NovelToon NovelToon
Panduan Tokoh Numpang Lewat

Panduan Tokoh Numpang Lewat

Status: sedang berlangsung
Genre:Transmigrasi ke Dalam Novel / Romansa Fantasi / Sistem / Menjadi NPC / Mengubah Takdir / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:3.7k
Nilai: 5
Nama Author: Najwa Aaliyah Thoati

Su Runa hanya ingin hidup tenang, bekerja santai, dan rebahan damai di apartemen kecilnya. Tapi siapa sangka, setelah satu malam penuh deadline dan mie instan, hidupnya malah “di-upload” ke dunia kolosal sebagai… tokoh numpang lewat?!

Kini dengan nama Yun Ruona, ia mendapati dirinya bukan putri bangsawan, bukan tokoh utama, bahkan bukan penjahat kelas kakap—melainkan karakter sampingan yang kalau muncul, biasanya cuma jadi latar pemandangan.

Awalnya, hidupnya berjalan damai. Sistem hanya memberi satu misi: “Bertahan Hidup.” Tidak ada skenario aneh, tidak ada takdir tragis, tidak ada paksaan ikut alur novel. Ia tumbuh sebagai gadis biasa, menjalani kehidupan versinya sendiri—bebas dan santai.

…sampai takdir iseng mempertemukannya dengan seorang pria misterius. Sejak saat itu, hidup Yun Ruona yang tenang berubah jadi drama tak terduga, penuh salah paham kocak dan situasi yang bikin geleng-geleng kepala.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Najwa Aaliyah Thoati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 16: Tenunan Takdir

Ling'er tahu “Madam Chen” hanyalah nama yang Nyonya Su gunakan agar identitas Yun Ruona tak diketahui orang luar. Tapi gadis kecil ini mengatakannya dengan mata bersinar jujur — tanpa sedikit pun curiga.

Ia tersenyum lembut. “Mungkin suatu hari nanti, nona. Sekarang Madam Chen sedang sibuk dengan pesanan baru.”

Yun Ruona mengangguk, lalu memeluk bonekanya erat-erat. “Kalau begitu, tolong sampaikan padanya sesuatu, ya?”

“Apa itu?”

“Jangan lupa tambahkan pita di setiap bonekanya,” kata Yun Ruona sambil tersenyum kecil. “Supaya mereka punya kehidupan, sama seperti Ming.”

Ling’er menunduk, suaranya bergetar pelan. “Baik, nona. Aku akan pastikan pesannya sampai.”

Dalam hati, ia berjanji akan menyampaikannya — kepada orang yang seharusnya, kepada sang Nyonya Rumah yang setiap malam menjahit ulang boneka-boneka itu dengan tangan halus dan mata yang kadang berkaca-kaca.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Beberapa minggu kemudian, tanggal 16 bulan 6 tahun 475, rumor tentang boneka berkalung batu dan pita merah muda menyebar jauh melampaui pasar Yunshan.

Di warung teh, di toko kain, bahkan di antara para pelajar Akademi Tianwen Cabang Yunshan, nama Madam Chen disebut-sebut dengan nada kagum.

“Katanya, bonekanya bisa membawa keberuntungan,” ujar seorang murid sambil menepuk bahu temannya.

“Saudariku merengek minta dibelikan. Aku sudah antre dua hari tapi tetap tak dapat!”

Yun Zhen yang duduk di dekat jendela hanya tersenyum tipis, menatap secangkir teh yang sudah kehilangan asapnya.

“Boneka beruang, katanya?” tanya seorang teman lain. “Aneh juga. Tak pernah kudengar ada bentuk seperti itu di masa kecilku.”

Yun Zhen tidak menjawab. Dalam kepalanya terngiang surat yang baru ia terima dari rumah. Tulisan ayahnya masih jelas:

> "Ibumu kini menghabiskan waktu dengan menjahit. Katanya, itu permintaan dari Nona kecil kita — ide aneh tapi menghibur. Sekarang semua pelayan ikut membantu. Rumah jadi ramai."

Ia menutup surat itu perlahan.

“Jadi, ini karya mereka ...” gumamnya, separuh antara takjub dan rindu.

Matahari sore menembus kisi-kisi jendela, menggambar garis keemasan di mejanya. Dari luar terdengar suara para murid yang bercanda, membicarakan boneka yang konon membawa keberuntungan cinta.

Senyum kecil muncul di bibir Yun Zhen. “Aku ingin melihatnya,” katanya pelan, “meski hanya satu.”

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Malamnya, di kediaman Yun, Su Yulan menjahit di bawah cahaya lentera. Tangannya lincah, tapi setiap jahitan menyimpan makna lebih dari sekadar benang dan kain.

Ling’er berdiri di sampingnya, menatap lembut.

“Nyonya, pesan dari Nona kecil sudah kusampaikan,” bisiknya. “Tentang pita di setiap boneka.”

Su Yulan berhenti sejenak, tersenyum. “Anak itu ... selalu punya cara sendiri memberi kehidupan pada benda mati.”

"Mau sampai kapan kita akan melakukan ini, Nyonya?" tanya Ling'er penasaran.

Sejak ia pertama kali bekerja di kediaman ini, nyonya rumah ini tak pernah melakukan sesuatu hal yang menonjol. Ia selalu berusaha tidak menarik perhatian orang luar.

Kini setelah kehadiran nona muda, meski menggunakan nama samaran, Su Yulan mulai berinteraksi dengan dunia luar. Rumah yang dulunya tenang dan damai, menjadi lebih hidup dan berwarna.

"Sampai Peri Cermin Kecilku bosan dengan boneka ini," balasnya tanpa pikir panjang.

"Tapi aku tidak melihat tanda-tanda kebosanan pada nona muda."

"Kalau begitu tetap lanjutkan. Pada akhirnya uang ini akan masuk ke kantongnya. Anggap saja ini bentuk tabungan untuk mahar pernikahannya nanti."

"Wah ... Nyonya ternyata sudah memikirkannya sejauh itu."

"Tentu saja. Aku ingin ia bisa menikah secara terbuka dan megah. Tidak sepertiku dulu."

Ingatan itu masih sering datang, seperti kelopak bunga yang jatuh perlahan dari ranting waktu.

Hari ketika titah itu turun, istana Tianxuan dipenuhi cahaya emas senja. Langit berwarna merah lembut, dan para pejabat berdiri membungkuk di sepanjang koridor batu giok. Di tengah ruang audiensi, Baginda Kaisar duduk di atas singgasananya yang tinggi, wajahnya tenang namun penuh wibawa.

“Putra ketiga keluarga Yun dan putri tertua keluarga Su,” ucap Baginda, suaranya bergema lembut namun tegas, “kalian berdua akan menikah. Dunia luar tidak perlu tahu. Yang perlu tahu hanyalah langit, bumi, dan kita yang ada di sini.”

Su Yulan — kala itu masih berusia delapan belas tahun — menunduk dengan tangan bergetar. Ia hanya sempat melihat sekilas sosok pria muda di sampingnya: tinggi, bersikap tenang, dengan tatapan yang tidak menantang tapi juga tidak tunduk. Yun Haoran.

Tatapan itu bukan tatapan cinta, melainkan tatapan orang yang sudah lama belajar menerima takdir. Dan entah mengapa, justru tatapan itulah yang paling membuatnya tenang.

Ayahnya, Su Jingyuan 蘇景遠 (Sū Jǐngyuǎn), berdiri di sisi kanan aula, menunduk dalam-dalam. “Hamba menerima perintah Baginda,” katanya, meski dalam dadanya ada pergulatan. Putrinya adalah satu-satunya anak perempuan dalam keluarga Su — bijak, berpendidikan, dan disiapkan menjadi tabib istana. Tapi titah Kaisar adalah langit; tak seorang pun berani menentangnya.

Dari sisi lain, Yun Zhousheng 雲舟笙 (Yún Zhōushēng), ayah Yun Haoran, menatap anak lelakinya dengan pandangan berat. Keluarga Yun sudah lama dekat dengan istana, tapi tidak semua kedekatan berarti kehormatan. Kadang, kedekatan berarti pengawasan.

Malamnya, ketika titah itu diumumkan secara tertutup, suasana di rumah keluarga Su begitu hening. Hanya suara serangga malam dan aroma dupa yang memenuhi ruang tamu.

“Yulan,” kata ibunya perlahan sambil menggenggam tangan putrinya. “Kau tahu, dunia istana tidak sesederhana kisah di buku-buku. Jika kau menikah karena titah, maka kau harus hidup dengan kehormatan — bukan dengan rasa takut.”

Su Yulan mengangguk kecil. “Anakmu mengerti, Niangqin.”

Namun ketika ibunya memeluknya erat, barulah ia sadar: mengerti tak sama dengan siap.

Hari pernikahan tiba dengan sederhana. Tanggal 18 bulan 6 tahun 460, Dunia Xuanyu.

Langit cerah tapi tanpa kemegahan. Tak ada tabuhan genderang, tak ada tamu undangan. Hanya lima orang: kedua orang tua mereka, dan Baginda Kaisar yang duduk tenang di singgasana kecil yang dibawa khusus ke kediaman Yun.

Gaun Su Yulan berwarna gading pucat, tanpa hiasan sutra mewah, hanya disulam dengan motif awan halus di tepiannya — karya tangannya sendiri. Di hadapannya, Yun Haoran mengenakan jubah biru tua, sederhana tapi rapi.

Ketika upacara dimulai, Baginda hanya mengangkat cangkir arak kecil dan berkata,

“Perjalanan kalian bukan untuk dunia melihat, melainkan untuk langit mencatat."

Mereka berdua membungkuk dalam-dalam. Setelah itu, Baginda berdiri, menatap mereka dengan sorot mata yang lembut namun sarat makna.

“Kalian berdua akan menjadi bagian dari keseimbangan dunia. Sembunyikan cahaya kalian sampai waktu memanggilnya. Saat itu tiba... dunia akan mengerti mengapa kalian harus menikah dalam sunyi.”

Kata-kata itu, bahkan dua belas tahun kemudian, masih bergaung di kepala Su Yulan.

Setelah Baginda pergi, pesta sederhana dimulai. Hanya ada semangkuk arak, dua pasang sumpit, dan sepiring kecil kue beras manis.

Yun Haoran duduk di seberang meja, diam beberapa lama sebelum berkata, “Aku tahu ini bukan pernikahan yang kau bayangkan.”

Yulan menatapnya, lalu tersenyum tipis. “Kau juga tidak memintanya.”

Ia tertawa kecil — tawa pertama yang Yulan dengar darinya. “Benar. Tapi mungkin ... ini yang terbaik untuk kita berdua.”

“Kenapa?”

✨ Bersambung ✨

1
Fitri R
semangat upnya thor
Fitri R
semangat thor upnya
Fitri R
lanjut
Fitri R
semangat thor upnya...
Ravenel Whitly
Ceritanya seru, menarik.

Tentang reinkarnasi jadi bayi, trus tetiba ada sistem. Tapi sistemnya bukan membantu si FL punya kehidupan lebih baik. Lebih ke sistem yang menghubungkan perasaan atau ikatan hubungan gitu. Ini sistem yang baru sih.

Dari judulnya Panduan Tokoh Numpang Lewat. sempet di sebutkan bentar di bab 1 & 4 tentang novel dan ingatan FL. Tapi masih belum di temukan. Ini sangat pas, berarti tokoh numpang lewat itu beneran lewat aja di buku tanpa ada yang kenal dan sadar akan keberadaannya.

Sepertinya dari 24 bab ini masih pembuka cerita. belum masuk ke intinya. Mungkin semakin ke tengah, akan semakin terbuka alur-alur tersembunyi lainnya.

Good job Author. Aku suka gaya pikirmu. Lanjutkan! aku dukung .... /Joyful//Determined//Applaud//Rose//Heart//Good/
Aisyah Suyuti
menarik
Fitri R
lanjut upnya thor...semangat
Fitri R
lanjut upnya thor....semangat
Fitri R
lanjut
DJSH _ Tutul
Ceritanya seru, gak bosen, ringan, tapi misterius.

bikin nagih deh. ditunggu bab berikutnya, ya!

/Good/
Kinara Wening
Sebagai penulis novel ini, cukup menguras otak. kadang sampai begadang buat mikir outline dan istilah lainnya. padahal belum nulis satu bab pun. perjuangan awal nulis cerita ini gak mudah. aku ingin cerita ini tidak hanya menghibur, tapi membekas dihati kalian.

dengan berkat dukungan dan cinta kalian, aku bisa tetap ada di sini dan tetap melanjutkan kisah ini, meski gak mudah.

makasih semuanya! love U All ....
/Rose//Heart//Pray/
Yourali
Karya yang bagus. ada lucunya, ada seriusnya, ada tema keluarganya, ada sistemnya. Belum tahu gimana romansa cerita ini karena masih kecil FL-nya.

Kutunggu dewasamu, Nana!

alurnya mulus bgt. gak kerasa kepaksa alurnya, kayak lagi naik rollercoaster!

pokok sukak bgt!!!!
semangat mamathor!
/Drool//Angry//Determined/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!