NovelToon NovelToon
The War Duke'S Prison Flower

The War Duke'S Prison Flower

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Dark Romance
Popularitas:7.1k
Nilai: 5
Nama Author: Luo Aige

Putri Rosella Lysandrel Aetherielle, anak bungsu Kerajaan Vermont, diserahkan sebagai tawanan perang demi menyelamatkan tahta dan harga diri keluarganya.

Namun yang ia terima bukan kehormatan, melainkan siksaan—baik dari musuh, maupun dari darah dagingnya sendiri.

Di bawah bayang-bayang sang Duke penakluk, Rosella hidup bukan sebagai tawanan… melainkan sebagai alat pelampiasan kemenangan.

Dan ketika pengkhianatan terakhir merenggut nyawanya, Rosella mengira segalanya telah usai.

Tapi takdir memberinya satu kesempatan lagi.

Ia terbangun di hari pertama penawanannya—dengan luka yang sama, ingatan penuh darah, dan tekad yang membara:

“Jika aku harus mati lagi,
maka kau lebih dulu, Tuan Duke.”

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Luo Aige, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Langkah yang tertahan

Pria berambut pirang itu berdiri tegak di hadapan semua orang. Sinar matahari yang menembus sela atap pasar membuat warna rambutnya seolah berkilau, berbeda jauh dari sosok-sosok kasar yang beberapa saat lalu hendak menghantam lelaki tua tak berdaya. Mata hijaunya tampak lembut, namun ada ketegasan yang tak bisa disangkal di balik tatapan itu. Begitu ia membuka mulut, hanya satu kata yang keluar—pendek, namun cukup kuat untuk membuat para preman yang barusan menyeringai itu mundur selangkah. Tidak ada teriakan, tidak ada ancaman, hanya ketenangan yang lebih menakutkan daripada amarah.

Wajah-wajah bengis yang tadi penuh keberanian seketika berubah pucat. Mereka sadar betul, orang ini bukan sembarang pejalan kaki. Dari balik kerumunan, tampak sebuah mobil tua berdesain khas bangsawan terparkir, dengan dua pengawal yang berdiri diam seperti patung, menunggu perintah. Cukup sekali melihat itu, keberanian para preman pun runtuh. Tanpa ada perlawanan, mereka saling pandang dan buru-buru menghilang, langkah mereka terburu-buru seakan jika tetap di sana, nasib buruk akan menimpa.

Rosella yang sedari tadi menahan napas segera berjongkok, meraih lengan lelaki paruh baya yang masih terjerembab di tanah. Jemarinya halus tapi mantap, berusaha mengangkat tubuh yang gemetar itu agar kembali berdiri. Wajahnya tegang, penuh kepedulian, seperti seorang putri yang lupa akan derajatnya dan hanya melihat penderitaan di depannya. Lelaki tua itu mendongak dengan mata berair, suaranya pecah ketika ia mengucapkan terima kasih. “Nona, kau telah menolongku ... aku tak tahu apa yang akan terjadi bila kau tak datang.”

Feya yang semula menahan diri di balik kerumunan, begitu yakin suasana sudah aman, melangkah mendekat. Napasnya masih agak terengah, namun matanya cepat memandang Rosella dari kepala sampai kaki. “Kau tidak terluka, kan?” tanyanya, nada suaranya lebih lega daripada cemas, seolah ingin memastikan temannya baik-baik saja setelah kejadian mendebarkan itu.

Rosella menggeleng pelan, senyum tipis muncul walau detak jantungnya masih berpacu. Ia kemudian menoleh pada pria pirang yang kini hanya diam memperhatikan. Ada rasa ingin tahu, ada pula penghargaan yang ia sembunyikan di balik sikapnya yang tenang. Dengan hati-hati, ia bertanya pada lelaki tua itu, “Apa yang sebenarnya terjadi hingga mereka tega memperlakukanmu seperti itu?”

Lelaki tua itu menunduk, menarik napas panjang sebelum bercerita. Kata-katanya mengalir lirih, setiap kalimat membawa beban berat yang sulit dibayangkan. Ia bercerita tentang pekerjaan yang hilang, tentang bagaimana ia mencoba bertahan dengan berdagang kecil-kecilan di pasar ini, namun terus ditekan dan diperas oleh orang-orang berkuasa yang berlindung di balik otot para preman. Tentang anak-anaknya yang menunggu makan, tentang istrinya yang sakit di rumah, semua dituangkan begitu saja di hadapan Rosella.

Hati Rosella terhimpit. Ia menggenggam ujung gaunnya erat, matanya meredup. Sungguh, ia ingin menolong. Nalurinya mendorong untuk merogoh saku, mencari koin—sekecil apa pun, sekadar bukti bahwa ia bisa meringankan beban lelaki ini. Jemarinya menyusuri lipatan kain, namun yang ia rasakan hanyalah hampa. Saku kosong itu seperti ejekan, mengingatkan bahwa dirinya pun tak lagi memiliki apa-apa. Bibirnya terkatup, rasa getir menjalari dadanya.

Di saat keheningan itu, sebuah tangan muncul dari sampingnya. Gerakan tenang, tanpa keraguan sedikit pun. Pria pirang itu menarik lima keping koin emas dari dalam mantelnya, lalu menyodorkannya tanpa banyak kata. Cahaya koin itu memantul tajam, membuat lelaki tua itu menahan napas. “Ambilah,” ucapnya sederhana, namun sarat makna.

Lelaki tua itu langsung bergetar. Ia menunduk berulang kali, suaranya pecah karena haru. “Tuan, ak–aku tidak tahu harus berkata apa. Terima kasih … terima kasih banyak.” Ucapan itu mengalir deras, seperti air yang tak terbendung. Ia meraih koin emas itu dengan kedua tangannya yang kasar, seakan benda kecil itu adalah kehidupan baru baginya.

Senyum pria pirang itu tetap hangat. Ia menepuk pelan bahu lelaki tua itu, bukan dengan sikap tinggi hati, melainkan seperti seorang saudara yang ingin menenangkan. “Pulanglah. Obati lukamu. Anak dan istrimu menunggu di rumah,” katanya lembut, namun tegas, seolah tak memberi ruang untuk penolakan.

Lelaki tua itu mengangguk dalam-dalam, matanya berair. Ia membungkuk sekali lagi, lalu melangkah pergi dengan langkah tertatih, namun kali ini penuh harapan. Kerumunan di pasar memberi jalan, beberapa bahkan menunduk hormat pada pria pirang itu tanpa berani mengucap sepatah kata pun.

Rosella menatap punggung lelaki tua itu yang perlahan hilang di antara kios-kios, hatinya masih tercekat. Feya berdiri di sampingnya, menghela napas panjang, merasa lega semua telah berakhir. Sementara itu, tatapan Rosella kembali beralih pada pria berambut pirang yang masih berdiri tegak, seolah kepergian lelaki tua itu hanyalah bagian kecil dari sesuatu yang lebih besar yang ia ketahui. Matanya tetap hangat, tapi Rosella bisa merasakan sesuatu yang jauh lebih dalam tersembunyi di balik ketenangan itu.

Pria itu menatap Rosella sejenak, sorot matanya begitu teduh. “Siapa nama nona?” tanyanya, suaranya tenang tapi jelas.

“Rosella,” jawab gadis itu singkat.

Belum sempat Rosella balik bertanya, pria itu sudah tersenyum tipis sembari mengulurkan tangannya. “Lojareth,” ucapnya sambil menatapnya lurus.

Rosella sempat terdiam, ada perasaan ragu di matanya. Namun akhirnya ia balas mengulurkan tangan, senyumnya kaku, seperti ditahan. Feya yang berdiri tak jauh hanya bisa ternganga, meski dalam hati hampir menjerit melihat pemandangan itu.

“Bagaimana bisa seorang gadis sepertimu berani menantang para preman pasar?” Lojareth kembali bersuara setelah melepaskan genggaman itu. “Kalau aku tidak menahan pukulannya, apakah wajahmu juga akan menjadi korbannya?”

Rosella hanya tersenyum kecil, tanpa menjawab langsung. Ia mengangkat sedikit tangannya, memperlihatkan sebuah jarum tipis yang sejak tadi tersembunyi di balik lengannya. Jarum itu berisi cairan beracun—tidak mematikan, hanya cukup membuat lawan seketika tak berdaya, tubuhnya melemah dan ruam muncul mendadak di kulit.

Tatapan Lojareth mengikuti gerakan itu, lalu ia terkekeh pelan. “Hm … rupanya aku yang salah menilai. Maafkan aku, sepertinya aku meremehkanmu.”

Rosella menunduk tipis, matanya berbinar samar. Sebuah senyum kecil lolos dari bibirnya, lalu entah bagaimana tawa ringan muncul, diikuti oleh tawa singkat dari Lojareth. Keduanya terjebak dalam percakapan singkat yang terasa ringan, seakan ketegangan pasar yang barusan pecah hanyalah gangguan kecil yang sudah lewat.

~oo0oo~

“Jangan bilang kau sudah bosan dengan semua toko perhiasan itu, Lucien?” Albrecht terkekeh kecil, melirik adiknya yang berjalan agak lamban di belakang.

Lucien menukas sambil mengibaskan tangan, “Bosan? Tidak. Aku hanya tidak mengerti bagaimana orang bisa betah memilih gelang berjam-jam. Aku lebih suka … hm, kue madu di pojok jalan.”

Albrecht mendengus, menahan senyum. “Kue madu? Kau memang tidak pernah berubah. Selalu soal makanan.”

Lucien sempat membuka mulut lagi untuk membalas, tetapi sebelum kata-kata keluar, langkah Orion yang berada di depan mereka tiba-tiba berhenti. Selena, yang setia di sampingnya, juga terhenti mendadak dan menoleh penuh tanya.

“Kakak, ada apa?” bisiknya hati-hati.

Orion tidak menjawab. Pandangannya menembus keramaian, lurus ke arah seseorang.

Lucien mengikuti arah tatapan itu, lalu matanya membesar. “Ah! Bukankah itu kakak kedua, Lojareth?” serunya lantang, wajahnya berbinar antusias.

Albrecht sempat mengerutkan kening, lalu mengangguk perlahan. “Kau benar. Itu memang dia. Tapi … dengan siapa dia di sana?”

Belum sempat mereka saling bertukar komentar lebih jauh, Orion sudah bergerak. Langkahnya panjang dan cepat, meninggalkan Selena yang sesaat bingung sebelum akhirnya ikut menyusul. Lucien dan Albrecht saling pandang dengan ekspresi setengah terkejut, setengah penasaran.

“Lucien, sejak kapan Orion begitu sigap begitu melihat Lojareth?” gumam Albrecht rendah.

Lucien mengangkat bahu sambil berbisik, “Entahlah. Bukankah mereka tidak begitu dekat? Bahkan jarang berinteraksi.”

Namun, rasa ingin tahu mengalahkan keraguan mereka, sehingga keduanya memilih mengikuti dari belakang.

“Hey, kakak kedua! Lojareth!” panggil Albrecht akhirnya, suaranya cukup keras menembus riuh pasar.

Lucien pun menimpali dengan nada riang. “Kami bahkan nyaris tidak mengenalimu dari jauh!”

Lojareth menoleh, sedikit terkejut mendengar suara mereka. Rosella yang berdiri di sampingnya ikut menoleh, dan justru terperanjat ketika pandangannya bertemu dengan sosok tinggi berwibawa yang mendekat cepat—Duke Orion.

“Kakak, apa yang kau lakukan di sini?” tanya Selena begitu berhasil merapat, nadanya agak tercampur heran.

Lojareth tersenyum ringan, menjawab santai, “Hanya berjalan-jalan mengelilingi pasar. Menikmati suasana.”

“Duke Orion.” Lojareth menyapa, kemudian berkata, “kau juga sedang berkeliling, rupanya?”

Namun tidak ada jawaban. Orion tidak sedikit pun menoleh kepada para sepupunya. Tatapannya tetap terikat pada Rosella, seakan hanya ada gadis itu di tempat ramai ini. Ada sesuatu yang berat dan sulit diuraikan dalam pandangannya—semacam rasa yang bahkan dirinya sendiri belum bisa artikan, sebuah ketidakrelaaan yang samar tapi nyata.

Feya yang gugup sejak tadi langsung menunduk dalam-dalam. “Tuan Duke,” sapanya lirih, mencoba menjaga tata krama meski detak jantungnya berantakan.

Sorot mata Lojareth sempat menyipit, memperhatikan interaksi itu seakan mereka saling terikat, tetapi ia memilih diam.

Rosella merasa dadanya mengeras oleh suasana yang mendadak aneh. Ia buru-buru mencari celah. “Tuan, maaf sepertinya aku harus segera pergi karena ada pekerjaan yang harus aku lakukan, permisi,” ucapnya terhadap Lojareth sambil menarik perlahan pergelangan Feya, hendak menjauh. Pria itu mengangguk dengan senyuman.

Namun baru beberapa langkah, suara Orion terdengar, berat dan dingin, menahan langkah mereka.

“Bukankah tidak terlalu sopan jika kau tidak menyapa tuan rumahmu sendiri, Rosella?”

Kalimat itu jatuh seperti bilah pedang. Rosella refleks menghentikan langkahnya, tubuhnya kaku. Perlahan ia menoleh, mendapati tatapan Orion masih menancap padanya tanpa sedikit pun bergeser.

.

.

.

Bersambung ....

Aduh, takutnya🙈

1
yumin kwan
lah.... salah rose sndr, yang ceroboh.... kok Orion yg disalahin... uda baik Orion ga lampiaskan ke rosella
yumin kwan
penasaran..... apa isi surat yg ditulis rosella
yumin kwan
tetap kutunggu💪
yumin kwan
belum tau alurnya akan ke mana.... siapa lagi tuh tokoh barunya??
yumin kwan
Duke... itu cemburu namanya.... jealous....
masak gitu aja ga ngerti 😁
ronarona rahma
/Good/
yumin kwan
jgn digantung ya Kak.... pliz.... sampai selesai di sini.
Dimas Rizky Aditya: di tunggu
total 2 replies
Tsuyuri
Nggak sabar nih, author update cepat yaa!
Dimas Rizky Aditya: author nya lagi galau jadi agak lama the next nya berlanjut ya
total 2 replies
Marii Buratei
Gila, endingnya bikin terharu.
Xuě Lì: Aaa! makasih🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!