NovelToon NovelToon
REINKARNASI MAFIA

REINKARNASI MAFIA

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Preman / Fantasi / Mafia / Fantasi Wanita
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: ridwan jujun

menceritakan tentang seorang wanita yang terlahir lagi menjadi seorang mafia untuk membalaskan dendam

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ridwan jujun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

penyelamat datang

Liana berjalan menunduk sambil memegang lengannya, ia memikirkan apa yang harus ia lakukan sekarang? Khayalan yang ia ciptakan untuk mengubah kehidupannya semuanya gagal, bukannya semakin memperbaik malah memperburuk.

Sekarang lihat dirinya tidak bisa kembali sekarang, seandainya sejak saat itu ia melakukan hal yang sama seperti kehidupan sebelumnya mungkin saat ini Arion dan yang lain sedang menuju kemari.

"Kau mau kemana?!"

Liana terkejut lalu berbalik ke belakang, ternyata Marvin.

"Apa kau sudah jera?"

Liana menunduk, untuk menanggapi pertanyaan pria ini sepertinya hanya memperburuk keadaan.

"Ikut aku! Sesuai keinginan mu, kau lebih baik dikurung dari pada membuat onar!" Marvin pergi mendahului, Liana hanya pasrah sepertinya ini akan lebih baik dari pada harus berkeliaran.

Marvin membuka ruangan yang sangat dingin dan sedikit gelap, ruangan yang kecil juga hanya ada 2 lubang angin-angin dan jendela yang segel besi terlihat ini adalah tempat yang tidak digunakan. Hanya ada lemari kayu dan ranjang saja di sana, benar-benar seperti ruang tahanan.

"Sudah cukup kau membuat masalah di Mansion ku, seharusnya sejak dulu tempat mu memang di sini. Kau pikir aku bawa kau ke sini untuk tinggal seenak mu seperti tempat kediaman pria mu? Bahkan jika untuk kandang singa pun ini masih terlalu bagus," smirk Marvin.

Liana hanya diam, Liana diam bukan karena pasrah melainkan berpikir bagaimana caranya ia bisa menghubungi Ayahnya atau mereka?

"Cepat masuk!"

Liana melirik tubvh Marvin, namun ia tak sengaja melihat benda pipih yang ada di saki celana Marvin. Itu ponsel, setelah ia dikurung mustahil baginya bisa keluar lagi jadi ini adalah kesempatan pertama dan terakhirnya.

"Kenapa diam saja?! Kau ingin aku paksa?!"

Liana menghela nafas, ia pun melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam. Tapi tiba-tiba Liana tersandung kakinya sendiri sehingga ia menabrak Marvin.

𝘉𝘳𝘶𝘶𝘬𝘬!

Marvin dan Liana jatuh bersamaan, Marvin di bawah sedangkan Liana di atas.

"Aishh! Gadis si4lan! Apa kau tidak punya mata?!" bentak Marvin.

"Ma–maaf, aku tersandung,"

"Menyingkir!"

Marvin menarik rambut Liana untuk menyingkir dan berdiri tapi ia tidak melepaskan jambakan pada rambut Liana.

"Aww!" rintih Liana.

"Aku heran, kenapa mereka bisa menyukai gadis bod0h seperti mu?!" Marvin menarik rambut Liana kemudian ia hempaskannya ke ruangan kosong itu.

"Aghk!" Liana tersungkur.

"Ini belum berakhir! Lihat saja, aku akan kembali untuk menyiks4 mu setelah pekerjaan ku yang tertunda karena mu!"

𝘉𝘙𝘈𝘈𝘒!

Pintu tertutup serta dikunci dari luar, Liana mengepalkan kedua tangannya melirik tajam ke arah pintu. Liana tersenyum seringai.

"Gadis yang kau katakan bod0h, belum tentu bisa mengambil kesempatan ini,"

Saat mereka terjatuh tadi, Liana sengaja menjatuhkan diri pada Marvin. Tujuannya untuk mengambil ponsel pria itu, untungnya saat terjatuh ponsel yang di saku Marvin merosot ke luar sehingga dengan mudah Liana mengambil dan langsung menyembunyikan ke dalam bajunya.

"Sepertinya aku punya kemampuan untuk mencuri, hhhh,"

Liana bangkit dari lantai lalu menghidupkan ponsel Marvin. Si4lnya ponsel ini memiliki pola dan akan sulit untuk membukanya.

"Pake pola segala lagi. Coba kita buat huruf 'M',"

Liana mencoba menggambar pola dalam bentuk huruf 'M', tapi salah. Kemudian ia coba lagi namun hasilnya tetap sama, sampai waktu mencoba pola habis jadi ia harus menunggu beberapa menit agar bisa menggambar pola lagi.

"Si4l! Aku tidak tahu polanya– eh tunggu, 'kan ada nomor darurat? Kita coba!"

Liana tetap tidak habis pikir, ia akan menggunakan segala cara untuk bisa membuka ponsel ini.

"Bisa ... akhirnya bisa!" senyum Liana.

"Bod0hnya aku tidak terpikirkan dari tadi,"

"Eh tunggu, itu artinya Marvin tidak salah dong menyebut bahwa aku 'Gadis bod0h?'" merenung.

"Ah! Apa sih, aku tidak sebd0h itu!"

-

-

Marvin menutup pintu ruangannya, ia jadi merasa kesal karena Liana.

"Aku tidak tahu apakah aku menyesal membawa gadis bod0h itu sebagai umpan? Kenapa juga waktu itu aku penasaran dengan gadis yang di sukai 8 Mafia id10t itu? Setelah ku tahu ternyata dia sangat buruk!" makinya.

Marvin menyisir rambutnya lalu ia merogoh saku celananya.

"Loh, ponsel ku ke mana?!" lalu ia merogoh saku celana satunya.

"Tidak ada!" Marvin kembali berpikir.

"Tidak mungkin ku tinggalkan di ruang Kak Arvin?" tak ambil pusing Marvin keluar uang mengambil ponsel di ruangan Arvin sebelum mengurung Liana.

Sesampainya di ruangan Arvin, ia langsung masuk tanpa mengetuk pintu.

"Kak, apa kau melihat ponsel ku?"

Terlihat Arvin sedang duduk di kursinya sembari membaca sebuah buku besar seperti dokumen.

"Tidak!" singkat Arvin tanpa menoleh.

"Ku rasa tadi aku sudah membawanya,"

Arvin tidak menjawab karena ia sibuk, Marvin terpaksa mengecek seluruh ruangan Arvin sampai Arvin tidak konsentrasi membaca karena suara berisik Marvin.

"Bisa diam tidak kau ini?!"

"Aku mencari ponsel!"

"Beli saja apa susahnya?!"

"Di ponsel itu masih ada file-file penting! Jadi mana bisa ku beli lagi!"

"Di sini tidak ada ponsel mu! Keluar dan jangan menggangguku!"

Marvin pun kesal dan langsung keluar dari ruangan Arvin.

Marvin berdiri di depan pintu sambil berpikir terakhir kali ia berada. Lalu ia teringat bahwa ia baru saja dari ruangan Liana, mungkin saja saat ia terjatuh tadi ponselnya tertinggal. Marvin pun langsung pergi tak pikir panjang.

Marvin melihat sekitar lantai, namun tidak ada ponsel yang tertinggal.

"Kalau saja di ponsel itu tidak ada yang penting, aku akan membelinya lagi!" kesal Marvin.

Matanya langsung tertuju pada pintu yang di mana ada Liana di dalam, lalu ia membuka gembok dan membuka pintu.

Ia melihat seorang gadis masih duduk di lantai namun dengan posisi meringkuk, Liana mendongak dengan mata sembab.

"Oh sh*t!" Marvin kembali menutup pintunya.

Liana tersenyum miring lalu menghapus air mata palsunya.

"Lihat, yang bod0h adalah kau."

-

-

1 minggu kemudian.

Liana tidak menyangka akan selama ini, tubvhnya sangat kurus, kotor, dan ... lapar. Ia juga merasa lemas tidak ada tenaga dan tidak bisa menghirup oksigen dengan layak, selama ia dikurung tidak ada yang mengirim makanan untuknya. Ada, namun satu kali itupun sudah beberapa hari yang lalu.

Sekarang ia sudah tidak kuat untuk berdiri dan hanya terbaring lemas di kasur yang lumayan keras.

“𝘈𝘬𝘶 𝘺𝘢𝘬𝘪𝘯, 𝘬𝘢𝘭𝘪𝘢𝘯 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘵𝘢𝘯𝘨, 𝘵𝘢𝘱𝘪 𝘬𝘶 𝘮𝘰𝘩𝘰𝘯 𝘤𝘦𝘱𝘢𝘵 𝘥𝘢𝘵𝘢𝘯𝘨, 𝘢𝘬𝘶 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘬𝘶𝘢𝘵,” batin Liana.

-

𝘉𝘙𝘈𝘈𝘈𝘒!

"TUAN ARVIN! GAWAT!" seorang pria masuk ke dalam ruangan Arvin, dia adalah Jeff wakilnya.

"Sudah berani kau?!" lirik tajam.

"Ma–maaf, Tuan. Tapi, ada sesuatu yang mendesak,"

"Katakan, ada apa?!"

"Ada sesuatu yang menuju kemari, saya khawatir kalau ini adalah musuh kita!" Jeff menunjukan tablet yang bergambar tanda titik merah yang begitu banyak sedang bergerak.

Arvin terkejut.

"Si4l! Kenapa kau malah diam saja?! Cepat siapkan pasukan!" bentak Arvin.

"Baik, Tuan!" Jeff keluar dari ruangan.

"Bagaimana bisa mereka tahu?!" Arvin pun keluar juga untuk mempersiapkan diri.

-

"APA?!" Marvin terkejut kala mendapatkan informasi dari Arvin lewat telepon.

"Baik! Aku akan segera kembali!" Arvin memasukan ponselnya dan berdiri.

"Kau mau kemana?" tanya seorang pria yang memegang gelas minuman.

"Aku pergi dulu!"

"Eh, Marvin!"

Marvin langsung berlari keluar, saat ini dia sedang bermain di B4r bersama teman-teman dan para wanita yang bekerja di sana.

-

Arvin mendengar suara bergemuruh dari atas, suara itu semakin besar dan semakin dekat. Siap tidak siap ia harus melakukan serangan balik.

"SIAPKAN SEMUANYA!" teriak Arvin.

Para anak buahnya menyiapkan senjat4, lalu seseorang yang mengendarai motor masuk ke halaman Mansion, yang ternyata adalah Marvin.

"Bagaimana bisa mereka mengetahui keberadaan kita?!" Marvin.

"Bukan saatnya bertanya hal itu! Cepat, kau bantu Jeff!"

"Hm!" Marvin pergi.

Beberapa helikopter dan mobil mengepung Mansion Arvin.

Arvin, Marvin dan Jeff waspada apalagi sekarang mereka tidak bisa keluar dari tanah mereka sendiri.

2 helikopter mendarat di halaman Mansion Arvin, setelah baling-baling helikopter itu berhenti berputar pintu terbuka. Beberapa pria keluar dari helikopter yang ternyata Arion dan yang lain.

Marvin yang melihat mereka langsung menggertak giginya.

Tatapan tajam yang 8 pria itu berikan memang sangat menyeramkan, sama halnya juga dengan Arvin dan yang lain.

"Berani kau memasuki area ku!" Arvin.

Arion tersenyum tipis, "Kenapa tidak? Aku bahkan bisa mendatangi kediaman Kingston tanpa memberikan sinyal ataupun perizinan,"

Arvin mengigit bib1r bawahnya.

"Aku beri kau 2 pilihan, kembalikan gadis ku atau hancurkan rumah mu!"

"Jika tidak keduanya?!"

"Jika tidak? Aku akan melakukan keduanya, mengambil gadis ku lalu ku hancurkan rumah mu!"

"Hah, kau pikir sehebat apa dirimu? Rasakan ini!"

𝘋𝘖𝘙!

Arion dan yang lain sudah membaca gerakan Arvin sehingga mereka bisa menghindar.

"Baiklah, jika itu yang kau mau!" smirk Arion.

Mereka pun langsung mengeluarkan keahlian dalam menemb4k, anak buah mereka juga ikut membantu Tuan-tuan mereka.

𝘋𝘖𝘙!

"Aghk!"

Elvano menemb4k senjat4 milik Marvin sehingga senjat4 itu hancur dalam genggaman Marvin. Sorot mata elang yang begitu tajam dengan bola mata berwarna hitam, Elvano akan membalas perbuatan Marvin yang sudah melukai Liana waktu itu.

𝘋𝘖𝘙!

Tanpa berbicara apa pun, Elvano langsung menyerang Marvin. Ia sudah tidak bisa berkata apa-apa lagi karena emosionalnya meningkat, ia menemb4k bagian kaki Marvin sampai pria itu berlutut menahan sakit.

Elvano menarik rambut Marvin, lalu ....

𝘉𝘜𝘎𝘏!

Dengan keras, Elvano memukvl wajah Marvin dengan lututnya hingga hidung Marvin mengeluarkan dar4h. Tak cukup sampai situ, Elvano kembali mengangkat kepala Marvin untuk memukvlnya lagi.

𝘉𝘜𝘎𝘏!

Tidak perlu ditanyakan tentang seberapa keras pukvlan orang yang ketika sedang marah, apalagi orang itu memiliki kepribadian yang keras dan tidak membedakan lawan sebagai pelampiasan amarah.

"Oke, Van, cukup!"

Kenzo menghentikan Elvano, tapi Elvano menyingkirkan tangan Kenzo untuk segera menghaj4r Marvin lagi.

"Sudahlah dulu!"

"JANGAN MENGHALANGI KU!" emosinya.

"Dia sudah tidak berdaya! Sekarang kau bantu yang lain, biarkan dia. Setelah mereka semua sudah kalah baru kau lanjutkan memukvlnya!"

Elvano merasa tidak terima, ia belum cukup puas memukvl Marvin.

"Liana juga membutuhkan kita!"

Seketika Elvano langsung terdiam.

"Kalahkan mereka dahulu, kemudian cari Liana setelah itu kau bebas memukvlnya lagi!"

"...."

•••

TBC

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!