Gabriella anashtasia
Nona muda kaya yang harus menggantikan posisi sang kakak untuk menjadi CEO Tanwarin Corp.
Dalam tugasnya, Gabriella mendapatkan ancaman dari orang orang yang ingin menjatuhkannya.
Suatu kejadian membuat Gabriella bertemu dengan Akin, seorang pria tangguh dan berani.
Pertemuan yang membuat Akin mendapat tawaran menjadi seorang bodyguard untuk menjaganya.
Karena suatu keadaan,membuat Akin harus menerima tawaran itu dengan suatu persyaratan yang dia berikan.
Akankah perjalanan Akin menjadi seorang bodyguard akan segampang itu???
Apakah dia akan sanggup bertahan menjadi seorang bodyguard dalam keluarga yang penuh ancaman???
Akankah akan tumbuh cinta diantara nona muda dan bodyguardnya???
Ikuti terus keseruan Akin, bodyguard yang harus sabar menghadapi keluarga nona mudanya.
Kisah ini mengandung perselisihan antar dua keluarga yang berbeda pendapat.
salam Sijack🥰.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sijack, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 28: Perubahan Sikap
Langit sudah mulai berubah menjadi gelap menandakan waktu malam telah tiba. Tidak ada kegiatan khusus dirumah utama membuat semua pengawal sibuk dengan diri mereka masing masing.
Ada yang berkumpul untuk sekedar bercerita satu sama lain. Ada pula yang memilih menghabiskan waktu sendirian didalam kamar.
Seperti Akin. Saat ini dia lebih memilih berbaring didalam kamar.
Dia merasa sangat lelah setelah menjalankan hukumannya. Bayangkan saja dia berlari 50 putaran tanpa diizinkan untuk beristirahat. Sudah terbayang selelah apa. Saat ini Akin masih kesal dengan sikap nona mudanya tadi. Akin memejamkan matanya berniat untuk menenangkan pikirannya. Baru saja matanya tertutup datang seseorang menganggu ketenangannya.
"Akin..." itu suara Pete. Dia berteriak membuat Akin terkejut. Akin membuka matanya dan menatap tajam kearah Pete. Kesal karena ketenangannya terganggu. Pete hanya terkekeh tanpa merasa bersalah
"Apa yang kau lakukan disini?" Tanyanya heran. Karena biasanya Pete suka menghabiskan waktu diluar kamar.
Alih alih menjawab Pete malah mendudukan dirinya disamping Akin yang sedang berbaring dan melontarkan sebuah pertanyaan.
"Kulihat kau sedang tidak baik baik saja?" Sekarang nada bicaranya sudah berubah serius. Dia sudah melihat wajah kesal Akin sejak tadi siang.
Akin hanya melirik Pete. Enggan menjawab.
Pete masih memperhatikan wajah Akin yang terlihat datar. Tapi menunjukkan sebuah ekspresi kesal.
"Apa ini ada hubungannya dengan Nona Gabriella?" Tebak Pete. Akin hanya melirik Pete dan hanya diam tidak menjawab. Diamnya Akin membuat Pete menggerutu kesal.
"Uyy... Akin, aku sedang bertanya dari tadi,tapi kau hanya diam saja!" Dia merasa seperti berbicara dengan seorang hantu. Tidak ada jawaban yang keluar dari mulut Akin.
Akin tetap diam tidak menanggapi ocehan Pete. Dia terlalu lelah sampai malas untuk berbicara dengan siapapun.
Diamnya Akin membuat Pete menyimpulkan bahwa Akin memang sedang kesal dengan nona mudanya.
"Jika benar kau kesal dengan Nona Gabriella,maka hilangkan!" Ucapan Pete membuat Akin bereaksi.
Matanya melirik Pete dengan raut bingung. Dia menunggu apa yang ingin dikatakan Pete.
"Kejadian yang menimpamu semalam sudah tersebar dimedia." Ungkap Pete.
"Nona menghukummu karena tuan Anton yang menyuruhnya. Tuan hanya tidak ingin jika pengawal yang lain mengira Nona Gabriella pilih kasih pada pengawal, dan apa yang terjadi semalam memang suatu kesalahan. Walau itu sengaja atau tidak." Jelas Pete.
Pete sempat mendengar atau lebih tepatnya menguping pembicaraan Tuan Anton dan Nona mudanya ketika dia melewati taman belakang tadi siang.
Wajah Akin mulai melunak setelah mendengar penjelasan Pete. Dia mulai memahami kenapa sikap nona mudanya seperti itu.
"Oh ya,malam ini tuan Noah mengajak kita untuk pergi kecafe tempat kau bekerja dulu."
Akin menghembuskan napasnya.
"Sepertinya aku tidak ikut. Aku sangat lelah sekarang." Memang dirinya sangat lelah akibat hukuman yang dia kerjakan tadi. Terutama pikirannya. Banyak hal yang terjadi hari ini.
Pete memegang tangan dan Akin mulai membujuknya.
"Ayolah... Tuan Noah sangat berharap kau ikut." Alasan yang mungkin bisa membuat Akin berubah pikiran.
Dan berhasil. Terlihat Akin mulai memikirkan ajakannya.
Setelah berpikir lama Akin bangun dari posisi tidurnya dan menghadap Pete.
"Mmm...baiklah." ucapnya pasrah.
"Tapi Aku harus izin terlebih dahulu pada Nona Ella." Akin ingat akan posisinya yang bukan pengawal Noah lagi membuatnya tidak bisa pergi sesukanya dan harus meminta izin terlebih dahulu pada Nona mudanya.
Pete mengangguk paham akan posisi temannya.
"Baiklah,jika Nona Gabriella mengizinkan,nanti temui aku ditaman belakang, aku ingin menghirup udara segar." Akin mengangguk. Pete melenggang pergi keluar kamar menyisakan Akin yang terdiam ditempatnya.
Setelah berpikir lama akhirnya Akin memilih untuk menemui Gabriella.
Akin menghampiri Gabriella yang sedang duduk sendirian diruang keluarga. Gabriella sedang fokus dengan laptopnya. Akin berdiri tempat disamping sofa yang diduduki Gabriella.
"Hmmm...Nona." Akin memanggilnya agar Gabriella menengok kearahnya. Gabriella melirik sekilas kemudian kembali menatap layar laptopnya.
Lirikan itu dianggap Akin perizinan dia untuk berbicara.
"Aku ingin meminta izin pergi keluar malam ini bersama tuan Noah." Ucap Akin. Sesaat dia langsung menyadari ucapannya yang tidak sopan.
"Maaf maksudnya saya." Ucapnya membenarkan panggilan untuk dirinya sendiri.
Sepertinya ini efek kekesalanku pada nona.
Tanpa menoleh Gabriella menjawab.
"Mulai saat ini, Kau tidak perlu meminta izin padaku jika itu hanya hal sepele."
Masih fokus menatap layar laptopnya.
"Baik,Nona." Akin menganggap itu adalah sebuah perizinan untuk segala hal apapun,bukan.
Akin izin undur diri. Tapi tertahan oleh ucapan Nonanya.
"Mulai sekarang kau tidak perlu menggunakan bahasa formal padaku." Ucapnya tanpa menoleh kearah Akin.
Akin memasang wajah bingung. Belum memahami ucapan nonanya. Atau lebih tepatnya dia takut salah paham.
"Maksud anda,Nona?" Tanyanya untuk memastikan.
Gabriella menatap Akin yang sudah beralih berdiri dihadapannya.
"Maksudku kau bisa menggunakan "aku" ,"kau" ketika kita sedang berbicara." Ucapannya membuat Akin menatapnya dengan ekspresi heran.
Tumben sekali nona mudanya bersikap seperti itu padanya. Bukankah seharusnya dia masih marah akibat kejadian semalam. Pikiran Akin menerka nerka apa yang terjadi pada nona mudanya sekarang.
"Nona,maaf. Saya tidak bermaksud lancang tadi. Saya cuman keceplosan saja." Ucapnya tak enak. Pikirnya nona mudanya sedang menyindirnya karena tadi bersikap tidak sopan.
Gabriella tergelak pelan karena respon Akin yang menurutnya lucu.
LUCU.
Ingatkan Gabriella untuk memukul kepalanya sendiri karena sudah berpikir bahwa pengawalnya lucu.
"Itu bukan karena sikapmu tadi." Seperti tau apa yang dipikirkan Akin.
"Aku hanya ingin berbicara santai saja padamu." Akin mendengar ucapan Gabriella yang terbilang santai malah membuatnya menatap nonanya dengan tatapan horor.
Ada apa ini?? Kenapa sikapnya tiba tiba berubah?.
"Maaf,Nona. Saya tidak bisa. Saya tidak ingin pengawal ataupun keluarga anda salah paham nantinya." Tolaknya halus.
Tidak terbayang bagaimana jika pengawal lain mendengarnya memanggil nona mudanya dengan kalimat "aku" "kau".
Yang ada dia dihujat seisi rumah utama.
Terutama Jimmy dan Nichole yang sangat tidak menyukainya.
Alasan Akin membuat Gabriella berpikir sejenak. Menimbang nimbang sesuatu.
"Mmm...bagaimana kalau saat kita berdua saja. Kau bisa berbicara denganku tanpa harus bersikap formal." Memberikan sebuah ide yang terlintas dikepalanya.
Akin mengangkat sebelah alisnya tambah heran dengan nonanya yang tetap kekeh ingin menggunakan kalimat non formal diantara mereka.
Baru saja Akin ingin melontarkan penolakan,Gabriella langsung menyelanya.
"Tidak ada alasan apapun. Kau harus menyetujuinya,oke." Ini terdengar seperti sebuah titah yang tidak dapat diganggu gugat.
Akin hanya mengangguk pasrah. Tidak dapat mengajukan penolakan lagi.
"Baik,Nona."
Akin pamit pergi dengan pikiran yang masih tidak percaya dengan sikap nonanya. Gabriella kembali melanjutkan urusannya.
Apa dia habis terjedug sesuatu sampai berubah sikap seperti itu.
Sudahlah nona mudanya memang aneh. Kesimpulan akhir Akin akan perubahan sikap nonanya yang begitu drastis.