--bukan novel Horor--
--bukan novel bertema Mafia--
ini novel bertema Pendekar dan kesaktian jika tidak suka jangan di baca karena akan merugikan author jika kalian membaca tidak selesai. hargai karya orang lain.
***
Adiwijaya Bagaskoro merupakan anak yang selalu di manja kedua orang tuanya yang merupakan seorang demang di desanya. Namun penghianatan terjadi paman Adiwijaya membunuh kedua orang tua Adiwijaya dan mengambil mustika keluarga.
Adiwijaya mengejar Pamannya yang kabur ke dalam hutan hingga Akhirnya Adiwijaya bertemu dengan banyak kera dan seorang petapa sakti yang sulit mati sebelum menurunkan ketiga Ajiannya yaitu Ajian Anoman Obong, Pancasona, dan Ajian Bayu Saketi.
Bagaimana kisah Adiwijaya selanjutnya? dan akankah Adiwijaya mampu membunuh Pamannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Abdul Rizqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Draft
Sementara wanita dengan pakaian serba merah itu memandangi Adiwijaya dengan tatapan penasaran, sebenarnya dia juga merupakan seorang pendekar sebagai seorang pendekar dia juga mengetahui bahwa Adiwijaya juga seorang pendekar.
Sedangkan Adiwijaya memilih untuk mengabaikan tatapan dari wanita itu, dia makan dengan lahap di sana, sementara Atmo masih penasaran dengan penyelamatnya dia terus saja mengikuti Adiwijaya kemanapun Adiwijaya pergi.
"Kamu masih saja mengikutiku, jangan di luar saja masuklah dan ikut makan bersamaku." Ucap Adiwijaya.
Atom segera masuk ke dalam dengan gemetaran dia duduk di hadapan Adiwijaya. Pemuda tampan dengan badan kekar menggambarkan bahwa Adiwijaya sangat cocok menjadi seorang pendekar.
"Kalau kamu bertemu denganku 2 bukan yang lalu kamu pasti akan terkejut karena 2 bulan yang lalu aku memiliki tubuh sekurus dirimu, karena aku dulu hanya makan apa yang ada di dalam hutan." Ucap Adiwijaya membuka obrolan dengan Atmo.
"Ternyata Tuan Pendekar suka bercanda, tidak mungkin fisik seseorang bisa berubah hanya dalam kurun waktu 2 bulan saja." Sahut Atmo.
"Karena aku juga berlatih, namun bukan pelatihan yang biasa, pelatihan yang sangat keras dan mengandalkan otot."
"Benarkah? Aku mengangkat satu batu saja punggungku sudah sakit, aku tidak bisa membayangkan apabila aku menjalani latihan yang sama seperti tuan."
"Katakan, kenapa kamu mengikutiku?" Tanya Adiwijaya dengan heran.
"Ampun Tuan Pendekar, aku sangat ketakutan karena Jantra memiliki banyak sekali teman penjahat di desa ini, dia pasti akan balas dendam, dia orang yang suka sekali mencari masalah."
"Kamu jangan khawatir walaupun teman temannya banyak aku bisa mengalahkan mereka semua."
Tidak lama kemudian Adiwijaya dan Atmo selesai makan, mereka kemudian keluar dari warung namun betapa terkejutnya mereka melihat Ambarwati di depan warung.
Siapa sangka Ambarwati langsung menyentuh lengan Adiwijaya dan memeluknya.
"Apa yang nyai lakukan, lepaskan tanganku nyai!" Ucap Adiwijaya.
"Kamu menarik perhatianku pendekar muda, wajahmu tidak bisa aku lupakan." Sahut Ambarwati sembari menempelkan dadanya.
Adiwijaya tampak sedikit tegang ketika Ambarwati menggodanya, sementara Atmo menelan ludahnya melihat Ambarwati yang menggoda Adiwijaya. Sementara pendekar wanita dengan pakaian serba merah itu terlihat memasang ekspresi jijik ketika melihat Ambarwati.
"Dasar wanita murahan!" Ucap Pendekar wanita itu kepada Ambarwati.
"Siapa kamu! Beraninya berbicara lancang!" Ucap Ambarwati.
"Aku yang berbicara lancang, memangnya kamu mau apa?" Tanya Pendekar wanita itu.
Ambarwati langsung kesal dia mengambil kendi di dekatnya dan langsung menempatkannya ke wajah wanita itu.
Slash!
Namun hanya sepersekian detik hendak yang berisi air itu terbelah menjadi dua.
Adiwijaya sedikit terkejut dengan kecepatan wanita ini, dia mengamati lendir yang di potong sangat rapih itu kemudian mengamati pedang yang di pegang wanita itu.
Pedang dengan bilah merah keputihan dan terdapat beberapa corak-corak indah di bagian gagang dan nikahnya.
Melihat bahwa wanita itu merupakan seorang pendekar Ambarwati langsung berlari ketakutan.
Sementara wanita itu kembali memasukan pedangnya ke dalam sarungnya, dia sama sekali tidak berniat mengejar Ambarwati.
"Siapa sebenarnya Anda Nyisanak? Mengapa sedari tadi anda mengamati aku terus?" Tanya Adiwijaya.
"Kita tidak ada waktu untuk berbicara, karena wanita itu kembali datang dan memanggil kawannya!" Ucap Pendekar wanita itu kemudian menatap Ambarwati yang kini sudah datang bersama dengan Jantra dan para teman teman penjahatnya.
"Bajingan!! Mentang mentang kamu adalah pendekar kamu berani menodai Ambarwati?!" Tanya Jantra dengan marah kepada Adiwijaya yang ada di sana.
Adiwijaya menggelengkan kepalanya, dia sudah bisa menebak bahwa Ambarwati memfitnahnya, namun Adiwijaya sendiri tidak berniat menjelaskannya.
"Serang!!" Jantra langsung berteriak seketika itu juga puluhan teman temannya langsung menyerang Adiwijaya, Atmo dan Pendekar wanita itu.
Atmo langsung lari masuk ke dalam warung, sementara Adiwijaya dan Pendekar wanita itu langsung menghajar setiap teman Jantra yang ada di depan mereka.
Terlihat Adiwijaya mengandalkan kekuatan fisiknya sementara Pendekar wanita itu terlihat mengandalkan kecepatannya.
Terlihat sangat menakjubkan apabila di lihat secara langsung.
Tidak lama kemudian semua teman teman Jantra terkapar di tanah, karena yang di lawan mereka adalah pendekar.
"Kakang, bagaimana ini mereka pasti akan memukuli kita seperti kawanan kakang." ucap Ambarwati.
"Diam kamu ambar! Ini semua karena kamu memanas manasiku untuk memberi pelajar kepada pendekar muda itu!" Kesal Jantra.
"Jadi kakang menyalahkanku? Kakang jahat!"
Plak!
Jantra menampar Ambarwati hingga dirinya tersungkur ke tanah dan bibirnya berdarah, "Kakang kejam!" Ucap Ambarwati menangis sembari menahan sakit di pipinya.
Jantra tidak memperdulikan Ambarwati dia malah berteriak, "Aku akan mengadu nyawa dengan kalian!" Terlihat Mantra mengeluarkan sebuah keris.
Dia langsung berlari menuju ke Arah Adiwijaya dan menghujamkannya ke dada Adiwijaya.
Namun dengan mudah Adiwijaya mengangkat bilah keris itu dengan kedua jarinya. Adiwijaya membakar keris itu hingga keris itu terlepas dari tangan Jantra dan terjatuh ke tanah.
Betapa terkejutnya wanita itu melihat api yang di keluarkan oleh Adiwijaya.
Melihat Adiwijaya yang bisa mengeluarkan api Jantra langsung berbalik dan berlari, begitu pula dengan para teman temannya.
Adiwijaya kemudian berjalan meninggalkan pendekar wanita, Atmo dan Ambarwati. Adiwijaya tidak mau buang buang waktu lagi dia harus menemukan pamannya.
Namun ketika Adiwijaya berada di gapura desa Lestari, siapa sangka Pendekar Wanita itu, Atmo dan Ambarwati terlihat menyusul Adiwijaya.
"Mau apa kalian? Aku mau meninggalkan desa ini." Ucap Adiwijaya.
"Tuan Pendekar, ijinkan aku menemani pengembaraanmu aku berjanji tidak akan menyusahkan tuan pendekar." Ucap Atmo.
"Maaf aku tidak bisa, kamu lebih berguna di desa ini." Jawab Adiwijaya.
Atmo terlihat mengigit bibirnya dengan panik, dia sendiri ingin mengikuti Adiwijaya karena takut dirinya akan di manusia oleh Jantra dan teman temannya di desa ini.
"Tuan bawa aku saja bersamamu, aku berjanji tidak akan menjadi beban untukku." Ucap Ambarwati.
"Maaf aku tidak bisa, lebih baik kamu tetap di sini aja, nyi."
"Tuan aku takut Jantra membunuhku!"
"Aku tidak perduli, dari awal aku memang tidak berniat memiliki urusan dengan kalian."
Adiwijaya kemudian menatap pendekar wanita itu yang sedari tadi diam.
"Kalau kamu mengapa kamu mengikutiku?" Tanya Adiwijaya.
"Aku penasaran dengan kesaktianmu, aku ingin bertarung denganmu." Jawab pendekar wanita itu.
"Maaf nyi, aku tidak mungkin melawan seseorang yang sama sekali tidak memiliki salah kepadaku, aku sendiri juga sedang terburu-buru aku tidak memiliki waktu untuk meladeni keinginanmu nyi." Jawab Adiwijaya.