Aurelia... seorang wanita cantik yang selalu hidup dengan penuh kesederhanaan, dia hidup bersama ibu dan juga neneknya di dalam kesederhanaan.
walaupun banyak cobaan yang datang, aurelia tidak patah semangat dalam menapaki kehidupan yang penuh liku. sampai pada akhirnya dia bertemu dengan seorang laki laki tampan yang membuat hatinya terpatri akan nama dan wajah tampan laki laki tersebut, akankah kisah aurelia akan berakhir bahagia...? jika penasaran dengan cerita ini...? ikuti ceritanya dari awal sampai akhir yaa... selamat membaca…
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Na_1411, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kecemburuan Yudistira.
“Kita berangkat sekarang…”
Yudistria tertegun melihat penampilan Aurelia yang terlihat sangat dewasa dari usianya, tatapan mata penuh kagum Yudistira arahkan ke penampilan Aurelia yang berada di depannya.
Dari ujung kepala sampai kaki tak luput dari pandangan mata Yudistira, sampai Yudistira tidak menyadari akan Aurelia yang berulang kali memanggilnya.
“Hei… kamu kenapa…?”
Aurel melambaikan satu tangannya ke depan wajah Yudistira yang masih menatap aurel tanpa berkedip sedetikpun, aurel yang terlihat kesal sampai menepuk kasar pundak Yudistira.
“Eh… iya, kenapa…”
Suara Yudistira terdengar terkejut merasakan tepukkan kasar dan terasa menyakitkan di kulit Yudistira yang setipis bayi bajang, Yudistira yang merasa malu memilih mengalihkan pandagannya.
“Kamu terpesona melihat penampilanku ya…”
Tebak benar aurel, sedangkan yudistria memilih berdiri dari tempat duduknya dan berjalan kedepan teras. Dia akan menangkan dirinya di depan teras sambil menunggu aurel keluar, selang lima menit Yudistira menunggu aurel keluar dengan penampilannya yang dapat membuat dunia Yudistira teralihkan.
“Yuk…”
Aurel berjalan mendahului Yudistira yang masih setia berdiri di tempatnya, melihat aurel yang akan masuk ke dalam mobil, Yudistira segera mengikutinya dari belakang.
Suasana hening terasa di dalam mobil yudistria, aurel yang tengah asik memandang pemandangan di samping jendela kaca mobil hanya terdiam. Sampai atensinya teralihkan merasakan getaran di dalam tas yang berada di atas pangkuannya, aurel segera menggambil nya dan melihat siapa yang telah menghubunginya.
“Angga.”
Senyum indah terlihat di kedua bibir aurel, yudistria yang sekilas melihatnya merasa kesal sendiri. Dia tahu siapa yang bisa merubah mood aurel saat ini, merasa tidak ingin mendengar kemesraan aurel dan angga, yudistria memilih menghidupkan audio di dalam mobilnya.
“Sayang… kamu dimana…? Aku ketuk berulang kali kog kamu nggak keluar keluar, memang kamu ada di mana…? Kamu nggak di rumah ya…”
Aurel teringat jika dia lupa belum menghubungi dan memberitahu angga jika dia akan membantu tama di perusahaannya.
“Maaf sayang, aku lupa memberitahu kamu kalau aku nggak berangkat ke kampus. Aku sepertinya dalam beberapa hari akan bekerja di perusahaan Saputra grup membantu kak tama menjadi sekertarisnya.”
Tanpa aurel sadari angga mengepalkan tangannya erat, dia sampai memukulkan kepalan tangannya di tembok rumah aurel.
“Kenapa kamu nggak kasih tahu aku, apa kamu …”
Angga tidak meneruskan ucapannya, dia memilih menghentikan ucapannya dari pada harus berdebat dengan aurel yang angga paham betul akan sifat aurel.
“Maaf, nanti kamu jemput aku aja ya saat aku pulang. Nanti aku jelaskan semuanya, oke…”
“Oke, baiklah, nanti kamu kabari aku aja.”
“Oke, love you…”
Aurel segera memetikan telponnya, dia sekilas melirik ke arah Yudistira yang masih fokus melihat ke arah depan. Aurel yang tidak ingin mengganggunya memilih mendengarkan audio yang di putar Yudistira tadi.
Mobil mewah Yudistira segera memasuki basecamp di perusahaan milik Saputra grup tersebut, seperti biasa yudistria akan memarkirkan mobilnya di tempat khusus miliknya.
Merasakan mobilnya sudah berhenti, aurel segera membetulkan penampilannya. Sedangkan Yudistira yang entah merasa kesal memilih turun dari mobil terlebih dulu, aurel pun segera turun dan mengikuti Yudistira yang akan meninggalkannya.
“Hei… hei.. yudistria… tunggu…”
Yudistria yang masih kesal tidak mengindahkan seruan aurel, di menekan tombol yang berada di samping pintu lift. aurel yang berjalan tergesa segera berdiri menunggu pintu lift terbuka di samping Yudistira.
“Kenapa sih kamu nggak nungguin aku.”
Tanya aurel terdengar ketus, Yudistira masih terdiam tak mau menggubris ucapan aurel. Dengan kesal aurel yang melihat Yudistira tidak meresponsnya mengikuti yudistria yang diam, dia memilih menutup mulutnya rapat dari pada sakit hati melihat sikap diam yudistria.
Pintu lift terbuka, yudistria segera masuk ke dalam di ikuti dengan aurel di belakangnya. Sepi dan hanya terdengar bunyi tombol dan suara pemberitahuan di dalam lift, aurel yang bderidi di belakang Yudistira hanya melihat tingkah pria tampan tersebut.
Ting… tanda jika mereka sudah sampai di lantai yang mereka tuju, yudistria segera keluar dan aurel masih setia mengikutinya.
“Hlo kog harus ke kantor yudistria, oh mungkin kak tama sudah menunggu ku di sana. Lebih baik aku ikuti dia aja, dari pada aku tanya tanya nanti di kira aku kepo.”
Batin aurel, aurel mengikuti langkah Yudistira dari belakang sampai dia mengikuti yudistria masuk ke dalam ruang kerja Yudistira.
Langkah yudistria terhenti sampai aurel menubruk punggung kekar yudistri, aurel yang tidak sigap sampai terbentur wajahnya di punggung kekar Yudistira.
“Kenapa kamu mengikutiku.” Suara besar yudistria membuat aurel terbengong sempurna.
“Aku kira kak tama menungguku di sini, makanya aku ikutin kamu.”
Jawab aurel dengan entengnya, Yudistira segera membalikkan tubuhnya. Aurel yang memiliki tinggi 168cm hanya sebatas dada yudistria yang memiliki tubuh tinggi menjulang, aurel mendongak menatap Yudistira yang menunduk menatapnya.
“Ruang kerja kak tama ada di atas ruanganku, jadi kamu bisa langsung ke sana.”
Aurel mengedipkan kedua matanya seperti layaknya anak kecil yang sedang merayu orang tuanya, yudistria yang luluh akan tatapan mata memelas aurel sampai berdecak kesal.
“Aku antar kamu…”
Yudistria segera menarik lengan aurel pelan, aurel yang pasrah hanya mengikuti gerakkan yudistria yang sepertinya akan mengantarkannya ke ruangan milik tama di perusahaan tersebut.
Melihat pintu besar di depannya, Yudistira tanpa mengetuk pintu tersebut segera membukanya. Terlihat ruangan yang dingin dan terlihat kosong tanpa ada tama di dalamnya.
“Sepertinya kak tama belum datang.”
Yudistria yang mendengar ucapan aurel yang sok tahu merasa semakin kesal, entah kenapa sejak mendengar aurel yang di hubungi angga dan mendengar kemesraan mereka merasa sangat kesal.
“Jangan sok tahu.”
Yudistria menggambil handphone miliknya, dia segera menghubungi tama. Terdengar bunyi suara handphone yang bergetar di atas meja kerja tama, Yudistira yang melihatnya segara mendekatinya.
“Sepertinya kak tama sedang di kamarnya, lebih baik aku tunggu dia.”
Yudistria menarik lengan aurel, dia menyuruh aurel duduk di sofa menunggu tama.
“Kak tama udah datang ya.”
Yudistira masih diam tanpa mau menjawab pertanyaan aurel, dengan kesal aurel segera berpindah tempat duduk tepat di samping Yudistira. Sedangkan yudistria yang merasa aurel berpindah dan mendekatinya hanya diam tanpa mau berpindah, dia tahu jika aurel akan menekannya agar menjawab pertanyaannya.
“Hei… hei… kamu marah ya, kog tiap aku tanya kamu nggak mau jawab.”
Aurel menekankan jari telunjuknya di lengan kekar yudistria, Yudistira menoleh menyantap aurel yang berada di sampingnya.
“Kenapa, apa kamu mau merayu ku agar aku nggak marah lagi.”
Posisi tubuh aurel yang tadinya menatap Yudistira segera memutarkan tubuhnya tiga puluh derajat, dia masih duduk di samping Yudistira menatap mej yang ada di depannya.
“Rasanya aneh aja kalau kamu diamin aku kayak tadi, rasanya ada yang hilang aja. Mendingin kamu marahan aku deh dari pada kamu diemin aku kayak sekarang.”
Yudistria tersenyum samar mendengar keluhan aurel, yudistria yang merasa kasihan dengan aurel menolehkan kepalanya menatap aurel yang tampak sedih karena ulahnya.
“Bisa nggak kamu penuhi permintaan aku.”
“Apa…” aurel menoleh menatap yudistria penuh tanya, wajah mereka saling bertemu satu sama lain.
Aurel dapat melihat jelas wajah tampan Yudistira, dan begitu juga yudistria dapat melihat jelas wajah cantik aurel yang selam ini mengusik batinnya.
“Aku… aku…”
“Aku apa…”
Yudistira berdehem untuk menghilangkan rasa gugupnya, dia menolehkan kembali kepalanya ke posisi semula. Dia tidak ingin melihat ke arah aurel, bisa bisa akan terjadi sesuatu yang tidak di inginkan.
“Aku minta jangan tunjukin kemesraan kamu dengan kekasih kamu depanku.”
Aurel yang masih menatap Yudistira merasa sangat penasaran, kenapa bisa yudistria bicara seperti itu layaknya orang yang sedang cemburu.
“Kenapa…” aurel terdiam sesaat dia berfikir sejenak sebelum melanjutkan ucapannya.
“Apa jangan jangan kamu cemburu.” Lirih aurel menebak.