Satu kesalahan ku yang sangat aku sekali dalam kehidupan ini. Yaitu memaafkan sebuah pengkhianatan. Pengkhianatan yang akhirnya membawa ku jatuh menjadi wanita yang hidup pada masa lalu karena sakitnya sebuah pengkhianatan.
Suami ku adalah dalang dari rasa sakit ini. Dengan alasan anak aku mencoba untuk bertahan. Namun pada akhirnya aku tak sanggup lagi hidup dalam bayang-bayang rasa sakit dikhianati,dan diam-diam aku membuat sebuah keputusan besar yang tak pernah disadari oleh suami ku.
Ingin tahu keputusan besar apa yang akan diambil ? hai readers tercinta,silahkan membaca kelengkapan alur cerita ini sampai selesai ya ? Aku yakin kalian pasti akan terhibur. Selamat membaca 😘
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kinly Secret, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 28 Terlihat Semakin Dekat Tanpa Malu
Bibi Zahra memang sangat bertanggung jawab. Terbukti dengan caranya menepati janji pada diri ku dan Kinara. Hari ini kami kembali menemani Kinara ke Time Zone sesuai dengan janji bibi Zahra.
Kinara terlihat mencoba hampir seluruh wahana permainan yang ada di sana. Aku sampai kelelahan mengikutinya. Akhirnya bibi Zahra yang tak tega,mencoba mengantikan ku untuk menemani Kinara bermain.
"Haus Ma." Akhirnya Kinara menyudahi permainannya dan ingin minum. Aku pun memberikan botol minuman putri ku itu yang memang sudah aku siapkan dari rumah.
"Lapay Ma." Kali ini Kinara ingin makan. Dan karena tak membawa bekal akhirnya aku memilih untuk pergi dari Time Zone. Dan atas keputusan bibi Zahra kami bertiga pun makan di restoran. Bibi Zahra begitu memanjakan Kinara dengan menyuruh putri ku memilih dua menu makanan kesukaannya. Tak lupa juga minuman anak-anak yang disukai.
Saat sedang asik menikmati makanan dan minuman segar,tanpa sengaja mata ku menangkap sosok Mas Dani dan ibunya yang kini berada di meja lain tak jauh dari tempat kami makan. Sepertinya mereka baru saja tiba karena terlihat belum ada makanan dihadapan mereka.
"Lihat apa key ?" Tanya Bibi Zahra dan langsung mengikuti arah pandangan ku.
"Oh,mereka ? Jadi udah go publik ya ?" Perkataan bibi Zahra membuat ku bingung . Go publik ? Maksudnya ....? Namun tanpa bertanya segera ku layangkan pandangan kembali ke arah suami ku dan mama mertua.
Dan... Ternyata sudah ada Asna. Jadi ini yang dimaksudkan oleh bibi Zahra tentang go publik. Terlihat Mas Dani dan Asna duduk berdempetan layaknya suami istri serta terlihat sangat mesra. sedangkan mama mertua duduk berhadapan dengan kedua insan yang belum halal tersebut. ketiganya tak menyadari akan keberadaan diri ku bersama bibi Zahra.
"Memang luar biasa keluarga suami mu itu key. Nggak punya hati. Anak dan cucu sendiri dilupakan. Malah ajak wanita lain yang belum sah makan bersama mereka. Sungguh nggak punya pikiran." Omel bibi Zahra merasa kesal dengan pemandangan di depan matanya.
"Biarkan saja Bi. Kita lihat saja apa yang terjadi ke depannya." Gumam ku pelan. Saat ini yang aku pikirkan adalah semoga putri ku tak melihat ayah dan neneknya di sana. Aku tak ingin terjadi keributan di depan orang banyak.
"Bi,kita harus segera pulang. Aku tak ingin Kinara melihat ini." bisik ku ke telinga bibi Zahra yang kebetulan duduk berdekatan dengan ku. Sedangkan putri ku Kinara sedang asik menikmati makanannya sambil menonton kartun kesukaannya.
Bibi Zahra mengangguk setuju. Namun matanya tak lepas dari pemandangan di depan matanya. Di mana saat ini Mas Dani sedangkan menuangkan makanan ke dalam piring makan sang kekasih. Sungguh romantis. Hal yang sering ia lakukan terhadap semua wanita yang ia dekati,namun tidak pada istrinya.
"Ck..ck..ck... Dasar buaya. Lupa sama air. Nggak ingat dia sama anak dan istrinya." Bibi Zahra terus berkomentar dengan apa yang dilihatnya.
"Biarkan saja Bi. Biarkan mereka menikmati keindahan cinta hanya untuk beberapa waktu sebelum rasa sakit datang menyerang." Balas ku sambil tersenyum sinis,serta menatap penuh rasa jijik terhadap kedua manusia berlainan jenis yang sedang di mabuk cinta hingga lupa dengan segala hal.
Akhirnya kami bertiga telah selesai mengisi perut hingga kenyang. Dan saat akan meninggalkan meja makan,barulah Mas Dani menyadari akan keberadaan ku di sana. Terlihat ia sedikit terkejut dan mulai sedikit menggeser tubuhnya. Namun terlambat. Aku sudah melihat semuanya. Lagipula,untuk apa lagi menutupi semuanya ? Sekarang telah terbukti siapa yang sebenarnya bersalah. Belum ada bukti perceraian,ia sudah jalan bersama wanita lain.
ku lirik sebentar ke arah Mas Dani,terlihat Mas Dani berbicara pada ibunya. Dan seketika mama mertua melihat ku. Aku tersenyum dingin dan langsung pergi meninggalkan tempat tersebut. sedangkan Asna si wanita tak tahu malu itu,entalah. Aku tak tahu lagi dengan apa tanggapannya ketika mengetahui bahwa sang istri sah dari pria di sampingnya juga melihat perbuatannya. Aku rasa ia pasti tak perduli. Wanita seperti itu mana bisa merasa malu.
Tiba di rumah bibi Zahra aku langsung menyibukkan diri pada aplikasi berbayar yang sedang aku tekuni sambil menemani Kinara yang tertidur pulas. Dua jam sudah bertekur dengan pekerjaan ku,hingga bunyi taksi memasuki halaman rumah mas Dani mengalihkan pikiran ku yang sedang serius memikirkan ide.
Rasa penasaran yang begitu besar membuat ku mengintip. Dari dalam kamar bisa ku lihat tak hanya Mas Dani dan Mama mertua yang turun. Ternyata Asna pun ada. Rupanya wanita itu tak langsung pulang ke rumahnya.
Ku lihat mama mertua menggandeng tangan calon menantu barunya itu dengan wajah bahagia. Perlakuan yang tak pernah aku dapatkan. Ada sedikit rasa iri di dalam hati karena melihat Asna diperlakukan dengan baik oleh mama mertua. Namun bukan berarti aku ingin kembali bersama Mas Dani dan keluarganya. Hanya saja aku merasa semuanya tak adil.
Sepertinya baik Mas Dani dan Mama mertua sudah terang-terangan mengajak Asna ke rumah tanpa takut aku melihat mereka. Mungkin karena tadi sudah ketahuan sehingga mereka tak ingin lagi menutupi semuanya. Dan inilah yang dikatakan Bibi Dani. Mereka sudah go publik.
"Hahhh ....biarkan saja. Mungkin Tuhan akan memberikan hal yang lebih indah dari itu." Gumam ku pelan mencoba menghibur diri dengan keyakinan bahwa suatu saat nanti aku akan bahagia. Untuk apa terus mengharapkan kebahagiaan dari pria dan keluarga yang tak bisa menghargai ku ? Aku berhak mendapatkan yang lebih baik dari mereka.
Saat sedang sibuk dengan pekerjaan ku,tiba-tiba masuk sebuah notifikasi chat dari Mas Dani.
"Aku sudah mengajukan gugatan cerai ke pengadilan. Aku harap kamu tak menyulitkan ku. Dan dari sekarang katakan saja apa yang kamu ingin kan agar semuanya berjalan lancar." Bunyi chat dari Mas Dani yang langsung aku baca. Sungguh sebuah tawaran yang aku inginkan. segera ku balas isi pesan tersebut dengan hati yang senang.
"Hanya satu Mas. Hak asuh Kinara harus sama aku." Balas ku dan langsung ku kirim.
Dan tak menunggu lama,Mas Dani langsung membalas.
"Tentu saja. Kinara harus sama kamu. Aku kan sibuk bekerja. Sebagai seorang PNS aku punya tanggung jawab besar." Balas Mas Dani panjang lebar. Namun aku tak perduli. Aku hanya ingin bahwa ia setuju. Dan sungguh sangat menyenangkan. Ia tak mempermasalahkan sedikitpun dengan permintaan ku.
Aku tak lagi membalas pesan dari Mas Dani. Diri ku saat ini hanya tersenyum puas karena tetap bisa mempertahan Kinara.