Ikhlasku Mencintaimu

Semenjak Anggasta mengatakan ingin bertunangan dengan Alma, di situlah penjagaan kepada Alma mulai dilakukan. Dia bersusah payah menembus dinding keamanan yang melindungi perempuan tersebut dan rela menggelontorkan uang yang tak sedikit agar mereka mau bekerja sama dengan dirinya. Effort yang dilakukan oleh Anggasta sangat tak main-main.

Kabar perihal pertunangan Anggasta sudah tersebar kepada para karyawan. Begitu juga dengan Bulan yang sedari tadi menahan sakit di dada mendengarnya. Dia terlihat sangat syok dan sangat tak.menyangka.

"Perempuan mana ya yang beruntung dapat Pak Anggasta?"

"Sudah pasti bukan perempuan biasa."

"Pasti cantiknya luar biasa."

Bulir bening menetes tanpa aba. Segera dia menuju toilet untuk menumpahkan isi hatinya. Ada rasa tidak rela yang bergelayut di dada.

"Kenapa begini? Aku sudah bersama Haidar, tapi kenapa aku enggak rela Anggasta bertunangan dengan perempuan lain?" Sungguh Bulan seperti perempuan yang tengah patah hati.

Di lain kantor pun Haidar terus bersungut karena begitu sulit dirinya menemui Alma. Selalu saja ada halangan seakan Tuhan tak mengijinkan. Dia sedikit frustasi dengan keadaan ini.

Mobil hitam mengkilap sudah ada di depan Wiguna Grup. Haidar tengah menunggu Bulan keluar kantor. Sepuluh menit berselang, perempuan yang dia tunggu terlihat. Tubuh Bulan menegang karena tak biasanya Haidar memeluknya di tempat umum.

Senyum kecil terukir di bibir Haidar karena seseorang melihat dirinya memeluk erat salah satu karyawan Wiguna Grup. Mata Bulan terbelalak ketika postur yang amat dia kenali sudah berjalan di depannya.

"Gaffi."

Haidar merasa menang karena sudah membuat Anggasta kegerahan. Mimik wajah lelaki itu begitu datar membuat Haidar tersenyum bangga. Beda halnya dengan Bulan yang masih menatap punggung lelaki itu dengan mata sendu.

"Ada masalahkah?"

Bulan yang sedari tadi terdiam di kursi penumpang depan menggeleng seraya menyunggingkan senyum. Dia tak mungkin mengatakan tentang perasaan dan pikirannya yang terus tertuju pada Anggasta. Sekarang Mereka berdua sudah duduk di sebuah restoran untuk makan malam.

"Direktur kamu mau tunangan ya?"

Bulan sedikit terlonjak mendengar pertanyaan yang tiba-tiba Haidar lontarkan. Rasa takut mulai menjalar. Namun, dia harus bersikap biasa agar Haidar tak curiga jika dirinya tengah memikirkan orang yang tengah Haidar tanyakan.

"Kabarnya sih begitu." Bulan bersikap santai padahal hatinya masih terasa perih.

Mendengar jawaban dari Bulan membuat Haidar terdiam. Dia tengah menyambungkan calon tunangan Alma dengan direktur tempat Bulan bekerja. Firasatnya mengatakan jika tunangan Alma adalah Anggasta.

"Kamu tahu dari mana, Mas?"

Bulan merasa sedikit aneh karena tak biasanya Haidar menanyakan perihal Anggasta. Bisa dibilang dia sangat anti menanyakan keadaan lelaki tersebut. Sedari dulu dua lelaki itu memang tak akur. Selalu saja terjadi perselisihan di antara keduanya. Apalagi jika berkaitan dengan Bulan.

"Ada yang ngasih tahu aku," dustanya. Bulan hanya mengangguk. Kembali pertanyaan. terlontar. "Apa kamu tahu perempuannya?"

Tersiar kabar di kalangan karyawan bahwasannya perempuan beruntung yang akan bertunangan dengan Anggasta ialah mantan sekretaris kakaknya yang mengelola Wiguna Grup Internasional di Singapura. Alma menduga jika pertunangan itu terjadi karena ada campur tangan pak COO.

Bukan tanpa sebab, Gyan Abhiseva Wiguna adalah orang yang menyuruhnya untuk menjadi rekan meeting Anggasta. Bahkan lelaki dingin itu terlihat memberikan lampu hijau.

Haidar yang mendengarkan dengan seksama hanya menganggukkan kepala.

"Ternyata bukan Gaffi."

Jawaban Bulan tak langsung membuat lelaki itu percaya. Dia menyuruh Bulan untuk menghubungi Langit untuk memastikan. Sudah pasti di antara sahabat tak akan ada rahasia. Dan jawaban Langit pun sama seperti rumor yang beredar.

"Lalu, direktur perusahaan mana yang akan bertunangan dengan Alma?"

...**** BERSAMBUNG ****...

Langsung dua bab, ya. Tapi, komen dulu di sini biar rame. Baru scroll ke bawah