Setelah kepergian Papaku, aku diasingkan oleh Mama tiriku dan Kakak tiriku.
Aku dibuang kesebuah pulau yang tak berpenghuni, disana aku harus bertahan hidup seorang diri, aku selalu berharap, akankah ada seseorang yang membawaku kembali ke kota ku ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pelangi senja11, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28. Kerumah Bik Nuri
"Pak, tolong, Pak, kami butuh bantuan." Suara Devan menggema dilautan, begitu juga dengan Cindy, dia juga ikut membantu Devan meneriaki pertolongan nelayan.
Devan berteriak hampir kehabisan suara, namun sayang, tidak ada satupun nelayan yang mendengar teriakan mereka.
Devan mendengus, dia pikir akan sangat mudah mendapat bantuan karena dirinya dengan nelayan tidak terlalu jauh.
"Mas, kenapa mereka tidak mendengarkan teriakan kita, apa mereka tidak mau menolong ?" tanya Cindy.
"Tidak tau, mungkin mereka tidak bisa dengar suara kita, riuh suara angin dan ombak juga suara mesin, mungkin membuat mereka tidak bisa mendengar teriakan kita." Jawab Devan lelah.
Memang benar adanya yang dikatakan Devan, para nelayan memang tidak mendengar teriakan Devan dan Cindy, karena selain jauh suara mesin perahu mereka juga bising.
Mendengar jawaban Devan, Cindy yang tau sudah semangat, kini perasaan cemas menghampiri dirinya lagi.
Cindy menjadi cemas dan khawatir lagi, karena berpikir mereka tidak bisa kembali ke kota.
"Jadi gimana mas, apa kita akan tetap di laut, dan tidak ada harapan lagi untuk hidup didarat ?" tanya Cindy.
"Entahlah, tapi kita harus memanggil mereka, siapa tau ada yang mendengar teriakan kita kali ini." Devan mengambil baju Cindy, kemudian dia melambai-lambaikan baju Cindy kearah nelayan.
Namun tetap sama, ternyata tidak ada satupun nelayan yang mendengar atau melihat.
Devan dan Cindy, lelah, keduanya kembali putus asa, Cindy sudah lemas, apa lagi saat ini keduanya terpampang dibawah terik matahari.
Dalam keputusasaan mereka, tiba-tiba terdengar suara mesin perahu yang mendekat pada keduanya.
Suara mesin perahu itu terdengar dari arah belakang dari posisi Devan dan Cindy duduk.
Ternyata nelayan itu mendengar Devan dan Cindy berteriak dan juga melambaikan kain.
Nelayan itu dapat mendengar suara Devan dan Cindy karena nelayan itu berada dimana arah angin bertiup.
Devan dan Cindy menoleh kebelakang dimana suara mesin perahu terdengar.
Devan dan Cindy lega saat melihat pergi itu semakin dekat dengannya.
Tidak lama kemudian, perahu nelayan merapat pada skoci Devan dan Cindy.
"Ada apa mas ?" tanya nelayan yang tadi mendengar dan melihat teriakan Devan sembari melambaikan kain.
Nelayan itu mematikan mesin perahunya agar tidak bising saat berbicara.
"Pak, tolong bantu kami untuk sampai Kesarat, minyak kami habis." Ujar Devan sangat membutuhkan pertolongan nelayan itu.
Nelayan itu tidak menjawab, dia menatap satu persatu antara Devan dengan Cindy.
Tidak ada yang mencurigakan dari keduanya, nelayan itu mengira Devan dan Cindy hanyalah pasangan yang sedang piknik.
"Emangnya mas dan Mbak, dari mana, kenapa sampai habis minyak ?" tanya nelayan itu lagi karena melihat yang Devan dan Cindy tumpangi bukan pergi biasa, tapi skoci yang hanya ada pada kapal.
Cindy hendak membuka mulut, dia ingin memberi tahu nelayan itu tentang cerita yang sebenarnya, tapi Devan yang tidak mau Cindy memberitahu asal kejadian, dia segera menyahut perkataan Cindy.
"Begini Pak, kemaren saya dan istri saya berlibur, kami menyewa kapal, tapi kapal itu karam diterjang ombak ganas dan angin kencang, semalam, jadi terpaksa kami harus menggunakan skoci ini." Ujar Devan berbohong, Devan sekarang sangat waspada, dia tidak mau kejadian seperti dikapal itu terulang lagi.
"Oh, begitu," nelayan itu mengangguk mengerti, dia merasa kasihan pada Devan dan Cindy, nasib baik juga nelayan itu tidak bertanya pada Devan dan Cindy tentang baju yang sudah usang yang mereka pakai.
"Iya Pak." Cindy juga membenarkan perkataan Devan, Cindy sekarang juga mengerti kenapa Devan harus berbohong, itu karena dia harus waspada.
"Ini mas, Mbak, ada air dan biscuit, nikmatilah, kalian pasti lapar karena sudah dari semalam tidak makan dan minum." Nelayan itu memberikan biscuit pada Devan dan Cindy, karena kasihan.
Devan dan Cindy segera mengambil biscuit dan air, mereka memang benar sudah sangat lapar dan dahaga.
"Makan aja dulu, sekarang tidak usah khawatir, saya akan menarik skoci kalian Kesarat." Ujar nelayan itu lagi.
Mendengar nelayan berkata seperti itu, Devan dan Cindy tidak khawatir lagi, keduanya mengucapkan terimakasih.
***
Tuan Bagas dan Nyonya Reisa, sudah sampai dikampung orang tua Bik Nuri, Tuan Bagas juga bertanya pada beberapa orang yang sedang berjalan memikul cangkul dipundaknya.
Tuan Bagas dapat memastikan kalau beberapa orang itu adalah petani yang akan ke sawah untuk membajak tanah.
"Assalamualaikum, permisi Bapak-bapak." Sapa Tuan Bagas sopan dan lembut.
"Waalaikumsalam, ada yang bisa kami bantu, Tuan ?" tanya salah satu orang itu.
Tuan Bagas, senang dan adem karena orang itu menyambut dan menanggapi pertanyaannya juga begitu sopan dan ramah.
Taun Bagas segera menyampaikan apa yang ingin dia tanya pada orang-orang itu.
Orang-orang itu juga memberitahu kalau rumah yang ingin Tuan Bagas tuju masih ada kira-kira 500eter lagi kedepan.
Setelah itu Tuan Bagas mengucapkan terimakasih pada orang itu karena sudah memberitahu alamat yang dia cari.
Selesai bertanya dan berterimakasih Tuan Bagas melanjutkan lagi perjalanan, begitu juga dengan beberapa orang itu, mereka juga berjalan menuju aktivitasnya.
Tidak butuh waktu lama, Tuan Bagas dan istrinya yaitu Nyonya Reisa, tiba didepan rumah orang tua Bik Nuri.
Tuan Bagas dn Nyonya Reisa turun dari mobilnya, keduanya berjalan mendekati pintu rumah Buk Romlah yaitu orang tua Bik Nuri.
Rumah yang sederhana, namun terlihat rapi, apa lagi ada beberapa pohon dihalaman rumah itu, membuat udara sejuk dan adem.
"Assalamualaikum." Tuan Bagas memberi salam sembari mengetuk pintu rumah sederhana itu.
"Waalaikumsalam." Sahut dari dalam rumah.
"Apa benar ini rumahnya Buk Romlah, orang tuanya Mbak Nuri ?" tanya Tuan Bagas ketika pintu rumah itu terbuka.
"Iya benar, saya sendiri, Tuan ada perlu apa ?" tanya Buk Romlah ingin tau apa maksud dan tujuan kedua orang ini datang kerumahnya.
Buk Romlah tau dan bisa melihat kalau kedua orang yang berdiri didepan pintu rumahnya saat ini bukanlah orang biasa, tapi terlihat seperti orang kaya raya.
"Saya Bagas, Buk, dan ini istri saya, Reisa, tujuan kami kesini ada beberapa hal yang ingin kami bahas." Jawab Tuan Bagas.
Buk Romlah mengangguk mengerti, kemudian dia mempersilahkan kedua tamunya itu masuk.
Setelah itu, ketiga orang itu, membuka pembicaraan, yaitu tentang Tuan Bagas yang ingin bertanya tentang Putranya yang dikatakan Bik Nuri masih hidup.
Buk Romlah penasaran pada Tuan Bagas dan Nyonya Reisa, kenapa keduanya bisa kenal dengan Nuri Anaknya Buk Romlah.
"Bagaimana Tuan bisa kenal dengan Anak saya Nuri ?" tanya Buk Romlah.
Tuan Bagas menceritakan kalau dia bertemu dengan Nuri karena Bik Nuri menolong istrinya, dan Nuri juga bilang kalau dia kesini usul dari Bik Nuri.
Buk Romlah juga menceritakan kalau Bik Nuri jarang pulang, karena dia harus mencari nafkah dengan berjualan gorengan, setelah dipecat dari rumah majikannya.
Bersambung.
Semoga cindy cepat ketemu