RINJANI (Cinta sejati yang menemukannya)
jani seorang gadis yang terlahir dari keluarga yang berantakan, dirinya berubah menjadi sosok pendiam. berbanding terbalik dari sikap aslinya yang ceria dan penuh tawa.
hingga jani bertemu dengan seorang pria yang merubah hidupnya, jani di perkenalkan dengan dunia yang sama sekali belum pernah jani ketahui,jani juga menjalin sebuah hubungan yang sangat toxic dengan pria itu.
Dapatkah Jani terlepas dari hubungan toxic yang dia jalani? atau Jani akan selamanya terjebak dalam hubungan toxic nya itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AUTHORSESAD, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PELUKAN
Damar membawa Rinjani duduk di sebuah coffee shop yang tak terlalu jauh dari taman, tentunya setelah Ezra sudah pergi. Tadi Damar dan Ezra sempat duduk berdua di taman untuk meredakan emosi Ezra, tapi Ezra buru-buru pergi setelah mendapat telepon dari Mommy nya.
"Makasih udah nolongin gue tadi" Ucap Jani lirih.
"It's okay" Damar tersenyum dengan tangan yang sedang mengaduk kopi.
Hening sejenak, mereka sibuk dengan pikiran mereka masing-masing, hingga suara Damar memecahkan keheningan.
"Kenapa lo bisa sama mereka?" Tanya Damar hati-hati.
Rinjani menarik nafasnya dan membuang sedikit kasar, tangannya terulur mengambil wa kopi yang di pesan oleh Damar tadi. Jani meminum es Latte untuk meredakan rasa takutnya.
"Tadinya gue mau ke kampus, tapi motor gue habis bensin" Jani mulai bercerita bagaimana dia bisa bersama dengan Nidal dan juga Ezra.
Damar hanya duduk tenang mendengarkan, sesekali dia akan menyeruput kopi hitam kesukaannya.
"Jadi... Lo nggak sengaja ketemu mereka?." Ucap Damar meyakinkan.
Rinjani mengangguk sebagai jawabannya. Rinjani hanya merasa malas untuk membahas masalah ini, di mana dia malah harus bertemu dengan Ezra, dia belum siap dan belum bisa untuk bersikap biasa-biasa saja, seperti mereka.
"Gue mint tolong sama lo" Jani menatap Damar dengan mata memohon "Jangan sampai Erlan tau kejadian ini ya" Jani mengatupkan kedua tangannya di depan dada.
Damar hanya diam melihat ke arah Rinjani, entah apa yang sedang dia pikir namun sedetik kemudian di mengangguk, membuat Rinjani merasa lega. Rinjani tersenyum dan kembali meminum es kopinya.
"Tumben lo bawa mobil" Jani meletakkan es kopinya ke atas meja.
"Gue tadi nggak sengaja lewat, habis anter nyokap ke salon" Jawab Damar santai.
Rinjani hanya mengangguk kecil dengan bibir yang membentuk huruf O tanpa suar.
"Habis ini lo mau ke mana?" Damar menyeruput kopinya.
"Nggak tau"
"Ke Basecamp ikut gue, mau?" Damar bukan asal menawarkan pada Jani, namun sebelum Damar bertemu Jani di taman dia memang hendak ke Basecamp.
"Motor gue?"
"Nanti gue suruh anak BLACK HUNTER yang ambil, sementara di titip di sini dulu." Damar menghabiskan kopinya dan mengambil kunci mobil, dan sebungkus rokok yang tergeletak di atas meja.
"Ya udah ayok" Damar berdiri dan mulai melangkah lebih dulu meninggalkan Jani.
Rinjani berjalan keluar menuju mobil jeep rubicon yang terparkir di halaman coffee shop, sedangkan Damar dia sedang membayar dulu di kasir.
"Ayok" Ucap Damar setelah keluar dari dalam coffee shop.
Rinjani hanya mengikuti saja tanpa ingin menjawab, Jani duduk tenang di samping Damar, bahkan sepanjang perjalanan mereka hanya saling diam tanpa bicara sama sekali, memang sifat Damar yang tak suka terlalu banyak bicara, begitu juga dengan Rinjani.
Sekitar lima belas menit mobil jeep Rubicon warna putih milik Damar masuk ke halaman Basecamp, di mana hari ini Basecamp nampak ramai oleh anak-anak BLACK HUNTER.
Rinjani masih duduk diam dengan mata yang melihat ke sekolompok anak-anak BLACK HUNTER yang sedang duduk-duduk di depan Basecamp.
"Ayok" Ajak Damar pada Jani, saat Damar melihat Rinjani yang hanya bengong.
"Kayaknya gue nggak usah ikut lo deh" Jani menoleh melihat Damar yang sudah melepas sabuk pengamannya.
"Lo liat kan" Jani sedikit menjeda kalimatnya "Ada banyak anak-anak BLACK HUNTER"
Damar tersenyum dan malah keluar lebih dulu dari mobil, Damar berputar dan berdiri di pintu tempat Jani duduk.
"Nyesel lo nggak ikut gue" Damar tersenyum dan membuka pintu. "Ayok turun, nanti ke lantai atas aja. Di sana nggak terlalu banyak orang" Ucap Damar meyakinkan Jani.
Akhirnya Jani menurut saja pada Damar yang memaksanya untuk tetap ikut dengannya, Damar berjalan berdampingan dengan jani, hingga mereka sampai pada sekelompok pria yang sedang duduk berkumpul di depan teras.
"Bang.... " David yang melihat Damar langsung memberikan salam dan pelukan ala laki-laki.
"Nggak pada aktivitas?" Damar melihat pada anggota geng yang sedang asik ngobrol.
"Lagi libur gue bang, yang lain kan lo tau sendiri" Jawab David cengengesan.
Damar hanya mengangguk dan langsung pergi meninggalkan mereka, tak lupa Damar juga mengajak Rinjani agar ikut dengannya.
"Itu ceweknya bang Damar?" Ucap Salah satu anggota yang melihat Damar bersama Rinjani.
"Gue nggak tau, tapi kayaknya itu cewek pernah masuk kamar bang Erlan"
"Yang bener lo?!" Ucap mereka kompak.
Bahkan suara mereka sudah seperti paduan suara.
"Serius gue mah, kalau nggak salah pas malam kita tubir " Ucap salah satu dari mereka yang sedang memegang kartu.
Plak!!!!!!!! suara kepala yang di geplak oleh David terdengar sedikit keras, tangan David reflek memukul kepala Bobby anak yang sedang asik ngeghibah Main leader dan Main attacker di geng mereka.
Bukan tanpa alasan David memukul kepala Bobby, tapi.... karena ada sang ketua geng yang baru saja datang, tadi Erlan pergi sebentar ke minimarket membeli rokok dan juga beberapa bir.
Erlan berhenti sejenak saat mendengar apa yang sedang di bicarakan oleh anggotanya, tatapannya tenang namun sangat menakutkan.
"Eh..... Bang" Bobby nampak cengengesan dan salah tingkah
Tangannya menggaruk lehernya yang tidak gatal, bahkan matanya tidak bisa fokus menatap pada Erlan yang masih berdiri menatap mereka. Seakan-akan tatapan dari Erlan sedang menuntut jawaban dari apa yang mereka katakan.
"Itu bang.... Bang Damar dateng, bareng sama cewek" Ucap David menengahi.
David tau jika Erlan tidak suka dengan obrolan mereka, dan lagi David melihat Bobby yang sudah mati kutu. Jadi mau tidak mau David harus menolong temannya ini yang sangat to***.
"Di mana?" Suara Erlan begitu dingin.
"Di atas kayaknya bang" David menunjukkan dengan jari telunjuk.
Tanpa ingin berlama-lama Erlan langsung melenggang dan menuju lantai atas, benar saja di sana nampak ada sosok Rinjani yang sedang duduk bersandar pada punggung sofa, matanya tertutup dengan tangan yang saling bertaut.
Erlan melangkah pelan dan mendekat pada Rinjani yang seperti sedang tertidur. Erlan sedikit membungkuk dan mengusap pipi Jani lembut, merasa ada yang menyentuh pipinya mata Jani terbuka dengan sedikit refleks Jani menepis tangan Erlan.
Erlan menyipitkan matanya, menatap Jani tidak suka, namun.... sedetik kemudian tatapannya berubah lembut saat melihat wajah takut Jani.
"Ini aku" Erlan duduk di samping Jani.
tangannya menarik pinggang ramping Jani agar duduk lebih dekat dengannya.
"Maaf aku kira tadi.... " Jani menjeda ucapannya dan memeluk Erlan.
Rasanya sangat tenang dan hangat, bisa berada di dalam delapan Erlan. Bahkan.... Jani merasa sangat tenang dan damai di peluk oleh Erlan seperti ini. Jani semakin menenggelamkan wajahnya ke dalam dada bidang Erlan, Jani mencari ketenangan yang sejak tadi dia cari-cari.
Erlan hanya membiarkan saja kekasihnya memeluknya erat, bahkan erlan sangat senang dengan Jani yang seperti ini.