Ini bukan hanya tentang cinta, tetapi juga tentang pengkhianatan tak berujung, tentang pengorbanan dan harapan yang gagal untuk dikabulkan.
Angelika Sinnata. Cantik, anggun, berparas sempurna. Sayangnya, tidak dengan hatinya. Kehidupan mewah yang ia miliki membuat dirinya lupa tentang siapa dirinya. Memiliki suami tampan, kaya dan penuh cinta nyatanya tak cukup untuk membuat Angelika puas. Hingga ia memilih mengkhianati suaminya sendiri dengan segala cara.
Angelina Lineeta. Cantik dan mempesona dengan kesempurnaan hati, sayangnya kehidupan yang ia miliki tidaklah sesempurna Angelika.
Pertemuan kembali antara keduanya yang ternyata adalah saudara kembar yang terpisah justru membuat Angelina terjebak dalam lingkaran pernikahan Angelika.
Apa yang Angelika rencanakan? Dan mengapa?
Lalu, apa yang akan terjadi dengan nasib pernikahan Angelika bersama suaminya? Akankah tetap bertahan?
Ikuti kisah mereka...!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FT.Zira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
28. Niat Buruk.
"Sayang..."
Suara Leon berhasil menarik atensi hampir semua orang yang saat ini tengah berada di depan bangunan sebuah sekolah yang mana menjadi tempat bagi putra-putri mereka mendapatkan pendidikan.
Pandangan mereka kini tertuju pada satu arah di mana Leon datang dengan buket bunga besar di tangan, mendekat pada istrinya yang tengah menunggu Alan keluar.
"Untukmu," ujar Leon seraya menyerahkan bunga di tanganya.
Angelina tertegun, "Kenapa kamu di sini?"
"Menurutmu, mengapa aku di sini?" Leon balas bertanya. "Tentu saja aku juga ingin menjemput putra kita," lanjutnya kemudian.
Kedua mata Angelina menyipit, merasakan siratan kata yang Leon ucapkan memiliki maksud lain, lalu melirik buket bunga yang masih berada di tangan Leon.
"Aku minta maaf soal pagi ini," ucap Leon dengan suara pelan. "Seharusnya aku tidak bersikap demikian."
Angelina menghembuskan napas pelan, teringat kembali akan apa yang terjadi pagi ini. Andai Alan tidak mengetuk pintu saat itu, ia tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi.
Hatinya memang mulai goyah setiap kali ia berhadapan dengan Leon, tetapi ia sadar akan batasan apa yang tidak bisa ia langgar, dan ia tidak ingin melanggarnya.
Pandangan Angelina beralih pada bunga di tangan Leon, menerima bunga itu saat ia menyadari banyak pasang mata yang masih memperhatikan mereka berdua. Menolak pemberian Leon hanya akan mempermalukan pria itu di depan umum.
"Bukankah seharusnya saat ini kamu berada di kantor?" tanya Angelina seraya menerima bunga itu.
"Apakah salah jika aku meluangkan waktuku untuk menjemput putra kita?" Leon balas bertanya, tersenyum.
"Tidak," Angelina menggeleng. "Tapi, aku bisa melakukannya sendiri. Kamu tidak perlu meninggalkan pekerjaanmu hanya untuk-"
"Aku ingin melakukannya," potong Leon cepat. "Lagipula, aku ingin menikmati waktuku bersama keluarga kecilku, apakah itu salah?"
Angelina terdiam, untuk kesekian kalinya hatinya berdesir dengan apa yang Leon lakukan. Tapi sekali lagi, ia menyadarkan dirinya sendiri akan posisinya.
"Apakah itu artinya... Kamu memaafkanku?" Leon bertanya lagi.
"Tidak secepat itu," sahut Angelina segera melewati Leon saat melihat Alan berlari ke arah mereka, mengembalikan bunga yang Leon berikan padanya kala Alan merentangkan kedua tangannya yang segera Angelina sambut dengan membawa Alan ke dalam gendongannya, tertawa gembira.
Tanpa keduanya sadari, apa yang mereka lakukan terekam jelas dalam penglihatan Angelika yang kini berada dalam jarak beberapa meter dari tempat mereka bediri, tetap bertahan di dalam taksi dengan kedua tangan terkepal.
"Apa-apaan dia..."
Kedua matanya menatap jengah dengan apa yang terjadi di depan matanya. Hatinya bergolak dengan luapan amarah yang ia sendiri tidak tahu dari mana datangnya saat melihat kedekatan putranya bersama saudara kembarnya, melihat sisi manja sang putra yang tidak pernah putranya perlihatkan padanya, terutama bagaimana cara Leon memperlakukan Angelina, dan itulah yang paling tidak bisa ia terima.
Satu sisi ia merasa lega penyamaran Angelina terihat sempurna, tetapi rasa tidak terima itu lebih mendominasi di dalam hatinya. Namun, ia juga tidak bisa muncul secara tiba-tiba yang akan membuat suami serta keluarganya membenci dirinya. Ia harus melakukan sesuatu, begitulah yang ia pikirkan saat ini.
"Nikmati harimu untuk saat ini, Angelina. Mimpi burukmu baru saja dimulai."
Angelika bergumam pelan, menatap Angelina dengan kebencian yang semakin bertambah, lalu meminta sopir taksi untuk pergi meninggalkan tempat di mana suami serta putranya bersama saudara kembarnya berada, membiarkan mereka menikmati kebersamaan mereka untuk sementara waktu.
.
.
.
Di dalam sebuah night club berpencahayaan temaram dengan kelap-kelip lampu gantung yang memberikan penerangan samar, Angelika duduk di depan meja bar dengan segelas minuman tersaji di depannya. Sesekali ia menyesap minumannya, sementara satu tangannya yang lain mengetuk meja menggunakan jemarinya. Memikirkan sesuatu.
Bayangan saat Alan berada di dalam gendongan Angelina dengan wajah ceria berputar ulang di depan matanya, disusul dengan rona bahagia yang bisa ia lihat dari wajah Leon-suaminya saat bersama Angelina.
Tidak rela. Jelas perasaan itu ia rasakan. Ia juga tidak rela jika Angelina berada diposisinya lebih lama lagi. Ia ingin kembali, tapi tidak dengan mengabulkan permintaan Angelina sebelum kesepakatan itu terjadi.
Selama ini, suaminya tidak pernah bersikap manis pada siapapun selain pada dirinya, dan siang ini ia justru melihat suaminya bukan hanya bersikap manis, tetapi juga bersikap mesra pada saudara kembarnya sendiri dan itu di lakukan di tempat umum.
"Sh*it,"
Angelika berdecih, menegak minuman yang tersisa di dalam gelasnya sampai tandas, lalu menggelengkan kepala untuk mengusir apa yang kini mengganggu pikirannya.
"Leon sangat mencintaiku, dan dia tidak mungkin berpaling dariku. Aku hanya perlu mengubah keadaan dengan mengumpankan Angelina, dan semua akan kembali menjadi milikku."
Angelika tertawa, meminta bartender untuk membuatkan minuman lagi untuknya dan kembali menegaknya. Sesaat, kedua matanya terpejam, membayangkan wajah Leon yang selalu mendengarkan apa yang ia ucapkan tanpa menyelidiki kebenaran yang ada. Bahkan melawan ibunya sendiri hanya untuk membelanya.
Dan kali ini ia yakin, keadan itu tidak akan berubah. Keberuntungan yang ia dapatkan sejak ia masih kecil akan kembali ia dapatkan.
.
.
.
"Aku akan tidur bersama Alan malam ini," putus Angelina sesaat setelah acara makan malam selesai.
"Lagi?" ulang Leon dengan nada keberatan.
Angelina mengangguk. "Ya."
"Ayolah, Sayang. Aku sudah minta maaf, tidak bisakah kamu kembali ke kamar kita? Ini sudah malam ketiga kamu tidur bersama Alan," ucap Leon setengah memohon.
"Apa salahnya aku tidur bersama putraku?" Angelina balas bertanya.
"Tidak ada yang salah, tapi kamu melakukan itu hanya untuk menghindariku bukan?" sambut Leon.
"Tepat sekali," Angelina menjawab cepat, bahkan tersenyum tipis seraya berdiri dan mengulurkan tangannya pada Alan.
"Selamat malam, Dad," ujar Alan.
Leon terpaku di tempat duduknya, menatap istri serta putranya yang melangkah keluar dari ruang makan sampai ibu dan anak itu menghilang dari pandangan, tetap di sana selama beberapa lama dan membawa langkahnya menuju kamar sang putra.
"Jika kamu tidak mau kembali ke kamar kita, maka aku yang akan datang padamu."
. . . .
. . . .
To be continued...
setelah memiliki harapan bahwa dia bisa berssama ibunya sekarang menghilang,,,
Leon sadar kau 🤣🤣🤣