Ashilla, seorang buruh pabrik, terpaksa menjadi tulang punggung keluarga demi menutupi utang judi ayahnya. Di balik penampilannya yang tangguh, ia menyimpan luka fisik dan batin akibat kekerasan di rumah. Setiap hari ia berjuang menembus shift pagi dan malam, panas maupun hujan, hanya untuk melihat gajinya habis tak bersisa.
Di tengah kelelahan, Ashilla menemukan sandaran pada Rifal, rekan kerjanya yang peduli. Namun, ia juga mencari pelarian di sebuah gudang kosong untuk merokok dan menyendiri—hal yang memicu konflik tajam dengan Reyhan, kakak laki-lakinya yang sudah mapan namun lepas tangan dari masalah keluarga.
Kisah ini mengikuti perjuangan Ashilla menentukan batas antara bakti dan harga diri. Ia harus memilih: terus menjadi korban demi kebahagiaan ibunya, atau berhenti menjadi "mesin uang" dan mencari kebebasannya sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MissSHalalalal, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 27 : PENYESALAN AYAH
Tak lama, sepasang suami istri masuk ke kamar ibu, nampak wanita yang menggendong anak bayi. Dia mas Reyhan, Mbak Lisa, dan bayinya.
Begitu melihatku, dia memelukku. Pelukan Mas Reyhan terasa sangat menyesakkan. Ia mendekapku erat, seolah takut aku akan menghilang lagi. Namun, insting seorang kakak tidak bisa dibohongi. Meski aku telah berusaha keras menutupi lebam di leher dan lengan dengan riasan tebal, tatapan tajamnya menangkap kejanggalan itu.
"Siapa yang melakukan ini padamu, Shilla?" suaranya bergetar menahan amarah yang meledak-ledak.
Aku hanya tertunduk, tak mampu bersuara. Air mataku jatuh tanpa permisi. Melihatku membisu, Mas Reyhan justru menarikku kembali ke dalam pelukannya, kali ini dengan isak tangis penyesalan.
"Maafkan Mas, Shilla... Maafkan Mas tidak bisa menjagamu. Mas gagal sebagai kakak," ucapnya parau. Penyesalannya terasa begitu nyata hingga menyayat hatiku.
Di sudut ruangan, Mbak Lisa, istri Mas Reyhan, menatap kami dengan iba. Tanpa diminta, ia membuat keputusan besar. Ia berjanji akan tinggal di rumah ini untuk merawat Ayah dan Ibu, menggantikan peranku yang kini dirampas oleh Erlangga. Setidaknya, beban di pundakku sedikit terangkat mengetahui Ibu dan Ayah akan diurus oleh tangan yang tepat.
Namun, kenyataan pahit kembali menghantamku saat mas reyhan tertunduk lesu di pojok ruangan. Uang hasil "penjualan" diriku yang kutitipkan padanya ternyata sudah ludes tak bersisa hanya untuk biaya pengobatan awal Ibu dan cicilan rumah sakit Ayah.
Aku kini benar-benar tak memiliki apa-apa. Tabunganku habis, keluargaku hancur, dan satu-satunya alasan aku bertahan—yaitu uang untuk pengobatan mereka—kini sudah habis.
Aku menoleh ke arah Erlangga yang masih berdiri tegak di ambang pintu seperti bayangan maut. Dia menyaksikan semua kerapuhanku dengan tatapan datar. Di saat itulah aku menyadari, kemiskinan dan kemalangan keluargaku adalah senjata paling ampuh bagi Erlangga untuk menjeratku.
"Sudah cukup pertemuannya?" suara dingin Erlangga membelah suasana haru itu.
Ia berjalan mendekat, seolah tak peduli dengan tatapan benci dari Mas Reyhan. Erlangga meletakkan tangannya di pinggangku, menarikku posesif ke sisinya.
"Biaya pengobatan selanjutnya, serta semua kebutuhan rumah ini, akan menjadi tanggung jawabku mulai detik ini," ucap Erlangga pada Mas Reyhan. "Sebagai gantinya, Ashilla akan ikut denganku. Selamanya."
Aku menatap Mas Reyhan yang hendak memprotes, namun aku menggeleng pelan. Jika Mas Reyhan melawan, Erlangga bisa menghancurkan sisa-sisa keluarga kami dalam sekejap. Aku harus mengorbankan diriku sepenuhnya demi mereka tetap bisa bernapas.
Ayah yang sedari tadi hanya terdiam di kursi rodanya, perlahan menggerakkan tangannya yang gemetar. Ia meraih jemariku, menggenggamnya dengan sisa tenaga yang ia miliki. Matanya yang sayu dan berkaca-kaca menatapku dengan tatapan yang menghujam jantung.
"Shilla..." suaranya parau, nyaris seperti bisikan yang pecah. "Maafkan Ayah, Nak. Ayah sudah jahat padamu. Ayah menjadikanmu mesin pencetak uang... Ayah menjadikanmu pelunas hutang atas kesalahan yang Ayah perbuat."
Air mata Ayah luruh, jatuh membasahi punggung tanganku. "Seharusnya Ayah yang melindungimu, bukan malah menjual masa depanmu. Maafkan Ayah yang pengecut ini, Shilla. Ayah benar-benar menyesal."
Tangisku pecah seketika. Aku berlutut di depan kursi rodanya, menyembunyikan wajahku di pangkuannya. Rasa sakit hati yang selama ini kupendam karena merasa dikhianati oleh keluarga sendiri sedikit melunak melihat penyesalan tulus di mata Ayah.
Erlangga, yang sejak tadi berdiri diam dengan aura dingin yang mendominasi ruangan, tiba-tiba melangkah maju. Ia meletakkan tangannya di bahuku, namun kali ini gerakannya terasa lebih tenang, meski tetap posesif.
Ia menatap Ayah dengan tatapan tajam yang tak terbaca. "Penyesalan tidak akan mengubah apa yang sudah terjadi, Pak," suara Erlangga berat dan berwibawa. "Ashilla sudah berada di tangan saya sekarang."
Erlangga kemudian beralih menatap Mas Reyhan dan Mbak Lisa yang terpaku di sudut ruangan. "Kedatangan saya ke sini bukan hanya untuk mengantarnya berkunjung. Saya ingin menyampaikan secara resmi bahwa saya akan menikahi Ashilla."
Suasana ruangan mendadak hening. Mas Reyhan tampak ingin memprotes, namun Erlangga segera melanjutkan.
"Pernikahan ini akan dilakukan secepatnya secara sah. Saya akan menjamin seluruh biaya pengobatan Anda, kehidupan Ibu, dan melunasi semua sisa hutang keluarga ini tanpa sisa. Ashilla tidak akan lagi menjadi 'pelunas hutang', tapi dia akan menjadi istri saya. Nyonya di rumah saya."
Aku mendongak, menatap wajah Erlangga yang nampak begitu serius. Kalimatnya terdengar seperti penyelamat bagi keluargaku, namun bagi diriku sendiri, itu adalah pengumuman bahwa aku akan terikat selamanya dengan pria yang masih menganggapku sebagai bayangan Sarah.
Ayah hanya bisa terisak, tak berdaya untuk menolak tawaran yang sekaligus merupakan ancaman itu. Di bawah tatapan semua orang, Erlangga menarikku berdiri, mengukuhkan dominasinya. "Persiapan akan dimulai besok. Ashilla milikku, dan kali ini, dunia akan mengetahuinya."
***
Bersambung...
wah ga mati ini cuma pergi ma lelaki lain ,,