“Anak? Aku tak pernah berharap memiliki seorang anak denganmu!”
Dunia seolah berhenti kala kalimat tajam itu keluar dari mulut suaminya.
.
.
Demi melunasi hutang ayahnya, Kayuna terpaksa menikah dengan Niko — CEO kejam nan tempramental. Ia kerap menerima hinaan dan siksaan fisik dari suaminya.
Setelah kehilangan bayinya dan mengetahui Niko bermain belakang dengan wanita lain. Tak hanya depresi, hidup Kayuna pun hancur sepenuhnya.
Namun, di titik terendahnya, muncul Shadow Cure — geng misterius yang membantunya bangkit. Dari gadis lemah, Kayuna berubah menjadi sosok yang siap membalas dendam terhadap orang-orang yang menghancurkannya.
Akankah Kayuna mampu menuntaskan dendamnya??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SooYuu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 27
“Bedebah!” Adrian mencekal tangan Niko. Tatapannya meruncing sengit — menancap di wajah pria berdarah iblis itu.
Brak!
Ia menghempaskannya kuat, sampai tubuh besar Niko terpelanting usai terbentur keras meja.
“Akhhh!” Niko mengerang, sambil mengepal erat.
Dengan postur tingginya, Adrian berdiri di depan Kayuna seolah melindungi, tak memberi celah siapapun yang hendak menyentuh Kayuna.
“Kamu nggak apa-apa?” tanyanya lembut setelah berbalik ke arah wanita yang tampak terkejut di sudut ruangan.
Kayuna berdiri kaku seraya meremas tali tas kecilnya. Ia mengangguk dengan tatapan lega setelah melihat Adrian muncul. “Aku nggak apa-apa.”
Niko tergopoh bangun dari jatuhnya. “Kalian ….”
“Security akan segera datang!” seru Danar yang masih berdiri di ambang pintu. “Bos, sebaiknya kita pergi sekarang.”
Adrian mengangguk, lalu meraih lengan Kayuna. “Kita keluar sekarang.”
Bersamaan dengan langkahnya yang menuju pintu. Niko berhasil mencengkram tangan Kayuna. “Mau ke mana, Kau?”
Adrian dan Kayuna terhenti. Lalu menoleh ke Niko.
“Singkirkan tangan kotormu!” sinis Adrian.
Niko tersenyum miring. “Kau lupa, Adrian? Siapa Kayuna? Beraninya kau membawanya pergi bahkan—”
“Kita sudah bercerai!” Kayuna menghentakkan tangan kuat-kuat, melepas genggaman Niko. “KITA SUDAH CERAI!”
“Jadi kau sudah tidak berhak melarangku lagi. Siapapun dan di manapun aku pergi, itu bukan urusanmu, Brengsek!” sungut Kayuna.
Di ruangan sempit nan menyesakkan itu, udara AC menderu, seolah mengiringi perlahan tiap detakan jantung yang tak beraturan.
Niko masih mengeraskan tatapannya, tapi seketika luruh — menurunkan cengkeramannya. “Cerai?”
“Iya. Kau lupa? Amnesia? Kau bukan siapa-siapa lagi bagiku, Niko.” Kayuna menajamkan kalimatnya, sebelum akhirnya keluar bersama Adrian.
‘Cerai?’ batin Airin sambil menatap bingung. Dia belum tahu bahwa Niko dan Kayuna sudah resmi bercerai.
***
Ceklek!
Niko menoleh. Dahinya mengerut kala melihat Kevin masuk ruangan dengan tergesa, bahkan tak mengetuk pintu. Tidak seperti biasanya.
“Ada apa?” tanyanya dingin.
“Maaf, Pak. Saya baru saja mendapat laporan dari departemen pemasaran, model yang ditunjuk menjadi BA membatalkan kontrak secara sepihak.” Kevin mengatakan dengan lugas, meski matanya menunjukan ketegangan.
Seringai sinis terulas di wajahnya. Niko sudah sangat menduga, ini adalah bagian dari rencana Adrian dan Kayuna.
“Gunakan saja model yang lain, aku akan mengurus dan membahasnya dengan Ferdy,” kata Niko santai.
“Tapi, Pak ….” Kevin tampak gelisah. “Pak Ferdy … ingin menarik kembali investasinya.”
Manik legam Niko berkilat tajam. “Apa?!”
“Asistennya menyampaikan, beliau akan kembali berinvestasi jika model BA-nya adalah Nyonya Kayuna, bukan yang lain,” jelas Kevin.
“Sial!” Niko mendengus kesal, cengkramannya pada map coklat itu semakin erat.
“Apa lagi? Cepat katakan!” bentaknya saat melihat Kevin terus memutar bola mata, seolah ingin menyampaikan hal lain.
Kevin meneguk ludah kasar. “Dan baru saja, saya mendengar berita tak mengenakkan. Para karyawan menggunjing Airin dan membicarakan tentang ….” Ia menggantung kalimatnya, ragu ingin melanjutkan.
“Apa? Bicara yang jelas!”
“Para karyawan terus membicarakan dugaan hubungan gelap antara Anda dan Airin. Berita kehamilan Airin sudah menyebar ke penjuru gedung.” Kevin mengatupkan bibir, setengah ngeri kalau-kalau salah melaporkan informasi.
“Sialan!” Niko meraup kasar wajahnya. Tangannya memijat erat pelipisnya.
Belakangan, masalah terus berentetan menyerangnya. Seolah tak memberinya celah untuk bernapas lega.
Ayahnya yang sudah bertahun-tahun di luar negeri, mendadak kembali dan membuatnya berada di ujung tekanan.
Mantan istri kecil yang dianggapnya bodoh, tiba-tiba berubah menjadi jalang liar yang berani membangkang.
Investor yang sangat penting dan sulit didapatkan selama ini, menarik investasinya kembali tepat setelah ia berhasil memohon seperti pengemis, bahkan menurunkan ego dan harga diri.
Sekarang, ditambah lagi dengan masalah wanita simpanannya yang ternyata hamil, bahkan berita perselingkuhannya menjadi perbincangan hangat seluruh penghuni gedung.
“Arrghhh!” Niko membalikkan meja kerjanya.
Seluruh barang miliknya berhamburan di lantai. Komputer, ponsel, tumpukan dokumen, hingga plakat nama dan jabatannya pun jatuh, seolah sudah tak lagi berharga.
Dalam sekejap, hidupnya terasa diambang kehancuran.
“Adrian … Kayuna … kalian akan membayar semuanya.”
***
“Akkhhh!! Sakit!” Airin menjerit, kala Niko menghempaskannya kuat hingga membuatnya terjerembap.
“Hamil kau bilang?!” tanya Niko tajam.
Niko meraih rambut Airin yang diikat asal. “Kau berharap setelah berhasil hamil? Hah?!” desisnya. “Kau berharap aku akan menikahimu?!”
“M-mas ….” Airin tercekat.
Pria berwajah garang itu tampak geram, pupilnya memerah penuh amarah. “Gugurkan kandunganmu. Minum banyak soda, pil perontok janin, atau racun sekalian! Apapun itu, singkirkan bayimu!”
Ia lalu melepas cengkramnya.
“Uhuk! Uhuk!” Airin terbatuk sambil menghirup rakus udara yang menyesakkannya sejak tadi.
“Mas! Ini anakmu!” teriak Airin. Tangannya mengepal erat, tapi tubuhnya sudah tak berdaya melawan Niko.
Senyuman sinis terbias di wajahnya, Niko menyorot Airin dengan tatapan bak singa yang siap menerkam.
“Anakku? Jangan konyol Airin. Aku nggak mungkin mau memiliki anak dari wanita simpanan sepertimu! Apa kata media nanti, aku baru saja resmi bercerai tiba-tiba memiliki anak, dari seorang pel*cur?!”
“Jaga bicaramu, Mas! Bukankah kita melakukannya karena saling menyukai? Kau mau lepas tanggung jawab? Hah?!”
Niko terkekeh pelan, lalu mendekatkan diri pada perempuan yang kini mengandung anaknya itu. “Singkirkan bayi itu! Jangan menghalangi jalanku. Jangan berani-berani menyebarkan berita apalagi sampai keluargaku tau. Kau mengerti?”
“Jangan membuat onar dan turuti perintahku,” ucapnya lagi.
Brak!
Niko menutup pintu kamar dengan keras. Ia sengaja mendatangi Airin ke apartemennya, laki-laki bertabiat jahat itu memberi peringatan, agar wanita sundal itu melenyapkan bayinya.
“Sial!” Airin mendengus kesal.
Dadanya terasa mendidih, menumpuk amarah yang tertahan.
“Gugurkan bayi?” sinisnya. Tatapannya meruncing membelah seisi ruangan.
“Kenapa sikapnya berubah? Atau memang ini sifat aslinya? Dia selalu seperti ini saat bersama Kayuna?”
Airin terus bergumam berusaha memecahkan isi pikirannya yang rancu.
“Keluarga? Apa aku harus mendatangi keluarganya? Aku takkan menyerah Niko. Aku sudah melangkah sejauh ini, aku takkan mundur!”
.
.
.
Di sebuah bangunan bergaya eropa, dengan lapisan cat berwarna emas pucat. Sorot senja memantul di antara jendela kaca. Airin tampak menilik dengan saksama.
“Wah … aku tau dia kaya, tapi aku nggak nyangka dia sekaya ini. Apa kayuna … juga bersenang-senang di rumah megah ini?”
.
.
.
Bersambung.