Setelah kepergian Dean, sahabatnya, Nando dihadapkan pada permintaan terakhir yang tidak pernah ia bayangkan, menikahi Alea, istri Dean. Dengan berat hati, Nando menerima permintaan itu, berharap bisa menjalani perannya sebagai suami dengan baik.
Namun, bayangan masa lalu terus menghantuinya. Arin, wanita yang pernah mengisi hatinya, masih terlalu nyata dalam ingatannya. Semakin ia mencoba melupakan, semakin kuat perasaan itu mencengkeramnya.
Di antara pernikahan yang terjalin karena janji dan hati yang masih terjebak di masa lalu, Nando harus menghadapi dilema terbesar dalam hidupnya. Akankah ia benar-benar mampu mencintai Alea, atau justru tetap terjebak dalam bayang-bayang Arin?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon xxkntng, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
28. Breafing
"Kejutan apaan sih, Jo?" Alea menatap Jojo dengan kesal ketika wanita itu tiba-tiba menarik tangannya keluar dari lift dengan kasar.
Pintu lift terbuka lebar. Di depan mereka, beberapa karyawan sedang berdiri dan tampak tengah diberi briefing oleh Pak Cio, bagian SDM di perusahaan itu.
"Jadi, kantor kita bakalan kedatangan orang yang cukup terkenal yang bakal kerja sama dengan perusahaan kita," ucap Pak Cio, salah satu manajer SDM.
"Dia sama manajernya nanti bakal ngadain meeting sama Pak Gio di sini. Jadi, harapannya kita bisa nyambut dia dengan baik di kantor kita."
"Pak Gio udah datang?" tanya Jojo cepat.
"Udah, lagi siap-siap di ruangannya."
Jojo menyenggol lengan Alea pelan.
"Al."
"Apa?"
"Balikin jasnya ke Pak Gio," ucap Jojo dengan serius. "Buruan, Al."
"Tapi gue gak kenal sama Pak Gio, Jo. Gue gak kenal sama dia, sedangkan kemarin malam, dari cerita lo, gue ngelakuin hal yang memalukan banget. Sialan."
"Kayaknya gue bakal langsung dipecat detik itu juga kalau minta maaf."
"Justru lo bakalan dipecat kalau lo gak minta maaf dan gak balikin jasnya," ucap Jojo menakut-nakuti.
"Jo, Dhipa dipecat sama Pak Gio?" tanya Dona, rekan satu divisi mereka yang kebetulan ikut briefing.
Jojo yang awalnya terlihat santai, langsung membulatkan mata.
"Gak mungkin. Kemarin dia gak bilang apa-apa ke gue. Bahkan pamit juga enggak."
"Orang yang dipecat mana sempat pamitan, Jojo," kata Dona.
"Tapi dia salah apa sih, Don? Setahu gue, Pak Gio gak akan asal pecat orang kalau gak ada kesalahan fatal. Dhipa itu anak baik, meskipun agak brengsek dikit."
"Jo, gue ke ruangan Pak Gio dulu, ya. Gue mau balikin jasnya… sekalian minta maaf," ucap Alea akhirnya.
Jojo mengangguk tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.
Alea meraih tote bag yang berisi jas itu dan segera melangkah pergi. Tangannya gemetar saat mengetuk pintu ruangan bosnya itu.
Tok tok tok.
Tak lama, pintu terbuka.
Di sana berdiri seorang pria tinggi dengan setelan jas yang rapi, wajahnya serius.
"Permisi, Pak Gio. Saya Alea, anak magang... dari divisi keuangan," ucapnya pelan.
Gio mengangguk kecil, mempersilakan masuk tanpa berkata apa-apa.
Alea masuk dan berdiri kaku di hadapannya. Ia buru-buru mengeluarkan jas dari tote bag dan menyerahkannya.
"Ini... jas Bapak. Saya mau ngembaliin. Juga... saya mau minta maaf soal kejadian kemarin malam. Saya benar-benar gak bermaksud dan sadar kalau itu salah."
Gio menerima jas itu dan menatap Alea selama beberapa detik tanpa ekspresi.
"Duduk," ucapnya tajam.
"Sebenarnya saya gak punya banyak waktu hari ini," katanya, "tapi kita perlu bicara. Sekarang."
"Bicara soal apa, Pak?"
"Saya benar-benar minta maaf soal semalam..." Alea belum sempat menyelesaikan kalimatnya.
"Kamu ingat kejadian semalam?" tanya Gio langsung ke inti.
Alea menggeleng. "Gak, Pak. Saya beneran gak ingat apa-apa. Kata Jojo, saya minum terlalu banyak dan bikin onar. Tapi saya gak bawa alkohol ke kantor ini, saya berani sumpah ke Bapak."
"Kamu juga gak ingat kalau Dhipa melakukan hal yang gak pantas ke kamu kemarin malam?"
Alea langsung mengangkat wajah, menatap Gio dengan bingung. "Maksud Bapak... Pak Dhipa?"
Tanpa menjawab, Gio memutar layar laptopnya. Video dari CCTV terlihat jelas. Alea tampak mabuk, dengan Dhipa yang mendekat terlalu intim, tangannya menyentuh pinggang Alea, bahkan menariknya sedikit.
Alea refleks membulatkan matanya, syok.
"Lain kali, jangan gampang percaya sama orang," ucap Gio pelan, nadanya menggema di kepala Alea.
"Kalau semalam saya gak balik ke kantor buat ambil dokumen, mungkin Dhipa udah berbuat lebih dari itu... di kantor saya."
"Tapi sekarang kamu gak usah takut. Orang kayak Dhipa udah saya pecat."
"P-Pak... Dhipa dipecat?"
"Iya. Buat apa saya pertahankan orang yang bikin nama perusahaan saya jelek?"
"Saya gak akan biarkan tempat ini rusak cuma karena kelakuan bejat satu orang."
