NovelToon NovelToon
Istri Kedua Suamiku

Istri Kedua Suamiku

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Kehidupan di Kantor / Romansa / Dijodohkan Orang Tua / Suami ideal
Popularitas:32k
Nilai: 5
Nama Author: ARSLAMET

Sebuah keluarga yang harmonis dan hangat,
tercipta saat dua jiwa saling mencinta dan terbuka tanpa rahasia.
Itulah kisah Alisya dan Rendi—
rumah mereka bagaikan pelukan yang menenangkan,
tempat hati bersandar tanpa curiga.

Namun, kehangatan itu mendadak berubah…
Seperti api yang mengelilingi sunyi,
datanglah seorang perempuan, menembus batas kenyataan.

“Mas, aku datang...
Maaf jika ini bukan waktu yang tepat...
Tapi aku juga istrimu.”

Jleebb...
Seketika dunia Alisya runtuh dalam senyap.
Langit yang dulu biru berubah kelabu.
Cinta yang ia jaga, ternyata tak hanya miliknya.

Kapan kisah baru itu dimulai?
Sejak kapan rumah ini menyimpan dua nama untuk satu panggilan?

Dibalut cinta, dibungkus rahasia—
inilah cerita tentang kesetiaan yang diuji,
tentang hati yang terluka,
dan tentang pilihan yang tak selalu mudah.

Saksikan kisah Alisya, Rendi, dan Bunga...
Sebuah drama hati yang tak terucap,
Namun terasa sampai

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ARSLAMET, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kembali ke Cerita lama

Semua hening, seolah waktu ikut menahan napas, menunggu Alisya kembali.

"Sepertinya Ayah harus pulang. Klien sudah menunggu," ucap Ayah, seperti seseorang yang baru saja menyerahkan segala yang ia tahu pada dunia. Tidak ada tanggapan. Tidak ada suara dari siapa pun. Pak Wiratma melangkah pergi dari rumah tanpa sedikit pun rasa bersalah.

"Kenapa, Bunga? Kenapa harus hari ini?" tanya Rendi, mengusap wajahnya dengan frustasi. Ia menoleh ke belakang, berharap bayangan Alisya akan muncul dari arah pintu.

" Maaf ,, Maaf aku datang bukan di waktu yang tepat aku juga istri mu mas "

Dan benar. Alisya berdiri di ambang pintu.

Diam. Tak bersuara.

Matanya memerah. Air mata jatuh satu per satu, tapi tak ada isakan. Tak ada jeritan. Luka yang begitu dalam telah melumpuhkan segala bentuk perlawanan. Ia hanya berdiri, menatap Rendi dan Bunga dengan tatapan yang tak bisa dijelaskan oleh kata-kata.

Rendi menahan napas. Langkahnya berat mendekat. Tapi Alisya mundur setengah langkah kecil, namun penuh arti.

"Aku cuma ingin hidup tenang, Mas …" ucap Alisya pelan, suaranya hampir tak terdengar. "Kenapa kamu tega hancurkan semua yang sudah kubangun dengan seluruh jiwa?"

Rendi ingin bicara, ingin menjelaskan, tapi tak ada kata yang terasa cukup. Hanya diam yang tertinggal, dan istri yang perlahan-lahan mulai patah di hadapannya.

Sementara itu, Bunga masih tersimpuh di lantai. Tak berani menatap siapa pun. Tak ada pemenang di ruangan itu. Hanya ada kehilangan yang sunyinya lebih keras dari jerit tangis.

"Ya Allah…" Suara berat Alisya pecah dalam isak. Tangan gemetar itu menghantam dadanya sendiri, seolah ingin menggugurkan luka yang tak mampu ia pahami. Tubuhnya membungkuk, air mata jatuh tanpa bisa dicegah.

"Bagaimana semua ini dimulai? Bagaimana bisa, Mas? Mas dan Bunga? Sejak kapan? Bantu aku… bantu aku menyusun kisah kalian , Agar aku bisa menerima, agar aku mampu berdamai dengan kenyataan ini…" Tangisnya meledak, jiwa yang rapuh tak lagi punya daya untuk menyalahkan siapa pun. Ia hanya ingin tahu. Ia hanya ingin jujur.

Rendi bersimpuh, menunduk di pangkuan Alisya. Tangannya menggenggam tangan istrinya—yang dulu ia janjikan kebahagiaan. Dengan suara lirih, ia mencoba menjahit awal dari semuanya.

...****************...

Empat bulan yang lalu...

Malam itu, sebuah telepon dari Pak Wiratma memanggil Rendi ke Bandung. Seorang teman lama sedang sakit, begitu katanya. Tapi saat Rendi tiba di rumah sakit, yang ia lihat bukan hanya Pak Hendra—ayah Bunga—terbaring lemah,

melainkan juga sang ayah, Pak Wiratma, dan istri barunya.

Rendi berdiri kaku. Sesuatu terasa salah sejak awal.

“Rendi…” suara Pak Hendra nyaris tak terdengar, dibantu alat oksigen yang menutupi mulutnya. “Om tidak tahu, sampai kapan Om bisa bertahan. Om hanya takut… Bunga sendirian di dunia ini…”

Pak Wiratma menepuk pundak Rendi, sorot matanya penuh isyarat. Isyarat yang membuat Rendi tercekat.

“Tidak… Ayah… Tidak mungkin…” bisik Rendi.

“Tidak Alisya… Bagaimana dengan Alisya…?”

Ia mundur selangkah, berusaha menjauh dari kenyataan,

tapi langkahnya tertahan oleh seorang wanita—sekretaris pribadi Pak Hendra—yang menyerahkan surat resmi. Sebuah dokumen kontrak.

Di sana tertulis tegas: Saham PT Griya Mandiri Konstruksi sebesar 30% milik Pak Hendra, dan jika Rendi atau Pak Wiratma menolak memenuhi permintaan ini… saham akan dicabut.

Mata Rendi melebar. Surat itu nyaris terjatuh dari tangannya. Ia bergegas keluar lorong, napasnya tersengal.

Pak Wiratma menyusul di belakangnya.

Pak Hendra, yang masih terbaring, tersenyum samar di balik masker oksigennya.

“Ini yang aku takutkan…” desah Rendi, menatap langit malam dari balik kaca jendela rumah sakit.

“Ini yang aku hindari sejak awal… Ini alasan aku tak mau langsung jadi direktur, Ayah! Ini kenapa aku memilih merintis dari bawah!”

Suara Rendi meninggi, menggema di lorong yang sepi.

Pak Wiratma hanya menghela napas. “Hanya sampai Pak Hendra sembuh, Ren…”

“Tapi Alisya, Yah… Alisya… Dia perempuan yang selalu ku jaga, ku jaga hatinya, mimpinya, keyakinannya…!”

Matanya berair. “Ayah sudah menduakan Ibu. Haruskah Alisya juga mengalami luka yang sama?”

Pak Wiratma menatapnya lama, lalu berkata dengan nada tegas,

“Jangan sampai Alisya tahu. Jangan sampai perusahaan hancur karena idealismemu.”

Rendi memejamkan mata. Ia melihat siluet gedung-gedung tinggi di kejauhan, di sana—di Jakarta—Alisya sedang menunggu kabar suaminya.

Ia menggenggam keras kerah bajunya. Hatinya penuh sesak.

Pak Wiratma berdiri, meninggalkan pesan terakhir.

“Satu lagi. Ini bukan hanya tentang akad. Jalani semuanya layaknya suami istri. Sekali lagi, jangan pikirkan Alisya. Jangan sampai dia tahu…”

Langkah ayahnya menghilang di ujung lorong.

Rendi terduduk, nafasnya berat.

“Bangsat…” desisnya, menepis rambut yang membasahi keningnya, melepaskan satu per satu kancing bajunya yang terasa mencekik.

Tok. Tok. Tok.

Langkah sepatu seorang perempuan mendekat.

Bunga muncul, wajahnya penuh kegelisahan.

“Pak… Maaf… Karena saya… Bapak jadi harus melewati semua ini…” Ia menunduk, menyodorkan surat yang tadi sempat hendak dibuang Rendi. Di dalamnya tertulis jelas: Pernikahan resmi antara Rendi dan Bunga.

Bunga menatap kosong. “Pak… mmm… saya…”

Rendi menatap mata itu, mata yang tak meminta cinta, hanya minta diterima dalam sebuah kesepakatan yang dibungkus kepasrahan.

“Sampai Ayahku sembuh…” bisik Bunga,

kalimatnya terhenti saat Rendi berbalik dan pergi meninggalkannya sendirian di lorong rumah sakit.

Entah apa maksud dunia pada Rendi.Ia hanya tahu: setiap langkahnya kini menorehkan luka pada satu hati yang paling ia cintai.

Langkah kaki Rendi menjauh Suara sepatunya semakin pelan… dan akhirnya hilang.

Bunga berdiri mematung di sudut lorong yang sepi. Di tangannya, surat yang tadi sempat ia berikan kini hanya selembar kertas dingin—tak lagi punya arti. Matanya menatap kosong ke ujung lorong, tempat lelaki yang baru saja menjadi suaminya pergi tanpa satu kata pun.

"Apa ini yang disebut menikah…?

Ketika aku harus memulai dengan luka dan penghindaran Ketika mata nya bahkan tak sempat menatap mataku…”

Lorong rumah sakit sunyi Lampu-lampu menyala pucat, melempar bayangan-bayangan kelabu di lantai.

Di balik kaca, terdengar samar suara alat monitor detak jantung. Bau cairan disinfektan menyengat, mencampur dengan hawa dingin yang menusuk kulit.

 “Apa aku terlalu egois karena menerima ini?

Atau aku terlalu bodoh… berharap dia akan kembali menoleh meski hanya sekilas, hanya sekali… agar aku tahu, aku nyata di matanya…”

Ia mengepalkan jemari, menahan gemetar.

"Ayah… kau ingin aku tidak sendiri…

Tapi kenapa rasanya lebih sunyi dari sendirian…?”

Air mata jatuh satu-satu, tanpa suara.

Dan Bunga tahu… sejak hari itu, ia bukan hanya istri kedua…tapi juga bayang-bayang yang tak tahu harus berdiri di mana"

1
Lee Mbaa Young
Di pikir dng minta maaf semua akn baik baik saja. tntu tidak. km blm mnderita smp mau mati kok. pling tdk kehilangan anakmu juga rahim mu. hingga gk punya harga diri br impas hukuman buat pelakor. biar gk ngangkang pd laki orang lagi si bunga Bangkai itu.
Lee Mbaa Young
Heh bunga Bangkai kl km minta maaf mang semua akn kembali lagi. ingat karma mu masih berjalan walau alisha maafin km.
pokok nya bunga Bangkai harus hancur sehancur hancurnya. dasar wanita pendidikan tp gk punya moral.
semoga anaknya gugur biar rasha gk punya saudara Dr ibu pelakor mcam km.
j4v4n3s w0m3n
aduh maaf ya bunga denger.ceritamu maaf sekali aku tetap gak.respek sama.kamu.heheheh maaf ya mungkin.krn.sakit.hati alisya itu.jadi aki.gak.bisa dukunh kamu apapun.keadaanmu dan.silsailah.kamu ..jalananin.aja.dech kesusahanmu.itu
Lee Mbaa Young: sama aku juga gk respek ma bunga tu. manipulatif. di pikir setelah minta maaf ma alisha bisa bhgia paling. o tentu tidak. dia hrs hncur lebur hingga kehilangan anak dan rahim nya br impas. biar gk bisa nglahirin anak anak pelakor.
total 1 replies
Maizaton Othman
tetap sabar untuk bab seterusnya,bintang 5 utk setakat ini,harap selanjutnya ia tetap menjadi karya yg bagus sampai ending
Retno Harningsih
up
Lulu-ai
emng gg tau dendam tp situ tau rendi dah punya istri tetep nikah tuh
Iis Dawina
biarkan bunga stres trs keguguran deh
Mundri Astuti
dah tau ibunya begitu, dah ngerasain dampaknya, lah malah ngikutin, definisi bodoh si ini
Lee Mbaa Young
lah ibu sendiri seorang pelakor kok. Ya sm saja lah dng anakmu. pelakor juga.

semoga hbis ini bunga bnyak pikiran kecelakaan trus keguguran. wes ngunu ae. biar kapok para tua bangka bpk rendi dan bpk bunga.
ARSLAMET: kesel kan yaa , next bab di tunggu ya
total 1 replies
sutiasih kasih
ini gmn sih... bukankah anda jga merebut suami org bu tati.... ayah lisya yg lbh memilih minggat dgnmu... dan mnikahimu... dan rela menelantarkn lisya dan ibunya...
bukankah kalian sama" pelakorrrr...
ARSLAMET: kesel kan ya , next bab nya di tunggu ya
total 1 replies
Machmudah
karma otw ya thor
ARSLAMET: iya nih huhu
total 1 replies
Lee Mbaa Young
Alkhamdulillah semoga proyek gk lancar.. Aamin.
beda istri beda rejeki.
akhirnya viral semoga makin viral biar tmbh malu tu bunga Bangkai.
Retno Harningsih
lanjut
ARSLAMET: siap di tunggu ya next bab nya
total 1 replies
sutiasih kasih
beda istri beda rizkinya.... kelak knyataan akn mnamparmu pak wiratma.... krna sdh mnjadi mertua yg zdolim trhdp alisya....
wloupun kau brmantukan bunga.... blm tentu kerajaan bisnismu semakin maju...
Ifah Al Azzam Jr.
buat Rendi menyesal termasuk bunga dan kedua org tua mereka,,,
dtunggu thor jgn lama2
Retno Harningsih
lanjut
Rubyna
heh Rendi. kenapa jadi pria tolol gak tegas. cuekin saja bunga biar dia merasa memiliki raga mu tapi tidak dengan hati mu .
Anty Niez
ayo buktikan alisya kamu bisa berdiri di kaki sendiri dan bangun perusahaan mu sendiri tanpa ada yg namanya pewaris,kamu perintis bukan pewaris...jadi tinggikan wajahmu,biar muka angkuh Wira dan Hendra bisa kamu kalahkan, dan untuk bunga akan tau posisi mana yg lebih kuat...
sutiasih kasih
piciknya wirarma dan hendra.... mengangp alisya tak ada apa"nya di banding bunga....
mndepak alisya dgn sengaja sangat mmbahagiakan ya untuk kalian....
smoga karma berpuluh kali lipat mnyiksa kalian melebihi trlukanya yg alisya rsakan....
dan untuk rendi.... yakin km tahan tak myntuh bunga lgi...
laki" g setia macam km... emang sepatutnya di lepas....
Lee Mbaa Young
Masih nungguin Karma bunga Bangkai, rendi dan kluarga nya.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!