Kevin Pratama tidak pernah menyangka bahwa Ani Anggraini, istri ketiga bawahan di kantornya. Dapat membangkitkan gairahnya yang terpendam selama ini. Karena hal itu, ia melakukan segala cara agar bisa membuat Ani menjadi miliknya. Namun, saat berhasil membuat Ani menjadi miliknya bahkan menjadi istrinya. Ia malah mengajukan kontrak nikah hanya karena trauma di masalalu nya.
“Apa maksudnya ini?” tanya Ani yang terkejut saat melihat isi dari kontrak nikah itu.
“Apa kata-kata yang ada di dalam kontrak nikah itu kurang jelas untukmu Ani? sampai-sampai membuatmu tidak paham seperti itu!”tanya Kevin dengan raut wajah yang datar.
“Tidak, isi dari kontrak nikah ini saya sangat paham. Hanya saja. Mengapa tuan ingin menikahi saya? hanya karena agar tuan mendapatkan seorang keturunan!” ucap Ani, karena memang isi dari kontrak itu menyatakan bahwa pernikahan mereka akan terjalin sampai Ani melahirkan anak untuk Kevin.
“Lalu, memangnya menurut kamu. Apa ada alasan yang lebih masuk akal, untuk saya menikahi kamu yang seorang wanita biasa-biasa saja. Selain untuk memiliki keturunan?”
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rtgfcg, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Surat Pengajuan Cerai
“Pak Riko.” Ucap Dimas dengan kaget, setelah melihat arah mata Ani yang ternyata menatap Riko yang sedang berdiri tidak jauh dari mereka.
“Selamat siang Dimas dan juga nona Ani.” Ucap Riko, saat Dimas dan Ani menghampiri ia.
“Selamat siang juga pak Riko. emm... ada apa ya? mengapa pak Riko tiba-tiba datang ke sini?” ucap Dimas dengan suara yang terdengar canggung namun tetap sopan.
“Ouh, saya kesini, karena diminta oleh pak Kevin untuk menjemput kalian berdua.” Balas Riko sambil menatap silih berganti antara Dimas dan Ani. Yang sekarang sedang menatapnya dengan tatapan heran.
“Ah… mengapa repot-repot harus menjemput pak? padahal kami bisa berangkat sendiri ke sana.” Ucap Dimas dengan raut wajahnya yang terlihat masih tampak heran.
“Tidak masalah. Saya tidak merasa di repot kan. Karena ini memang sudah menjadi kewajiban saya untuk mengikuti setiap perintah pak Kevin.” Ucap Riko dengan raut wajah yang tidak bisa terbaca. Setelahnya, pria itu kembali berucap. “Kalo begitu, ayo kita berangkat.” Ajak pria itu, yang sekarang mulai berjalan menuju mobil mewah yang terparkir di pinggir jalan rumah Ranti.
Dimas dan Ani yang menerima ajakan itu. Terlihat, hanya bisa saling bertatapan dengan raut wajah yang tampak heran. Mereka sungguh tidak paham, alasan pria itu tiba-tiba menjemput mereka tanpa pemberitahuan.
Saat mereka masih terdiam dengan mata saling bertatapan. Riko yang sudah berada di dalam mobil. Mulai membuka jendela, setelahnya. ia langsung berteriak. “Saya rasa pak Kevin tidak akan sesabar itu untuk menunggu kalian berdua di sana.”
Teriakan itu, tentu saja membuat Ani dan Dimas tersentak. Dengan langkah cepat. Mereka berdua segera berjalan menuju mobil itu dan bergegas masuk ke dalam.
Saat di dalam perjalanan, terlihat suasana di mobil itu. Hening tanpa suara. Namun, keheningan itu akhirnya terpecahkan oleh suara Dimas yang duduk di kursi samping pengemudi.
“Maaf pak Riko. Boleh saya tanya. Mengapa pak Kevin, repot-repot menyuruh anda untuk menjemput kami berdua.” Ucap Dimas, memberanikan dirinya sendiri untuk bertanya, karena memang rasa penasaran di hatinya sudah terlalu besar.
“Karena anda sudah telat 5 menit dari waktu pertemuan.”
Balasan Riko itu tentu membuat Dimas tercengang. Tidak hanya Dimas, bahkan Ani yang berada di kursi belakan pun yang mendengarkan percakapan mereka. Tidak kalah tercengangnya dari Dimas.
“Lalu bagaimana bisa, anda menjemput kami secepat itu?” ucap Dimas yang merasa heran mengapa pria itu bisa menjemput mereka dalam waktu ketelatan 5 menit saja.
“Saya rasa anda tidak perlu tahu itu.” Balas Riko dengan raut wajah yang datar. Karena merasa sedikit kesal, saat Dimas menyinggung kembali masalah kenapa ia bisa langsung ada di sana. Dalam kurung waktu 5 menit saja.
Hal itu terjadi karena memang sesungguhnya, ia sudah memantau rumah yang di tempati Ani itu sejak 2 jam yang lalu. Karena memang permintaan Kevin semata. Entah karena alasan apa, atasannya itu memintanya melakukan hal seperti itu. Namun, yang jelas. Ia tahu atasannya itu memang sudah aga gila saat mengenal perempuan bernama Ani ini. Dan akibat kegilaan atasannya itu tentu saja berimbas padanya. Yang mendapatkan perintah-perintah yang tidak masuk akal.
Dimas yang melihat raut wajah Riko yang seperti kesal. Walaupun ia masih penasaran. Ia tentu, tidak berani lagi untuk bertanya lebih jauh.
Karena hal itu, akhirnya di dalam mobil itu kembali sunyi. Tidak ada lagi yang berani membuka suara. Selama menempuh sisa perjalanan menuju cafe Melati itu.
***
“Saya sudah bilang, untuk kamu tidak datang telat Dimas.”Ucap Kevin dengan raut wajah yang merah akibat amarah. Saat Dimas dan Ani sudah duduk di kursi depannya.
“Maaf pak. Tadi saya memiliki sedikit masalah. Lagipula, saya hanya telat beberapa menit saja. Seharusnya bapak tidak usah semarah itu.” Ucap Dimas yang merasa heran mengapa Kevin, semarah itu hanya karena keterlambatan beberapa menitnya saja.
“Karena saya paling tidak suka dengan orang yang tidak kompeten seperti kamu Dimas. Lagipula, untuk saya,waktu beberapa menit itu sangat berharga.” Ucap Kevin dengan suara yang terdengar dingin.
“Iya sekali lagi saya minta maaf.” Ucap Dimas kembali.
“Sudahlah lupakan saja. Sekarang saya akan langsung ke intinya saja.” Ucap Kevin yang sekarang mulai menyerahkan dua berkas yang ada di depan mejanya pada Dimas.
“Ini apa pak.” Ucap Dimas dengan suara yang penasaran, saat tiba-tiba saja Kevin menyodorkan 2 berkas padanya.
“Kamu baca saja. Setelah itu segera tandatangani.” Ucap Kevin dengan suara yang terdengar masih dingin dan raut wajah yang kembali datar, seperti biasa.
Mendengarkan ucapan pria itu, dengan cepat karena rasa penasaran. Dimas langsung membuka berkas pertama. Baru saja membuka dan membaca judul dari berkas itu, ia tentu langsung berteriak. “ Apa... surat perceraian.” Ucap Dimas yang merasa kaget, saat menyadari isi berkas itu adalah surat pengajuan perceraiannya dengan Ani.