Kiki seorang gadis desa yang sederhana memiliki kemauan untuk merubah hidupnya. Ia memutuskan pergi ke ibu kota dengan hanya berbekal tekadnya yang kuat.
Ibu kota dalam bayangannya adalah sebuah tempat yang mampu mengabulkan mimpi setiap orang nyatanya membuatnya harus berkali-kali menelan kekecewaan apalagi semenjak ia dipertemukan dengan seorang lelaki bernama Rio.
Apa yang terjadi dengan kehidupan Kiki dan Rio? apakah keinginginan Kiki akan terwujud?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sephta Syani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 28
" ayo masuk... " perkataan Rio membuyarkan lamunannya. Rio nampak sudah membuka pintu mobilnya untuk Kiki.
" terima kasih banyak Mas. " Kiki tersipu. Jika saja bukan malam mungkin ia akan malu karena wajahnya pasti sudah memerah.
Rio hanya mengangguk setelah Kiki masuk, ia segera menutup pintu dan bergegas menuju kursi kemudi, duduk disana dan memacu mobilnya meninggalkan halte menuju rumah Kiki.
Rupanya ada yang luput dari pandangan Kiki dan Rio di halte itu. Entah karena suasana yang gelap karena malam. atau mereka yang terlalu asik dengan dunia yang seakan milik berdua mereka luput memperhatikan siapa yang ada di halte. Dan sepasang mata tajam milik seseorang yang begitu dekat dengan mereka tak memalingkan pandangan sampai mobil yang ditumpangi Kiki dan Rio berlalu dan menghilang menembus gelapnya jalan malam.
Bulir bening menetes di sudut matanya. Ia begitu pedih melihat interaksi antara Kiki dan Rio.
" awas saja kalian.... "
***
~Beberapa hari kemudian~
Kiki dan Rio kini semakin dekat. Selama beberapa hati ini mereka sudah sering bersama karena Rio selalu mengantarnya pulang dan pasti langsung ngobrol di rumah Kiki. Kiki sendiri tak memungkiri bahwa perhatian Rio membuatnya sangat senang. Namun ia masih tahu diri untuk tak terlalu berharap lebih.
Hari itu seperti biasanya Kiki bekerja dengan senyum. Mengembang. Ia baru saja tiba di cafe. Kiki segera masuk ke ruang karyawan dan menyimpan tasnya serta bersiap bersama temannya yang lain untuk membersihkan cafe sebelum di buka.
Begitu ia bergabung dengan temannya. terdengar beberapa bisik bisik yang terasa mengusik di telinganya. Namun ia tak mau memperdulikannya. Ia fokus saja pada pekerjaannya. Tak lama, nampak Rio baru datang, ia masuk dan mengangguk menyapa karyawan yang sedang bekerja. Semua karyawan itu lantas membalas mengangguk pada Rio tak terkecuali Kiki.
Setelah Rio berlalu dan masuk ruangannya bisik bisik itu kembali terdengar namun kali ini pun Kiki memilih tak peduli tau mencari tahu apapun. saat cafe buka Kiki pun seperti biasa melayani pelanggan dengan cekatan. Rio yang melihat itu tentu tersenyum senang. Ia melihat memperhatikan Kiki sambil berdiri di luar ruangannya.
" Jangan senyum senyum sendiri nanti kesambet. " ucapan Dian mengagetkan Rio. Ia ingin menjawab namun Dian sudah berlalu meninggalkannya.
" Dian selalu saja tak sopan. " keluhnya. Ia pun melangkah hendak menuju toilet. Namun justru langkah Rio terhenti saat mendengar dua orang karyawannya yang sedang membersihkan cafe mengobrol dan menyebut namanya. Ia sengaja berhenti di tempat yang tak terlihat dan menguping pembicaraan kedua karyawannya itu.
" kabarnya pak Rio setiap malam mengantar jemput Kiki dan selalu menghabiskan waktu bersamanya. " ucap salah seorang karyawan.
" aku ga nyangka lo Kiki seperti itu. " ucap yang satunya.
" aku juga. Tapi tak heran juga sih dia kan anak baru, pasti cari muka tu. "
" ia sepertinya begitu. pak Rio pasti tergoda dengan kepolosan dia. Aku aja hampir tertipu dengan kepolosan Kiki. "
" padahal pak Rio kan selama ini tak mudah tergoda ko bisa ya dia dengan mudah luluh sama kiki yang berasal dari kampung. "
" entah lah.... " belum selesai mereka berbincang Rio masuk, dan berdehem dengan keras.
" ehem....... "
Kedua karyawan itu terlihat kaget, sejurus kemudian mereka nampak gugup dan malu. Rio seperti tak mendengar obrolan mereka. Ia segera melewati kedua orang itu. Saat Rio lewat mereka segera memberi hormat dan berlalu keluar.
" mati kita... Bagaimana kalau pak Rio mendengar pembicaraan Kita. Apa kita akan di pecat? " Rio masih bisa mendengar perkataan salah seorang dari karyawan itu terdengar ketakutan.
Ia menghela nafas. Dalam hati ia merasa kaget kenapa gosip bisa menyebar dengan cepat. Padahal selam ini ia yakin tak ada seorang karyawanpun yang pernah melihatnya mengantar Kiki.
" siapa yang membuat gosip seperti itu? "