NovelToon NovelToon
Kau Lah Cinta Terakhir Ku

Kau Lah Cinta Terakhir Ku

Status: sedang berlangsung
Genre:Matabatin / Time Travel / Cinta Terlarang
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: Thalireya_virelune

Aku, Ghea Ardella, hanyalah seorang gadis pecinta sastra,menulis mimpi di antara bait-bait senja,
terobsesi pada harapan yang kupanggil dream,dan pada seorang pria yang kusebut my last love.

Dia, pria asal Lampung yang tak pernah kusentuh secara nyata,hanya hadir lewat layar,namun di hatiku dia hidup seperti nyata.

Aku tak tahu,apakah cinta ini bersambut,
atau hanya berlabuh pada pelabuhan kosong.

Mungkin di sana,ia sudah menggenggam tangan wanita lain,sementara aku di sini, masih menunggu,seperti puisi yang kehilangan pembacanya.

Tapi bagiku
dia tetaplah cinta terakhir,
meski mungkin hanya akan abadi
di antara kata, kiasan,
dan sunyi yang kupeluk sendiri.


Terkadang aku bertanya pada semesta, apakah dia benar takdirku?atau hanya persinggahan yang diciptakan untuk menguji hatiku?

Ada kalanya aku merasa dia adalah jawaban,
namun di sisi lain,ada bisikan yang membuatku ragu.
is he really mine, or just a beautiful illusion?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Thalireya_virelune, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

buktiin? kamu kapan?

Tiba-tiba layar ponselku kembali bergetar, namanya terpampang jelas. Reza meneleponku. Aku hanya menatap layar itu tanpa berniat menyentuhnya. Degup jantungku berpacu, antara rindu dan benci saling berperang di dadaku.

Belum sempat napasku teratur, pesan masuk lagi.

“Ayok.”

Singkat. Dingin. Seolah tak ada hati di balik kata itu.

Aku menarik napas panjang, menahan amarah yang sudah meletup di dadaku. Jemariku bergetar saat membalas.

“Jangan telepon gua. Gak akan gua angkat. Gua pengen tenang.”

Namun, tak sampai satu menit, panggilan itu masuk lagi. Kali ini aku tak hanya diam, aku menekan tombol merah dengan gemetar.

“Kenapa sih, Za?!” batinku berteriak.

Bukannya memberi aku ruang untuk sembuh, dia justru menambah luka dengan sikap memaksa.

Mataku panas, air mata kembali menetes.

Aku sadar, cinta ini sudah jauh terlalu berat untuk aku pikul sendiri.

Tak lama setelah aku menolak teleponnya, ponselku kembali bergetar. Chat masuk dari Reza.

“Ayok sekarang, kan Lo dah janji.”

Aku terdiam cukup lama, menatap layar dengan mata yang sudah sembab. Kata-kata itu menusuk seperti pisau, seolah janjiku hanyalah alat untuk mengekangku.

Dengan hati yang remuk, aku mengetik balasan.

“Besok aja, Za, gua sakit.”

Jemariku berat menekan tombol kirim. Air mata menetes lagi, jatuh di layar ponsel yang buram oleh perasaan campur aduk ku.

Tak butuh waktu lama, balasan dari Reza kembali masuk.

“Ayok geh, gua lagi pengen.”

Aku menatap layar ponsel dengan dada bergetar. Lagi-lagi kata-kata itu keluar, seolah aku bukan manusia yang punya hati, tapi hanya pelampiasan nafsu semata.

Dengan sisa keberanian yang ku punya, aku mengetik balasan.

“Gua masih pengen main-main dulu sama yang lain.”

Tanganku gemetar, bukan karena ingin menyakitinya, tapi karena hatiku terlalu lelah ditindas.

Namun Reza tak menyerah. Balasan darinya muncul lagi, membuat dadaku semakin sesak.

“Gua pengennya sekarang, gimana dong?”

Aku terdiam. Bukan karena bingung, tapi karena sadar,paksanya bukan karena cinta. Semua ini hanya karena aku selalu tunduk, dan dia tahu itu.

Aku pun membalasnya dengan tegas:

“Denger ya, Reza, siapapun lo,denger! Lo emang kenal gue secara virtual, tapi walaupun gue gak pernah ngepoin akun sosmed lo atau diri lo, lo suka datang ke mimpi gue. Kayak hama bunga tidur, tau gak?”

Terus dia membalas, seolah mengabaikan kata-kataku yang sudah kutulis panjang:

“Udah berdiri ini, ayok.”

“Emangnya gue cewek apaan?”gumamku dalam kamar kala itu.

Hatiku serasa diremuk oleh kenyataan. Kenapa dia begitu tega memperlakukanku seolah aku bukan manusia yang punya hati dan rasa? Setiap kata darinya menorehkan luka baru, membuatku sadar kalau aku hanya dianggap permainan, bukan cinta.

Aku menatap layar ponselku yang terus bergetar, dan di sana ada namanya,nama yang sering ku puja sebagai cinta terakhirku.

Aku pun membalas, dingin tapi penuh luka:

“Sama cewek lain aja.”

Dia membalas seketika, nada panik dan memaksa:

“Ayok geh, gua udah gak kuat.”

Dada ini sesak. Dengan perasaan yang makin memuncak setengah marah, setengah terluka aku mengetik lagi, suaraku nyaris pecah:

“Gua di sini sakit hati sama lo. Tapi pikiran lo malah mesum kaya gitu.”

Dia menjawab, seolah tak pernah merasa bersalah, hanya ingin memaksa keinginannya:

“Ayok cepet. Udah, gak kuat gua.”

Hatiku berputar antara harga diri yang tersayat dan rinduku yang masih tersisa ,aku menulis dengan logika yang setengah waras, setengah tak sadar:

“Gini aja, bisa diundur besok nggak? Gua janji bakal nurut sama lo seterusnya, asalkan lo nggak bikin gua kecewa.”

Pesan itu kukirim bukan karena aku rela, melainkan karena aku lelah bertahan di ambang kehancuran.

Di balik jari yang mengetik ada tangis yang tak tertahan janji yang kubuat bukan untuk menambal hatinya, tapi untuk menahan keping-keping yang tersisa dari harga diriku sendiri.

Dia pun membalas:

“Udah ayok cepetan. Gak bisa besok, ayok sekarang.”

Aku menatap layar ponsel dengan getir, bibirku bergetar menahan kata yang akhirnya terucap lirih, “Egois…” gumamku seorang diri.

Dengan sisa tenaga dan hati yang remuk, aku membalas pesannya:

“Sayang, plis kasih gua kesempatan terakhir buat ngundur ya.”

Namun balasan darinya tetap saja menusuk, tanpa sedikitpun peduli pada hatiku yang sudah terkoyak:

“Gak bisa. Ayok sekarang.”

Aku terdiam lama, menatap pesan itu berulang kali.

Tanganku gemetar, jantungku berdegup kencang.

"Kenapa sih lo segini egoisnya, Reza?

Apa hatiku gak pernah lo lihat sama sekali?"Air mata menetes tanpa izin, jatuh membasahi layar ponsel.

Aku tahu kalau aku menurut sekarang, itu artinya aku kalah.

Tapi kalau aku menolak, aku takut kehilangan dia untuk selamanya.

Aku menutup mata rapat-rapat, berusaha menenangkan diri.

Namun semakin aku mencoba, semakin terasa luka ini menganga.

"Apa aku harus tunduk, demi cinta terakhirku?"

"Atau aku harus melawan, demi diriku sendiri?"gumamku penuh perasaan gelisah.

Hening.

Tak ada jawaban.

Hanya hatiku yang berperang dengan dirinya sendiri.

Terkadang aku bertanya pada diriku sendiri…

"Apakah semua ini terjadi karena aku bukan sosok yang Reza inginkan?,Apakah karena aku tidak secantik gadis-gadis yang pernah singgah dalam hidupnya?"

Aku teringat pada Dinda, mantan Reza yang begitu memesona,hingga aku merasa seolah tak pernah cukup di hadapan bayangannya.

Lalu aku pun bertanya lagi,

apakah masih ada kemungkinan Reza benar-benar mencintaiku suatu hari nanti?

Atau justru sejak awal cintaku hanyalah sebuah fatamorgana,sebuah kisah bertepuk sebelah tangan yang perlahan menggerogoti hatiku.

Aku terduduk di ujung ranjang, tubuhku tergulung dalam selimut tipis, dan suara isakanku pecah seperti gelas yang retak. Tangisku bukan lagi sekadar air mata ia tersedu, berlompatan, merobek setiap harapan yang pernah kusimpan.

Rasanya aku hancur, benar-benar tak ada sandaran,langit-langit kamar jadi saksi bisu, dan bantal menampung jeritan yang tak berani kubiarkan keluar.

Kulit pipiku panas, napas tersengal. Di kepalaku berputar seribu kata.

"kenapa aku bodoh, kenapa aku bertahan, kenapa aku memberi sampai lupa menjaga diri sendiri? Semua pertanyaan itu tak sekalipun menemukan jawaban yang menenangkan. Hanya ada hampa yang menganga, seolah bagian dari diriku terangkat dan ditinggalkan di awang-awang oleh lelaki yang kusebut cinta terakhir”

Tibak tibak,Notifikasi itu menyala lagi, sederet huruf pendek yang selalu sama tuntutan yang dipaksa jadi bukti cinta.

“Cepetan ayok, kalau lo sayang ya buktiin.”

Aku menatap layar, bibir mengerucut sampai terasa pahit. Senyum getir muncul, lalu hilang.

"Buktiin? Bukankah aku sudah membuktikan semuanya sejak lama waktu, tubuh, malam-malam tanpa tidur, harapan yang kubangun sendiri? Lalu apa yang sudah ia buktikan untukku? tidak ada"ucapku dalam Hampa.Kesunyian yang dibungkus kata kasar.

Napasku melebar. Dada ini sesak, dan aku sendiri tak tahu apa yang harus aku lakukan,jika aku tunduk dia terus menginjak injak harga diriku,jika aku tidak dia akan meninggalkan ku.

1
Maira_ThePuppetWolf
Ceritanya bikin aku merasakan banyak emosi, bagus bgt thor! 😭
Luna de queso🌙🧀
keren banget thor, aku suka karakter tokohnya!
PsychoJuno
Lanjutkan kisahnya segera ya, thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!