~Menikah karena cinta itu indah. Tapi bagaimana jika menikah karena wasiat?~
Raga Putra Mahesa tak pernah menyangka, amanat terakhir dari almarhum ayahnya akan menuntunnya ke pelaminan—bukan dengan wanita pilihannya, melainkan dengan Miky Cahya Murni. Gadis 19 tahun yang terlalu cerewet, terlalu polos, dan terlalu jauh dari bayangannya tentang seorang istri.
Apalagi … dia masih belum selesai berduka. Masih hidup dalam bayang-bayang mendiang istrinya yang sempurna.
Miky tahu, sejak awal dia bukan pilihan. Dia hanya gadis culun dengan suara cempreng, langkah kikuk, dan hati yang terlalu mudah jatuh cinta pada sosok lelaki dingin yang tak pernah memberinya tempat.
“Dia mencintai mendiang istrinya. Aku hanya bayang-bayang.” – Miky
“Menikahimu adalah kesialan bagi saya!” – Raga.
Di tengah usaha Miky dalam mengejar cinta Raga, sebuah rahasia terungkap. Rahasia yang selama ini disembunyikan oleh Raga.
Mampukah Miky bertahan dalam pernikahan tanpa cinta ini? Atau akankah ia menyerah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kacan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Marina Masih Hidup ......
Acara seminar sudah selesai, Miky sengaja menjauh dari ayah serta bundanya karena saat ini Raga tengah bersama orang tuanya.
Dari kejauhan Miky memandangi mereka yang tengah berbincang. Ia memainkan jari dengan perasaan cemas.
"Woi, Miky! Dari mana aja?" Miky tersentak saat sebuah tepukan mendarat di bahunya.
"Ck! Bikin kaget aja kamu, San!" gerutu Miky.
Santi mengendikkan bahu, ia memasang wajah tak bersalah. "Habisnya ngelamun sih! Kamu lagi lihatin pak Raga ya?" goda Santi sembari menyenggol bahu sahabatnya. "Kelihatannya ayah dan bundamu dekat banget sama pak Raga, jangan-jangan kalian mau dijodohin," kata Santi menebak.
Glek!
Miky menelan saliva dengan susah payah. Namun, sebisa mungkin ia memasang wajah tenang.
"Ah nggak mungkin, udah om-om begitu." Miky mengibas-ngibaskan tangan seraya tertawa hambar.
"Walau udah om-om tetap ganteng kok, Miky," puji Santi yang sontak saja membuat mata Miky melotot.
"Jangan ketipu sama tampangnya, ganteng-ganteng gitu kentutnya bau." Miky bersedekap dada, berharap sahabatnya itu berhenti memuji suaminya.
Santi melirik sahabatnya dengan sinis. "Kayak kentutmu harum aja."
Miky membuka mulut hendak membalas, namun Santi lebih dulu menghentikannya.
"Mik, pak Raga ngelihatin kamu, Miky!" pekik Santi heboh.
"Hah?" Miky melihat ke depan, benar saja suaminya itu tengah menatap ke arahnya.
Tatapan datar, namun sayangnya Miky dapat menangkap kemarahan di mata itu. Apa pria itu marah karena dirinya meminta ayah bunda menginap di rumah mereka?
"Ya udah aku mau ke tempat ayah bunda, kamu mau ikut?" Suara Miky terdengar tenang, namun dalam hati jantungnya tengah berjedag-jedug.
Santi menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Hehehe, aku mau balik ke kos aja, Mik. Duluan ya, bye!" Tangan Santi melambai, kemudian ia melenggang pergi.
Miky mendesah lega, setidaknya Santi tidak bertanya lebih ketika melihat dirinya juga ikut masuk dengan obrolan keluarganya nanti.
Miky berjalan menghampiri keluarganya. Ia melirik asal demi menghindari tatapan mata Raga.
"Sekali lagi saya minta maaf, Yah, Bun. Mungkin lain kali kami yang akan menginap ke sana," ucap Raga.
Mendengar itu sontak membuat Miky memandangi wajah suaminya. Benar pria itu menolak? Tapi kok wajah ayah serta bundannya kelihatan biasa saja, seperti tidak terjadi apa-apa?
"Iya, Nak Raga. Tidak apa, Ayah ngerti kamu sibuk dengan cabang restoran barumu," sahut Sumono dengan bijaksana.
Miky mengerti sekarang, ternyata pria itu beralasan sibuk.
"Tuh denger Miky, suami kamu masih sibuk, besok harus pergi ke luar kota. Eh kamunya malah merengek minta Bunda sama ayah nginep di rumah kalian." Bening berucap pelan, namun penuh godaan pada Miky, putri manjanya.
Ucapan bundanya membuat Miky gregetan. Pasalnya sang bunda mengatakan hal itu di depan suaminya.
Dengan ragu Miky melirik wajah Raga, dan benar saja pria itu tengah menatapnya.
"I-ih, Bunda. Namanya juga kangen," kilah Miky tergagap.
***
Sesampainya di rumah, Miky langsung berlari masuk ke dalam kamar, meninggalkan Fika dan Raga yang berada di belakangnya.
"Kenapa Mimi pelgi, Pi? Apa kalna cudah ngantuk abis makan di lestolan baleng kakek nenek?" Fika yang berada dalam gendongan Raga menatap penuh tanya.
Raga berdehem pelan. "Iya," sahutnya singkat padat.
Raga tau penyebab Miky bertingkah aneh seperti itu, bahkan alasan Miky meminta menginap di tempat orang tuanya pun Raga tau. Ia akan memberikan Miky pelajaran setelah ini, lihat saja!
Raga membawa putrinya ke lantai atas, mengganti pakaian sang anak, lalu menemani Fika hingga terlelap.
Begitu Fika sudah benar-benar terlelap dalam tidurnya. Raga langsung keluar dan menuruni anak tangga.
Tujuan pria itu hanya satu, mendatangi Miky yang tengah bersembunyi di kamar.
Sesampainya di depan pintu kamar Miky, pria itu langsung menekan handle pintu. Namun, pintu itu dikunci dari dalam.
Sementara itu di dalam kamar, Miky bersembunyi di balik selimut dengan perasaan gusar luar biasa saat mendengar suara berisik dari luar.
"Tuhan bantuin Miky dong, kalau malam ini selamat dari amukan mas ganteng ... Miky janji nggak banyak bicara besok." Miky meremas kuat selimut yang menutupi seluruh tubuhnya.
Di tengah kegusaran Miky, tiba-tiba terdengar suara gemerisik peraduan kunci.
Klek!
Tubuh Miky gemetaran, ia memejamkan mata erat seraya merapalkan banyak doa penangkal makhluk halus.
Cklek!
Denyut jantung Miky kian terasa, tak hanya tubuhnya saja yang gemetar, kini bibirnya pun ikut bergetar.
Keringat mulai membasahi dahi Miky. Derap langkah kaki terdengar makin mendekat, hal itu membuat tubuh Miky panas dingin.
"Setelah membuat saya menidurimu, sekarang mulai mengganggu milik istri saya?!" Raga berbicara dengan nada rendah, namun penuh penekanan dalam setiap kalimatnya.
Pria itu memandang Miky yang bersembunyi di balik selimut.
Di balik selimut, Miky mengepalkan kedua tangan, matanya pun tak lagi ia tutup. Rasa marah menyusup ke dalam hatinya. Kenapa Raga bicara seolah-olah dirinya bukan siapa-siapa?
Sudah cukup! Miky tak ingin terus disalahkan. Ya, walau dia memang salah karena sudah membuat beberapa tumbuhan bunga mawar rusak. Namun, Raga lebih bersalah atas dirinya. Pria itu sudah menghinanya, padahal pada malam harinya pria itu meraup kenikmatan dari tubuhnya.
Miky menyibak selimut dengan kasar, kemudian duduk di bawah pengawasan mata tajam Raga.
"Mas bicara seolah-olah Miky yang membuat malam itu terjadi. Dan soal taman, Miky akui Miky salah, tapi jangan lupakan kalau Miky juga istri, Mas. Sekarang yang jadi istri Mas itu Miky bukan bu Marina, bu Marina sudah mati!" Miky berteriak kencang, melampiaskan kemelut dihatinya.
Mata Raga mendelik, kedua tinjunya yang mengantung di sisi badan mengepal sempurna. Garis tegas rahang pria itu semakin tercetak jelas, menunjukkan kemarahan luar biasa.
"Gadis sialan!" geram Raga. Ia melangkah lebih dekat, menyambar leher gadis di hadapannya dengan cengkraman erat.
Miky terbelalak, tubuhnya terhempas di ranjang dengan tekanan kuat. Dengan susah payah ia berusaha melepaskan cekikan di lehernya.
Namun, Raga seperti orang kerasukan, matanya tampak memerah dengan tatapan bengis mengerikan.
Pria itu merampas udara di sekitar Miky, tak sedikitpun memberikan celah untuk Miky bernapas.
Miky mulai kelabakan bagai ikan terdampar di daratan. Mulut Miky terbuka, matanya kian mendelik dan berair, wajahnya pun makin memerah karna tak ada pasokan udara yang masuk ke jalur pernapasannya.
"L-leh-pash ...." Susah payah Miky berucap dengan kekuatan yang tersisa.
Raga berdecih. Pria itu menyeringai sinis. "Marina masih hidup ... di hati saya!" Gerakan bibir Raga terlihat lambat di mata Miky, Miky yang menyaksikan semua itu hanya bisa menangis tanpa suara.
Miky benar-benar sudah tak tahan, ia merasa sebentar lagi akan pingsan, atau mati?
Malang sekali nasibnya, dinikahi untuk disakiti. Apa dirinya terkena kutukan hingga harus merasakan kepedihan dalam pernikahannya?
Bersambung ....
Mantan duda yang satu ini bikin gemes ya zeyeng, jadi pingin Othor cubit ginjale🙊🙊🙊🙊🙊🙊
Ehem ehem, jangan lupa angkat jempole Yo zeyengku😍😍😍😍😍😍
jedeeerrrrrr
sambungin lagu thor
zigizaga zigi to zaga zigzig to zagzag
welcome to our family