."
"Tidak!" Souw Liancu menepis tangan Tung Balang. "Aku tidak akan pulang sebelum menemukan Wang Chen!"
Ia menatap semua anggota kelompok dengan mata yang berkaca-kaca tetapi penuh tekad. "Kalian boleh pulang. Tetapi aku akan tetap di sini dan mencari Wang Chen."
Para anggota kelompok saling berpandangan dengan wajah bingung. Mereka tidak tahu harus berbuat apa. Di satu sisi, mereka ingin kembali ke perguruan secepat mungkin untuk melaporkan kejadian ini dan untuk mendapatkan jasa besar karena berhasil menangkap tiga tetua. Di sisi lain, mereka tidak bisa meninggalkan Souw Liancu sendirian di tempat yang berbahaya ini.
Tung Balang berpikir sejenak, kemudian mengangguk. "Baiklah. Kita akan mencari Wang Chen sambil membawa ketiga tetua ini kembali ke perguruan. Kita akan mencari di sepanjang jalan."
Souw Liancu mengangguk dengan lega. "Terima kasih."
Mereka kemudian mengikat ketiga tetua yang sudah tidak berdaya itu dan membawa mereka. Ketiga tetua itu sudah tidak bisa melawan sama sekali, bahkan berbicara pun tidak bisa. Mereka hanya bisa menatap dengan mata yang penuh penyesalan dan kesakitan.
Kelompok itu mulai berjalan keluar dari desa, sambil terus mencari tanda-tanda Wang Chen.
Souw Liancu berjalan paling depan, matanya terus menyapu sekeliling, berharap melihat sosok Wang Chen di suatu tempat.
Ketika mereka hampir keluar dari desa, seorang penduduk desa tiba-tiba muncul dari salah satu rumah. Ia adalah seorang pria paruh baya dengan wajah yang penuh luka dan pakaian yang compang-camping.
"Terima kasih... terima kasih sudah mengalahkan ketiga monster itu," katanya sambil berlutut di depan kelompok. "Mereka sudah membuat hidup kami sengsara selama berminggu-minggu."
Tung Balang membantu pria itu berdiri. "Jangan berlutut. Kami hanya melakukan tugas kami."
Pria itu kemudian menatap kelompok dengan wajah yang penuh harap. "Tetapi... masih ada yang lain. Para perampok yang bekerja untuk ketiga monster itu. Mereka ada di markas mereka, sekitar lima kilometer dari sini. Mereka telah menculik banyak gadis dari desa-desa sekitar, juga desa kami, merampas semua harta kami, dan membunuh siapa saja yang melawan."
"Apa?" Tung Balang mengerutkan kening. "Masih ada lagi?"
"Ya, Tuan. Mereka sekitar dua puluh orang, tetapi tidak sekuat ketiga monster itu. Mereka hanya kultivator tahap pembentukan tubuh dan tahap pemurnian tubuh. Tolong... tolong bunuh mereka dan selamatkan para gadis yang diculik."
Souw Liancu yang mendengar itu langsung tertarik. "Kau tahu di mana markas mereka?"
"Ya, Nona. Saya bisa menunjukkan jalannya. Saya ingin melihat para perampok itu dihukum atas semua kejahatan mereka."
Souw Liancu menatap Tung Balang. "Kita harus ke sana. Mungkin Wang Chen juga ada di sana."
Tung Balang berpikir sejenak. Dengan ketiga tetua pengkhianat yang sudah dikalahkan, para perampok yang tersisa seharusnya tidak terlalu sulit untuk ditangani. Lagipula, ini adalah kesempatan untuk menyelamatkan para korban yang diculik.
"Baiklah. Kita akan pergi ke markas mereka," putus Tung Balang.
Kelompok itu kemudian mengikuti penduduk desa itu yang menjadi penunjuk jalan. Mereka berjalan melewati hutan dan jalan setapak yang berliku. Ketiga tetua yang terikat terus mereka bawa, diseret dengan kasar karena mereka sudah tidak bisa berjalan sendiri.
Setelah berjalan sekitar satu jam, mereka tiba di sebuah area di mana banyak tenda besar didirikan. Terlihat seperti perkemahan sementara, dengan api unggun yang menyala dan suara teriakan yang keras.
Tetapi yang membuat Souw Liancu langsung berlari adalah pemandangan di tengah perkemahan itu.
Wang Chen berlutut di tanah, dikelilingi oleh sekitar sepuluh perampok yang sedang menendang dan memukulnya. Wang Chen tidak melawan sama sekali, hanya melindungi kepalanya dengan tangannya, tubuhnya bergetar setiap kali dipukul atau ditendang.
"Dasar orang gila! Berani-beraninya kau masuk ke markas kami!"
"Kau pikir kau bisa mencuri makanan kami?"
"Kami akan membunuhmu perlahan-lahan!"
Para perampok itu terus memukuli Wang Chen dengan kejam, tertawa setiap kali Wang Chen mengerang kesakitan.
"Wang Chen!" teriak Souw Liancu dengan suara yang penuh kemarahan dan kekhawatiran.
Ia segera melompat maju, pedangnya sudah terhunus. Dengan gerakan yang sangat cepat, ia menyerang para perampok yang sedang memukuli Wang Chen.
Pedangnya menari di udara, menciptakan kilatan cahaya hijau. Dalam hitungan detik, tiga perampok sudah terpental ke belakang, terluka parah oleh sabetan pedangnya.
"Siapa berani menggangu kami?!" teriak salah satu perampok yang lebih besar dari yang lain, sepertinya pemimpin mereka.
"Perguruan Tangan Sakti!" jawab Tung Balang sambil memimpin anggota kelompoknya menyerang.
Pertarungan pecah dengan sengit. Para perampok itu memang tidak sekuat ketiga tetua pengkhianat, tetapi mereka cukup banyak dan cukup terlatih. Pertarungan berlangsung cukup lama, tetapi akhirnya, dengan kerja sama yang baik, kelompok Tung Balang berhasil mengalahkan semua perampok itu.
Beberapa perampok tewas dalam pertarungan, sisanya ditangkap hidup-hidup untuk dibawa ke perguruan dan dihukum.
Sementara yang lain sibuk dengan para perampok, Souw Liancu langsung berlari ke arah Wang Chen. Ia berlutut di samping pemuda itu dan memeriksa kondisinya.
Wang Chen penuh dengan luka memar di wajah dan tubuhnya, tetapi tidak ada luka serius. Ia menatap Souw Liancu dengan mata yang kosong dan bingung.
"Nona... kenapa ada pertarungan? Aku takut..." katanya dengan suara yang lemah, suara seorang anak kecil yang ketakutan.
Souw Liancu memeluk Wang Chen dengan erat, air mata mengalir di pipinya. "Tidak apa-apa. Semuanya sudah aman sekarang. Aku di sini."
Setelah semua perampok dihabisi atau ditangkap, Tung Balang dan yang lain mulai memeriksa tenda-tenda di perkemahan. Di salah satu tenda besar, mereka menemukan sekitar dua puluh gadis yang diculik dari berbagai desa. Mereka semua terlihat ketakutan dan lemah, tetapi masih hidup.
Di tenda lain, mereka menemukan harta rampokan yang sangat banyak. Emas, perak, perhiasan, dan berbagai barang berharga lainnya yang dirampok dari desa-desa.
"Kita akan membawa semua ini kembali ke desa-desa yang dirampok," kata Tung Balang dengan wajah lega. "Dan para gadis ini akan dikembalikan kepada keluarga mereka."
Para gadis yang diselamatkan mulai menangis dengan lega. Beberapa dari mereka bahkan berlutut di depan para murid Perguruan Tangan Sakti, berterima kasih dengan sangat tulus.
Penduduk desa yang menjadi penunjuk jalan juga menangis dengan lega. "Terima kasih... terima kasih banyak. Kalian telah menyelamatkan kami semua."
Kelompok itu kemudian mempersiapkan untuk kembali ke perguruan. Mereka membawa ketiga tetua pengkhianat yang sudah lumpuh, para perampok yang ditangkap hidup-hidup, para gadis yang diselamatkan, dan semua harta rampokan.
Souw Liancu berjalan di samping Wang Chen yang sekarang sudah bisa berjalan sendiri meskipun dengan langkah yang gontai. Ia terus memperhatikan pemuda itu dengan wajah yang penuh kekhawatiran dan kasih sayang.
Di dalam hatinya, ia semakin yakin dengan perasaannya. Tidak peduli betapa anehnya Wang Chen, tidak peduli betapa rumitnya misteri yang mengelilinginya, ia mencintai pemuda ini. Dan ia akan melindunginya, membantu dia, dan selalu berada di sisinya.
Apapun yang terjadi.