Hujan deras membasahi batu kerikil dan kayu bantalan rel kereta, sesekali kilatan petir merambat di gelapnya awan.
Senja yang biasanya tampak indah dengan matahari jingganya tergantikan oleh pekatnya awan hitam.
Eris berdiri ditengah rel kereta tanpa mantel hujan, tanpa payung, seluruh pakaiannya basah kuyup sedikit menggigil menahan dingin.
Di Hadapannya berdiri seorang gadis memakai gaun kasual berwarna coklat.
Pakaiannya basah, rambutnya basah, dan dari sorot matanya seperti menyimpan kesedihan yang mendalam, seolah menggambarkan suasana hatinya saat ini.
Wajahnya tertunduk lesu, matanya sembab samar terlihat air mata mengalir di pipi bercampur dengan air hujan yang membasahinya.
“Eris, apapun yang terjadi aku tidak ingin kehilangan kamu” ucap Fatia
Bagaimana kisah lengkapnya?
Selamat membaca!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Toekidjo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lupa Sapu Nenek Sihir
Suasana diruang keuangan yang semula tegang, seketika berubah menjadi hangat.
Fatia yang sedari tadi terlihat berkobar-kobar kini tersenyum malu, pipinya memerah bak udang rebus.
“Oh, jadi kalian sudah saling kenal” tanya ibu Khodijah setelah melihat ekspresi kedua pemuda di hadapannya yang saat ini sedang cengar-cengir
“Benar ibu, saya belum sempat memberitahunya kalau saya juga bekerja ditempat ini” jawab Eris
“Karena saya jadwal keluar kantor, dari awal Fatia masuk kerja belum pernah bertemu” ucap Eris menjelaskan
“Oh ternyata begitu” jawab ibu Khodijah singkat
“Baiklah, jika sudah tidak ada yang ingin disampaikan. Saya mohon ijin kembali keruangan” ucap Eris berniat berpamitan
Fatia yang sedari tadi hanya diam dan tersenyum malu, menutupi mulutnya dengan lembaran kertas dokumen yang dia pegang.
Berkata dengan malu-malu saat Eris beranjak dari duduknya dan melangkah meninggalkan ruangan itu
“Jangan lupa dengan hukumanmu” ucap Fatia
“Baik” jawab Eris sembari berlalu pergi
Setelah Eris menutup pintu, hati Fatia jadi tak menentu seolah belum rela pertemuan setelah beberapa hari berharap hilang begitu saja. Spontan terpikir olehnya untuk pergi menyusul Eris.
“Maaf ibu, saya ke toilet dulu” ucap Fatia tergesa-gesa
Tanpa menjawab ibu Khodijah hanya tersenyum dan menggelengkan kepala
Setelah berada diluar ruangan Fatia menoleh kekanan dan kekiri,
“kemana ruang divisi IT?” Tanyanya dalam hati
Kemudian berlari ke arah pintu, dan benar saja tampak dari kejauhan Eris sedang berjalan di sebuah koridor
“Eris” teriak Fatia
Eris menoleh ke arah suara tersebut, dilihatnya Fatia sedang berlari ke arahnya
Dan..
“Bukk” suara yang terdengar saat tubuh Fatia seolah menghantam tubuh Eris yang sedang berdiri mengamati dan tidak sempat mengelak lebih tepatnya tidak mengelak
Begitulah pelukan itu terjadi, ditengah koridor penghubung antara gedung utama dengan gedung bagian keuangan.
Kondisi koridor memang sangat lengang karena semua staff sedang bekerja di ruangan masing-masing
Tidak ada seorangpun yang melintas, hanya kupu-kupu kecil yang terbang kesana-kemari terkadang hinggap di pucuk bunga hias yang tumbuh segar di sepanjang pinggiran koridor.
“Kenapa tidak bilang kalau kamu juga kerja disini?” Ucap Fatia yang masih dalam posisi memeluk tubuh Eris dengan erat
“Sebenarnya aku langsung mau bilang, saat pertama bertemu. Tapi melihat ekspresimu waktu itu aku urungkan” jawab Eris dengan lembut
“Lepaskan pelukanmu, di jam kerja tidak boleh seperti ini. Nanti ada yang lihat” ucap Eris
“Biarkan sebentar lagi” ucap Fatia
Eris hanya diam membiarkan, karena sejatinya dia juga menginginkannya
Sembari mengelus rambut Fatia yang begitu halus, Eris berkata pelan
“Bagaimana hari-harimu bekerja disini, pasti kamu banyak kesulitan?”
“Tidak juga, disini orangnya baik-baik dan saling membantu. Kesulitanku cuman satu yaitu gak ada kabar sama sekali dari kamu” ucap Fatia manja
Dengan tersenyum Eris menjawab
“Maaf” kemudian berusaha melepas pelukan Fatia
“Sudah jangan pelukan terus, ntar kelamaan dosa” ucap Eris menggoda
Fatia hanya tersenyum kemudian berkata
“Dimana sayapmu, busur panahmu juga kau sembunyikan dimana?” Tanya Fatia sambil memegangi lengan Eris seperti mencari sesuatu
Eris kebingungan mendapat perlakuan seperti itu, karena dia tidak tahu sama sekali apa yang Fatia bicarakan
“Maksud kamu apa?” Eris bertanya dengan ekspresi bingung
“Emm.. nanti aja deh ngobrolnya” jawab Fatia
“Yaudah sekarang kamu kembali keruangan, nanti dicariin sama ibu Khodijah” ucap Eris
“Ok, kamu juga. Sampai ketemu di kantin jam makan siang ya” ucap Fatia sembari melangkah pergi..
Eris hanya tersenyum geleng-geleng kemudian melangkah pergi dari tempat itu
Sesampainya di meja kerjanya Eris langsung menyandarkan punggungnya ke kursi kerja, dan menarik nafas panjang.
Subehan yang melihat itu, penuh penasaran langsung bertanya
“Gimana, bagian keuangan bilang apa? Kita dapat bonus atau sebaliknya?” Tanya subehan dengan nada penasaran
“Ngarep dapet bonus, ngimpi kau” jawab Eris
“Trus apa dong?” Tanya subehan
“Jangan bilang kita ada masalah” lagi Subehan bertanya
“Divisi IT gak ada masalah, kamu juga gak ada masalah, yang ada masalah itu aku” jawab Eris yang membuat Subehan makin penasaran
“Maksudnya gimana, coba jelaskan” Subehan yang makin penasaran bertanya sambil menggeser kursi yang diduduki mendekat ke arah Eris
“Jadi gini, aku lupa balikin sapu nenek sihir, tadi nenek sihir menemui ku minta supaya sapunya dibalikin, sedangkan aku lupa naruh sapunya dimana” jawab Eris
Subehan yang mencoba memahami maksud dari perkataan Eris, sambil jari tangan diletakan di dagu membentuk pistol.
“Hemmm,.... Menarik, terus?” ucap Subehan
“Tanpa sapu itu nenek sihirnya gak bisa pergi kemana-mana dong” jawab Eris
“Trus, trus” tanya Subehan nampak makin antusias
“Sebagai ganti rugi, aku harus antar itu nenek sihir itu kemanapun dia pergi kapanpun dia mau” jawab Eris
Subehan yang sudah mengenal Eris cukup lama, tau betul arah pembicaraan mereka ini
“Apakah benar itu nenek sihir? Ataukah bidadari yang kamu curi selendangnya saat mandi di air terjun?” tanya Subehan
“Hahahaha” mereka berdua tertawa
“Cewek mana yang bisa meruntuhkan singgasana hatimu?” Tanya Subehan
“Ada deh, nanti juga kamu akan tahu sendiri” jawab Eris
“Kalau gitu Rini bisa dong buat aku, selama ini kan dia ngejar-ngejar kamu terus” ucap Subehan
“Ambil-ambil, lagian juga udah aku bilang enggak Rini nya aja yang begitu” jawab Eris
“Perasaan emang gak bisa dipaksakan, belum tentu juga Rini mau sama aku” ucap Subehan
“Coba dulu, jangan menyerah sebelum berperang” jawab Eris
“Hahahaha” mereka berdua tertawa
Ditengah asiknya mereka berdua ngobrol, terdengar bunyi telepon berdering
Kriing.. kriiing.. kriiing…
“Halo selamat siang, dengan divisi IT ada yang bisa kami bantu” ucap Subehan
“Halo selamat siang, di ruang kasir aplikasinya problem. Mohon bantuannya ya” jawab seseorang dari ujung telepon satunya
“Baik, kami segera menuju kesana” ucap Subehan
“Dari mana?” Tanya Eris
“Kasir, aplikasinya problem” jawab Subehan
“Wah, bentar lagi jam istirahat. Aku ada janji dengan nenek sihir” ucap Eris
“Gak apa-apa aku aja yang ke kasir” ucap Subehan
“Jangan lupa nyusul ke kantin, jam istirahat ya” ucap Eris
“Ok” jawab Subehan sambil berlalu pergi
Jam menunjukan tepat pukul dua belas siang, tiba waktunya istirahat kerja.
Eris bangkit dari posisi duduknya kemudian mengeluarkan kotak bekal makan siang dari dalam tas. Setelah itu melangkah keluar menuju kantin.
Sesampainya di kantin, tidak perlu waktu lama Eris menemukan Fatia sedang duduk di salah satu meja disana.
“Hai, sudah lama menunggu?” Tanya Eris
“Belum, baru juga duduk” jawab Fatia
Setelah itu mereka berdua membuka bekal makan siang masing-masing kemudian mulai melahapnya, sesekali berbincang ringan dan saling bertukar makanan.
Tidak berapa lama, Subehan datang menghampiri mereka
“Ehm.. ehmm.. “ suara Subehan mengagetkan Fatia dan Eris yang tengah berebut makanan.
“Han, kapan datang, kok aku gak lihat kamu datang” tanya Eris sambil tersenyum malu
“Ya, ya, ya,.. buruan diinget-inget naruh sapunya dimana, kalau enggak ntar ditemuin orang” ledek Subehan
“Hahaha, oia.. kenalin ini Fatia, staff keuangan yang baru pengganti ibu Khodijah” ucap Eris
“Fatia ini Subehan rekan kerjaku di divisi IT” lanjut Eris memperkenalkan keduanya
“Hai, Fatia, Subehan” keduanya sambil bersalaman
Setelah saling berkenalan mereka bertiga melanjutkan makan siang, diselingi obrolan-obrolan dan tawa canda bersama.
Disalah satu meja lain, seseorang mengawasi mereka dengan tatapan sinis.
“Tak akan kubiarkan orang baru itu merebut Eris dariku” ucap Rini dalam hati
Kemudian berjalan menghampiri mereka bertiga, dan langsung duduk disamping Eris
“Eris, kemana saja tidak pernah kelihatan. Aku kangen tau” ucap Rini dengan mencoba memegangi lengan Eris.
Eris mencoba menepis tangan Rini dan menggeser posisi duduknya
“Aku ada jadwal diluar kantor seminggu ini” jawab Eris dengan ekspresi risih
“Kamu, gitu sekarang sombong banget sama aku” jawab Rini sembari kembali mencoba meraih lengan Eris
Eris yang tampak kebingungan mendapat perlakuan itu, mencoba memberikan kode kepada Subehan dengan cara menendang sepatu Subehan perlahan. Dengan gerakan mata bergerak-gerak ke arah Subehan Eris mencoba bangun dari duduknya untuk bertukar posisi.
Subehan yang sudah memahami situasi tersebut, merespon dengan cepat. Menggeser posisi duduknya hingga tepat disamping Rini.
“Hai, Rin” ucap Subehan
“Kenapa kamu menghalangiku, aku mau duduk dekat Eris” ucap Rini
“Eris sedang makan, kamu ngobrol sama aku saja ya” jawab Subehan
Rini yang menyadari trik mereka bertiga, beralih menatap Fatia dengan tatapan sinis
“Aku tidak akan membiarkanmu merebut Eris dariku” ucap Rini sembari melangkah pergi meninggalkan tempat itu
Fatia yang berpura-pura tidak mengerti apa yang terjadi, basa-basi bertanya
“Dia kenapa?”
“Lupakan saja, anggap dia tidak ada” jawab Eris