Hidup bersama dengan keluarga yang tidak peduli dengan kehadirannya, kemudian memiliki seorang adik yang akhirnya meninggal dunia dan menjadi kesalahannya. Ditinggal pergi oleh orang tuanya karena dianggap pembawa sial, lalu hidup sendirian dalam rasa bersalah pada apa yang bukan menjadi kesalahannya. Hidup dengan keras hingga membuatnya lupa akan arti kebahagiaan, akankah suatu saat Cassie menemukan kebahagiaannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gemini Pride, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Memeluk Diri Sendiri
Sepanjang hidupnya, Cassie selalu menjauhkan dirinya dari orang asing. Dia tidak pernah memiliki keinginan untuk menjalin hubungan dalam bentuk apa pun, jika ada yang mendekatinya maka secara otomatis dia akan membangun tembak dengan orang tersebut.
Cassie selalu menjauhkan diri dari hubungan seperti itu, dia tidak mau terlibat emosi dengan siapa pun.
Saat keluarganya Evelin pertama kali membawanya ke rumah mereka, Cassie seakan membangun tembok yang sanga tinggi dengan mereka. Meski dia merasakan kehangatan saat bersama dengan mereka, tapi setelahnya akan selalu ada ketakutan menyelimuti dirinya.
Pikirannya selalu mengingatkannya untuk tidak terlena pada kehangatan itu, bagaimana kalau kehangatan itu hanyalah semu? Bagaimana jika suatu saat terjadi sesuatu karenanya dan mereka akan meninggalkannya, sama seperti yang dilakukan oleh orangtuanya.
Cassie selalu menutup dirinya pada dunia luar, kelihatannya saja dia menjalani hidupnya dengan tenang namun dalam pikirannya seakan-akan dia sedang berperang.
Di saat dia merasa senang akan sesuatu, maka saat itu pula dia akan selalu diingatkan dengan segala sesuatu yang dikatakan oleh ibunya padanya.
Dalam sepuluh tahun ini, tidak pernah dia merasa tenang dalam hidupnya. Terlihat dengan jelas bagaimana dia selalu dihantui oleh mimpi buruk yang membuatnya kesulitan untuk tidur, pikirannya terlalu kacau untuk membuatnya bisa tidur dengan nyenyak.
~ ~ ~
Saat bersama dengan Jackson, ada beberapa kali Cassie merasakan perasaan tenang dan aman. Dia merasa seperti terlindungi dari segala hal yang mengancam ketenangan dirinya, namun sama saja seperti sebelumnya. Dia takut untuk membuka dirinya lebih lanjut, dia takut kalau perasaan aman itu akan membuatnya terluka.
Selama beberapa waktu ini, Cassie merasa sangat senang ada beberapa orang yang berada di sekitarnya. Dia ingin berbaur dan beradaptasi dengan baik, namun karena tidak terbiasa melakukannya pun hanya membuatnya merasa canggung.
Apalagi dia khawatir mereka akan merasa tidak nyaman jika dia terlalu berlebihan berinteraksi, kembali lagi ketakutan dalam pikirannya yang lebih mengontrol dirinya.
Namun saat bersama dengan Nadira, padahal mereka baru saja bertemu tapi entah kenapa dia juga perasaan aman dan tenang seperti halnya saat dia bersama dengan Jackson.
Karena itulah dia berkata menyukai karakternya Nadira, entah karena orangnya yang sangat lugas atau karena mengingatkannya saat bersama dengan Jackson.
. . .
"Kamu sesuka itu pada bibi ku?" tanya Jackson yang keheranan dengan tingkah lakunya Cassie sejak berpisah dengan bibinya.
"Hanya saja saat bersamanya aku merasakan hal yang serupa saat bersama mu, dia seperti seorang kakak yang akan selalu melindungi adiknya. Tidak seperti ku yang terlalu kekanak-kanakan dan tidak bisa melindungi adik ku karena hal yang sepele" ucap Cassie, seketika ekspresinya langsung berubah.
Setiap perubahan ekspresinya itu tidak pernah luput dari pandangannya Jackson, dia pun bisa merasakan kesedihan yang tersirat dari ucapan yang dilontarkan oleh Cassie.
"Saat itu kamu hanyalah seorang anak kecil yang masih sangat membutuhkan perhatian dari orang tua mu" ucap Jackson.
"Benar juga! Jika saat itu posisinya terbalik, jika kedudukan ku adalah seorang adik. Dia pasti akan melindungi ku dengan baik kan?" ucap Cassie.
"Setiap kakak yang ada di dunia ini pasti sangat menyayangi adiknya dan ingin melindunginya kan? Aku yakin kamu juga pasti begitu, kamu pasti sangat menyayangi adik mu karena dia adalah adik mu" ucap Jackson.
"Kamu salah!" celetuk Cassie.
Mendengar celetukan itu, Jackson pun mengernyitkan keningnya. Keadaan di dalam lift itu terlalu senyap untuk mereka, seketika bunyi desiran mesin yang mengoperasikan lift itu terdengar dengan jelas.
"Dulu karena orang tua ku yang hanya memfokuskan perhatian mereka pada ibu ku membuat ku sangat iri dan sangat marah padanya, saat itu aku bahkan sampai menyumpahinya untuk mati. Karena itu, aku bukanlah kakak yang baik" ucap Cassie.
"Kalau begitu, apakah kamu merasa sedih setelah mengatakan itu?" tanya Jackson.
"Yah! Aku merenungkan diri setelah dipukul oleh ibu ku karena sudah berkata begitu, aku mendapatkan diri ku sangat menyesal setelah berkata begitu. Apalagi setelah melihat ekspresi yang ditampilkan oleh adik ku, jadi mengingat semua itu pun membuat ku tidak bisa masuk dalam kategori kakak yang baik. Apalagi memang benar adanya kalau aku adalah penyebab kematian adik ku, jika saat itu aku tidak mementingkan keinginan ku di hari ulang tahun ku. Jika saat itu aku tidak mengiyakan ajakannya Eve untuk pergi bermain ke luar, jika saat itu aku tidak meninggalkan ruangan itu. Maka semua itu tidak akan terjadi, adik ku... Seharusnya dia tidak mengalami hal itu" ucap Cassie.
Mendengar segala ucapan yang dikatakan oleh Cassie pun membuat Jackson terdiam dan menatapnya dengan sendu.
"Sie? Dari kejadian saat itu, harusnya yang paling terpukul adalah kamu kan? Yang paling terluka adalah kamu kan? Penyesalan yang tidak bisa dihilangkan sepanjang hidup mu, kematian tragis yang selalu membayang-bayangi hidup mu. Semuanya itu membuat mu sangat menderita, segala ujaran kebencian dari orang tua mu semakin membuat mu terluka. Padahal saat itu kamu butuh sekali dirangkul, namun yang mereka lakukan justru berpaling dan meninggalkan mu" ucap Jackson.
Cassie hanya diam saja, benar juga! Jika diingat kembali, saat itu dia sangat ketakutan dan sangat butuh kehangatan. Dia sangat ingin ditenangkan oleh orang tuanya, namun mereka malah bersikap dengan dingin padanya. Dia butuh pelukan hangat dari orang tuanya, namun dia hanya bisa memeluk dirinya sendiri kala itu.
"Yah! Aku tidak masalah, aku bisa memeluk luka ku sendiri! Penderitaan yang kamu katakan itu, tidak masalah sebab sudah cukup membayar perbuatan ku itu. Jika diingat lagi, adik ku itu sangatlah menyayangi kakaknya. Jika orang tua kami tidak begitu memperhatikan ku, justru dia lah yang akan merasa paling sedih. Dia selalu berkata ingin cepat tumbuh dewasa supaya bisa membahagiakan kakaknya, hah! Benar-benar hanya ucapan yang bisa dilakukan oleh seorang anak kecil" ucap Cassie sembari terkekeh.
Cassie tertawa, namun terlihat dengan jelas kalau tawanya itu terlalu tercampur dengan kepahitan dan luka.
"Jangan bertingkah kuat seperti itu, aku tahu kalau kamu sangat rapuh di dalam. Aku tahu kamu benci terlihat lemah di depan orang lain, tapi hanya di depan ku saja kamu bisa bersikap lemah. Kamu bisa menunjukan segala sisi mu yang tidak mau kamu tunjukan pada dunia, aku akan merangkulnya dan memeluk segala kerapuhan itu. Kamu memang bisa memeluk luka dan kerapuhan mu itu, namun sampai kapan tangan kecil nan lemah ini bisa memeluk luka dan kerapuhan mu itu sendiri? Aku bisa menopang tangan kecil mu itu untuk memeluk kerapuhan mu hingga tidak terjatuh, cobalah untuk percaya pada hal itu" ujar Jackson.
"Kau... Berhentilah sok tau!" ucap Cassie dengan kesal, tanpa sadar dia meneteskan air matanya.
Entah apa yang membuatnya menangis, apakah karena ucapanya Jackson yang membuatnya kesal atau karena ucapannya itu menghangatkan hatinya.