Jian Feng, seorang anak haram dari keluarga bejat, dipaksa menikahi Lin Xue, gadis cantik namun cacat dan sekarat.
Dipertemukan oleh takdir pahit dan dibuang oleh keluarga mereka sendiri, Jian Feng menemukan satu-satunya alasan untuk hidup: menyelamatkan Lin Xue. Ketika penyakit istrinya memburuk, Jian Feng, yang menyimpan bakat terpendam, harus bangkit dalam kultivasi. Ia berjanji: akan menemukan obat, atau ia akan menuntut darah dari setiap orang yang telah membuang mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agen one, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27- Makhluk petir
Jian Feng dan Lin Xue diam. Mereka merasa lega karena lolos dari kejaran Sekte Api Merah, tetapi ada rasa khawatir yang mencekik terkait penjaga goa yang baru saja mereka temui.
Suara rayapan monster mulai terdengar lagi. Kali ini tidak di luar, melainkan di dalam goa. Jian Feng dan Lin Xue menoleh ke atas, menatap kegelapan yang pekat.
Delapan titik siluet mata merah perlahan mendekat, bergerak turun dari langit-langit. Auranya memancarkan keganasan dan kelaparan—aura predator tingkat tinggi.
Lin Xue, yang berada di pelukan Jian Feng, bergetar hebat. "M-monsternya datang! B-bagaimana ini? Apa dia akan memakan kita? Kalau dia memakan kita, apakah dia akan memuntahkan tulangku atau mencernanya? Setelah dicerna, apakah aku akan menjadi kotoran monster? Apakah kotoran monster itu bisa dijual sebagai pupuk spiritual di pasar gelap? Jian Feng, jawab aku!"
Jian Feng bukannya panik karena monster itu. Ia justru sedikit cekikikan pelan, suara tawa yang terdengar seperti gesekan batu. Lin Xue yang biasanya cerewet dengan topik sehari-hari, kini menjadi cerewet dengan teori kotoran monster, menunjukkan betapa paniknya dia.
Perlahan monster itu mendekat, turun ke lantai goa. Ketika sudah dekat, siluet gelap itu diterangi cahaya samar dari luar, memperlihatkan sosok aslinya.
Jian Feng dan Lin Xue melotot serempak.
"Laba-laba Petir!" gumam Jian Feng, suaranya dipenuhi keterkejutan.
Seekor laba-laba raksasa, seukuran kerbau, dengan bulu hitam yang dihiasi kilatan listrik samar, berdiri tegak di depan mereka. Delapan mata merahnya menatap tajam, tetapi anehnya, tatapan itu terasa jinak, bahkan sedikit memohon.
Laba-laba itu berjalan mendekat ke arah Jian Feng dan menundukkan kepalanya yang besar di depan kaki Jian Feng, seolah meminta upah atas kerja kerasnya mengusir dua kultivator Sekte Api Merah.
"Kau... ingin sesuatu?" Jian Feng bingung. Ini adalah pertama kalinya monster Tingkat Tinggi bersikap sopan padanya.
Ia mencoba mengulurkan tangan yang gemetar dan mengelus kepala laba-laba tersebut, lalu sedikit menyalurkan Qi Petir miliknya—Qi Petir murni, yang ia tahu sangat berharga bagi makhluk berelemen Petir.
BZZZT!
Laba-laba tersebut mengeluarkan suara kegirangan—bunyi getaran yang terdengar seperti listrik statis—karena mendapat Qi Petir. Itu terasa seperti makanan yang manis dan berharga. Ia tampak bahagia dan terus menyodorkan kepalanya, meminta lebih.
"Dasar rakus." kata Jian Feng, memberinya sedikit Qi lagi.
Setelah mendapat 'cemilan' petir, laba-laba itu tiba-tiba melesat keluar dengan cepat, menghilang ke dalam kegelapan mulut goa.
"Dia... jinak?" Lin Xue sampai terheran-heran dengan kejadian tidak masuk akal itu.
Jian Feng mengangguk. "Ya, dia sepertinya suka kepadaku. Mungkin karena Qi Petirku lebih murni daripada Qi Petir yang pernah ia rasakan."
Tiba-tiba, Laba-laba Petir itu kembali. Kali ini, ia membawa sesuatu di punggungnya. Seekor ikan besar dengan sisik berkilauan yang tampaknya baru saja ia tangkap dari sungai terdekat.
Laba-laba itu menjatuhkan ikan tersebut di depan Jian Feng, kembali menunduk, meminta imbalan.
Jian Feng tertawa geli, mengelus kepala laba-laba itu, dan memberinya 'hadiah' Qi Petir lagi.
"Y-yah, setidaknya kita mendapatkan makanan." kata Jian Feng, mengambil ikan besar yang masih segar itu "Dia pasti melihat kita sedang kelaparan."
Jian Feng, dengan susah payah, memegang ikan tersebut. Ia menutup mata dan mencoba mengalirkan Qi Petirnya ke telapak tangan.
Bzzzt!
Kilatan listrik biru menyelimuti ikan itu. Dalam waktu yang sangat singkat, ikan tersebut langsung matang merata, mengeluarkan asap, dan aroma ikan bakar yang lezat memenuhi goa. Teknik ini adalah aplikasi sederhana dari Qi Petir untuk menghasilkan panas ekstrem.
Jian Feng membelah ikan itu menjadi dua bagian. "Makanlah, Nona Cerewet. Jangan sampai kau pingsan karena lapar lagi."
Lin Xue tidak perlu disuruh dua kali. Ia makan dengan girang, air matanya menetes bukan karena sedih, tapi karena rasa makanan hangat yang luar biasa nikmat di tengah pelarian.
"Enak sekali, Jian Feng! Dagingnya manis, dan ada rasa listriknya sedikit! Aku tidak tahu ikan bisa dimasak secepat ini! Boleh aku beri nama laba-laba itu?" Lin Xue langsung kembali cerewet setelah perutnya terisi.
Jian Feng, yang juga makan dengan lahap, menatap Laba-laba Petir yang duduk diam di samping mereka, mengawasi.
"Tidak perlu. Dia bukan hewan peliharaan. Dia hanya penjaga sementara yang dibayar dengan Qi Petir." jawab Jian Feng.
"Kalau begitu, aku akan memanggilnya Petir Kecil. Dia sangat baik!" sela Lin Xue, tidak peduli.
"Terserah kau saja." gumam Jian Feng pasrah, menikmati ikan bakarnya, merasa lebih kuat setelah mendapatkan asupan energi dan rasa aman yang tak terduga.